Candi Dukuh Berteduh
Perjalanan kembali dari Bukit Cinta ke Salatiga baru beranjak beberapa menit, di depan terlihat plang Candi Dukuh ke arah kiri merujuk dusun dan punthuk kecil di tepian Rawa Pening. Terpikat dengan beberapa postingan tentang candi tersebut kamipun belok kiri untuk melihatnya. Beberapa meter masuk dari jalan raya Banyubiru-Salatiga dijumpai tanda mobil dilarang masuk, namun sepeda motor bisa tetap masuk melewati jalan beraspal kemudian mengikuti tanda arah ke Candi Dukuh yang memutari punthuk hingga ke sisi persis di tepian Rawa Pening. Secara administratif candi Dukuh ini berada di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
Tampak gerbang masuk mungil memasuki candi Dukuh diikuti dengan jalur setapak plesteran semen melewati beberapa rumah penduduk. Memasuki kerimbunan punthuk jalur berubah menjadi anak tangga batu bata mendaki dan berangsur lumayan terjal. Sempat sedikit ragu untuk terus karena emak mulai ngos-ngosan sedangkan ragil terus melaju dan menyemangati ayo terus dari pada penasaran. [Sangat terhibur kala menikmati postingan Mas Yanta yang memaparkan jalan menuju kompleks candi cukup terjal dan akan sedikit melelahkan serta menyarankan membawa air minum untuk mengimbangi ngos-ngosan. Lha koq ya ndilalah kami tidak membawa bekal minum] Pendakian ini diimbangi dengan suasana teduh di kerimbunan pepohonan menjulang dan pemandangan samar ke arah rawa di sebelah kanan.
Kompleks candi Dukuh salah satu benda cagar budaya nan mungil berada dataran sempit di puncak punthuk. Sayang saat kami tiba pagar terkunci tanpa ada petugas (sehingga pengambilan gambarpun dari luar pagar) maupun pengunjung selain kami. Cukup banyak batu candi bertumpuk menandakan penataan kembali belum usai. Suasana sunyi diantara pepohonan yang tinggi memberikan kesan seolah-olah candi Dukuh sedang berteduh.
Terngiang dengan komentar ragil yang nyeletuk candi Dukuh berukuran kecilpun mendapat perhatian dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) dicoba merunut beberapa data. Bukankah sejarah juga mencakup masalah bagaimana menguntai waktu secara bermakna? Postingan para sahabatpun mencerminkan “ceceran kerikil pasir candi” yang sungguh berharga.
[Maret 2010] Sangat menarik mengikuti paparan Tarabuwana Mas Alexander Raf, yang memiliki kecintaan terhadap peninggalan cagar budaya terutama situs dan candi-candi era Hindhu – Buddha tentang Candi Dukuh ini. Bagaimana proses rekonstruksi dimulai, batu-batu candi diteliti oleh arkeolog, ditelaah untuk mulai disusun ulang, terasa menyusun kembali mozaik batu candi. Jati diri masing-masing ornamen candi dibabar dengan indah.
[Oktober 2011] Paparan berikutnya oleh Mas ssdr empunya blog Sasadara Manjer Kawuryan pecinta museum dan budaya yang terpikat pada kecantikan Candi Dukuh ini dan mendokumentasikan proses rekonstruksi yang belum rampung, pagar kompleks candi Dukuh sudah terpasang. Sejarah yang berkenaan dengan candi Dukuh yang juga disebut dengan candi Brawijaya dipanjer.
[Juli 2012] Pemberitaan tentang penemuan peripih atau kotak batu berisi lempengan emas yang akan diteliti lebih dalam di kompleks Candi Dukuh yang menegaskan bahwa Candi Dukuh merupakan candi Hindu yang dibangun sekitar abad ke-9 Masehi satu zaman dengan Candi Gedong Songo di Bandungan, Kab Semarang. Pencurian aneka ornamen candi maupun hambatan mencari bahan batu yang hilang berdampak pemugaran Candi Dukuh untuk sementara waktu ini dihentikan.
[Sept 2012] Harian Suara Merdeka mewartakan tahap akhir pemugaran lantai candi serta patung Yoni di Candi Dukuh
[Feb 2013] Sangat penasaran dengan postingan Mas Yanta, pecinta ardi (gunung) dan wisata sejarah yang menyajikan candi Dukuh tak jauh dari Salatiga dengan memikat. Kondisi yang ditampilkan merepresentasikan tahap akhir pemugaran yaitu lantai candi dengan patung yoni serta tumpukan batu candi yang belum tersusun.
Bagi sahabat pecinta situs purbakala maupun penikmat jalan-jalan biasa, Candi Dukuh patut dikunjungi. Berbonus pemandangan alam Rawa Pening maupun hamparan sawah berpagarkan perbukitan. Selamat menikmati perjalanan.
Denis Desmanto said:
Ada candi Sukuh, ada pula candi Dukuh… Unik
rynari said:
Betul sekali. Terima kasih.
Ping-balik: Batu Bertutur: Antara Badaling dan Borobudur | RyNaRi
Pakies said:
kenapaaa di setiap situs bersejarah selalu saja ada tangan tangan jahil yang bergerilya, entah itu dengan coretan maupun pencurian situs. Cobalah mereka menghargai peninggalan sejarah, saya rasa ada banyak situs yang menjadi tujuan wisata dan pembelajaran bagi semua orang.
Di tempat saya, arti puthuk kurang lebih bermakna puncak bukit
___
Iya Pak, memaknai rasa memiliki dengan meninggalkan coretan dan mencuil materinya.
Sama koq Pak, punthuk bermakna bukit kecil. Salam
mama hilsya said:
walah bu.. dari tadi saya tertukar info dengan candi boko.. jadi yg di visual gambar dari ibu tapi yang di otak saya candi boko, makanya kok ga nyambung ya, hehe
___
Walah Jeng … kenangan akan Candi Boko begitu berakar dalam hati ya. Salam
celoteh .:tt:. said:
Candi Dukuh yang teduh..
Pengunjung tunggal saat itu ya, Bu.. Semoga suatu saat bisa mendaki menuju Candi Dukuh dan tak lupa membawa bekal minuman biar gak ngos-ngosan 😀
______
Inggih Jeng, penikmat tunggal di punthuk teduh sunyi. Mangga kami tunggu di Salatiga. Salam
Erit07 said:
Asiknya bisa pergi ke sana,jadi iri…
_____
Ayooo Erit kita eksplore kekayaan alam dan budaya di seputaran kita, tak harus jauh. Salam
Budi Arnaya said:
Perjalanan mbak Prih senantiasa menebar pengetahuan dan informasi yang menarik….tempatnya bikin ngiri untuk berlibur motret 😦
___
Belajar dari Bli Putu, keindahan alam dan budaya tersedia di sekitar kita, mari mengeksplor di sekitar kita. Rawa Pening di tangan kamera Bli pastinya semakin terekam keindahannya. Suksma Bli.
Idah Ceris said:
Apakah biasanya wisatawan bisa masuk melewati pagar, Bu?
Jalannya cukup bagus. Candinya perlu perhatian khusus ya, Bu.
___
Belum menjadi tempat wisata umum mbak Idah, dan karena pagar ditutup kami mengambil gambar dari luar
Semoga setiap pecinta situs cagar budaya berkenan memelihara peninggalan berharga ini. Salam
Ika Koentjoro said:
Sayang banget candinya kurang terawat ya mbak prih
___
Baru kelar pemugaran di Sept 2012 kemarin Jeng Ika, sekarang tahap pemeliharaan BCB. Salam