Tag

, , ,

Ke Jakarta Aku Kan Kembali…..

Banyak alasan bahkan tidak perlu alasan untuk kembali. Begitu tutur orang bijak. Laiknya lagu ke Jakarta aku kan kembali hehe… Setidaknya di rentang September Oktober 2022 ini.

Sejenak meninggalkan Merbabu

Selepas minggu pertama September, perarakan anak cucu pulang ke Salatiga ngumpul di Yogyakarta. Minggu ke 4 spontan Simbok ngulon (ke Barat) beberapa hari. Lah ini Minggu ke 4 Oktober kembali ngulon berbalut kangen ngumpul.

Seperti biasa menggunakan moda sepur dengan panduan KAI access dan fasilitas reduksi lansia 20%. Nah mendapat jadwal yang diinginkan Argo Sindoro tambahan yang berangkat dari stasiun Tawang Semarang pk 06.50 tidak terlalu terburu-buru dari rumah.

Ngulon nyepur yook

Alam memberikan dukungan penuh. Sampai minta tolong kendaraan berhenti sejenak tuk potret G. Merbabu dan Telomoyo yang tampak biru bersih. Masuk jalur toll Bawen Semarang, riap pagi kian jelas. Tatapan Merbabu Telomoyo diikuti rona jingga di ufuk Timur. Membuat pagi terasa lebih bersemangat.

Rona pagi

Giliran G. Ungaran tak hendak ketinggalan bersalam. Gagah menaungi kota Ungaran yang terlihat jelas dari jalur toll. Sungguh cuaca Oktober yang ceria menawan.  

G. Ungaran menyapa

Masih sangat cukup waktu. Berhenti sejenak di Kawasan Kota Lama Semarang. Memilih di sisi Barat. Menyesap suasana pagi di Jl Sendowo. Nuansa sepi perkantoran PTPN dan tepian Kali mBerok. Cus ke stasiun Tawang, cetak tiket dan boarding menunggu di emplasement.

Suatu pagi di Kota Lama Semarang
Peron Tawang Semarang di pagi hari

Baru sekali naik KA Argo Sindoro tambahan sehingga minta info kepada petugas, diberi tahu nanti naik dari jalur 3. Silakan ibu menunggu di ruang tunggu dulu nanti menyeberang usai Argo Sindoro pagi berangkat. Plus lantunan lagu Gambang Semarang yang khas.

Selamat jalan, Tuhan memberkati kita semua

Beneran masih pagi, KA Argo Sindoro pagi 06.05 yang biasanya saya tumpangi baru bersiap. Kalau biasanya menyambut lambaian petugas KAI dari dalam gerbong, ini dapat mengamati persiapan hingga parade salam selamat jalan dari petugas. Berbaris rapi dengan aba-aba. Meletakkan tangan kanan di dada kiri secara serempak hingga rangkaian gerbong terakhir berlalu.

Bagai dikomando, para calon penumpang Argo Sindoro tambahan bergelombang menuju gerbong yang sudah bersiap di jalur 3. Mata penyuka gunung melihat puncak membiru di arah depan Barat/Barat Daya hehe.

Bersiap menikmati perjalanan bersama Argo Sindoro tambahan

Tatanan kursi berjok biru dalam gerbong masih senyap dari penumpang. Menuju tempat duduk 9D mendapat sisi jendela kanan. Seperti biasa menempatkan koper di bawah jendela tanpa menaikkannya ke kompartemen atas untuk menghemat energi punggung dan meletakkan termos kecil di tempat minum.

Perjalanan KA berangkat tepat waktu. Jarak antara kursi dengan jajaran kursi di depan sangat longgar. Tersedia foot rest agar kaki tidak menekuk. Masih lumayan banyak kursi kosong, dan Kembali mendapat bonus kursi sebelah kosong hingga tujuan akhir. [padahal saat pesan tiket tertulis tinggal 1 seat, entah apakah kebijakan untuk sediaan penumpang go show ya?]

Kereta api hanya akan berhenti di stasiun Pekalongan, Tegal, Cirebon, Jatinegara dan berakhir di Gambir. Lama tempuh kurang dari 6 jam, berangkat 06.50 – sampai 12.45.

Selepas kota Kendal jalur KA berada tepat di tepi bibir pantai. Ini alasan mengapa mengincar sisi kanan saat ke arah Barat. Awak KA juga sangat informatif memberikan pengumuman sesaat lagi kereta akan menyusuri pantai bla bla… ada stasiun kecil heritage yang memanjakan hobiis fotografi. Lah bagi Simbok yang mengandalkan jepretan ponsel dengan keterampilan minus tetap saja blur hehe.

Industri di pantura

Lumayan cukup tidur di malam sebelum berangkat sehingga perjalanan pagi ini amatan cukup jelas. Biasanya begitu keluar dari stasiun sudah menyerah oleh kantuk. Lah penasaran dengan kawasan pabrik industri di sisi pantai ini terlihat memiliki jalur pasokan produk langsung ke arah laut. Akan ditambahkan saat mendapatkan informasi yang akurat.

Pemberhentian pertama adalah stasiun Pekalongan yang hanya berwaktu tempuh sekitar satu jam dari Semarang. Tidak hanya menaikkan penumpang namun sekaligus menurunkan penumpang tujuan Pekalongan yang naik dari Semarang. Sempat bertanya dalam hati untuk penumpang jarak dekat ternyata ada pengaturan khusus untuk waktu pemesanannya.

Stasiun Pekalongan

Tidak pernah bosan melintasi stasiun Pekalongan. Gerbong no kecil (1 atau 2) seringnya berhenti di sebelah bangunan kuna dengan tampilan menggoda. Nah, Simbok iseng terjepret petugas yang sejenak keluar dari gerbong.

Panorama di jalur selanjutnya, Pekalongan – Tegal melintasi aneka tipe penggunaan lahan. Ada pemukiman pun persawahan dengan aneka umur tanaman padi. Sangat suka menikmati pergerakan barisan burung blekok/kuntul/bangau yang putih bersih di lahan yang sedang diolah.

Melongok ke sisi kiri terlihat menjulang gunung yang tinggi. Jepret dulu baru googling dari arah. Mestinya G. Slamet yang kawentar bagi para pendaki.

G. Slamet dari KA

Stasiun Tegal menjadi perhentian berikutnya. Tegal merupakan kota yang lumayan besar. Teringat saat nyangkul bersama Bank Indonesia. Aneka wisata dan kuliner menjadi daya pikat kota bahari Tegal.

Stasiun Tegal

Saatnya KA api singgah menurunkan dan menaikkan penumpang di cagar budaya stasiun Cirebon. Bangunan stasiun yang masih mempertahankan nuansa zaman Belanda menduduki Indonesia. Bergerudug penumpang memasuki gerbong. Kompartemen atas yang semula terasa kosong kini berisikan jajaran koper, tas maupun kardus.

Stasiun Cirebon

Separuh perjalanan telah dijalani. Stasiun Cirebon menjadi penanda Simbok bahwa 50% durasi duduk di kursi KA telah dilewati. Jalur ini biasanya kurang teramati buat Simbok karena stamina mulai berkurang dan kantuk mulai menyapa. Yang masih terjepret adalah jajaran pohon mangga diantara hamparan sawah dan deretan tambak. Lah ini stasiun Cikampek yang kebetulan terjepret lolos dari kantuk.

Selepas Cirebon
Jejak Cikampek

Penumpang KA yang terhormat, sebentar lagi kita akan sampai di stasiun Jatinegara, bla..bla… Kalau pergi bersama anak, Simbok kadang turun di stasiun ini karena jarak ke rumah anak lebih dekat. Namun kalau sendirian anak-anak wanti-wanti pesan turun di Gambir saja mungkin aksesbilitas moda transportasi keluar lebih mudah.

Di Jatinegara kita kan berpisah

Nah jarak dari stasiun Jatinegara ke Gambir yang dekat ini kereta api berjalan sangat pelan dan melewati deretan stasiun apik yang padat. Mulai stasiun Matraman, lalu stasiun Manggarai yang sedang berbenah dan super sibuk. Stasiun Cikini, Gondangdia dan berakhir di Gambir. Gambir saya dating Kembali. [menuliskan urutan stasiun sebagai pengingat diri melongok peta]

Turun dari gerbong 2 relatif dekat dengan lift untuk turun ke area kedatangan di Pintu Utara. Asal sabar gentian dan rada berjejal di lift. Pemesanan tiket dengan KAI access dilengkapi dengan fitur antar ke stasiun awal pun jemput di stasiun tujuan, kerjasama dengan si burung biru bluebird. Saya pernah mencobanya jemput di stasiun Tawang Semarang tuk pulang Salatiga.

Gambir aku datang lagi….

Kali ini saya memilih santai, duduk sebentar di ruang tunggu bawah sambil pesan taksi melalui aplikasi myBB menggunakan pilihan tarif tetap fixed rate. Nah saatnya keluar dari Gambir. Mendapat driver taksi BB yang ramah informatif. Beliau memberi pertimbangan bila tidak di jam sibuk rawan macet bisa dicoba bukan tarif tetap lumayan beda sekitar 20%. Hehe beneran tiket KA eksekutif Argo Sindoro tambahan Semarang Gambir (reduksi lansia 20%) setara dengan tarif taksi BB Gambir ke rumah anak…

Ke Jakarta aku kan kembali. Saatnya ngumpul anak-anak cucu. Menjalani dan menikmati setiap perjalanan. Salam