Tag
Desa Bantal-Bancak-Semarang, Desa Peniti, jati dan empon-empon, Kedaulatan pangan, Legenda desa Bantal, Pasar Kalimaling
(Desa) Peniti dan (Desa) Bantal
Peniti adalah semacam jarum pengait, sedangkan bantal adalah alas kepala saat tidur. Awas hati-hati, jangan menyematkan peniti di bantal dapat membahayakan. Aha prolog yang menyimpang. Salah satu keuntungan tukang blusukan adalah menjumpai tempat-tempat baru dan namanya unik. Diantaranya saat melewati Desa Peniti dan Desa Bantal.
Desa Peniti
Desa Peniti berada di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Persis di perbatasan dengan Kabupaten Sanggau tetangganya. Melewati beberapa kali saat menuju ke Kabupaten Sekadau maupun Sintang, desa ini mengulik rasa penasaran. Apakah desa penghasil peniti, legenda apa yang mendasari penamaannya. Saya jadi membayangkan peniti besar yang disematkan di beskap pelawak Us Us. Belum berhasil menyambangi dan menuntaskan rasa ingin tahu, untuk sementara disajikan foto penanda desa Peniti.
Desa Bantal
Desa Bantal berada di Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berada persis di ring luar kabupaten Semarang yang bersebelahan dengan tetangganya Kabupaten Boyolali. Memenuhi undangan di Balai Desa Bantal kami bergerak dari Salatiga melalui jalur Pabelan-Bringin menuju Bancak dengan pemandangan alam yang sungguh indah. Begitupun saat kembali kami menempuh jalur berbeda yaitu Dadapayam dengan pemandangan yang tak kalah memukau.
Pepohonan jati yang menjulang menjadi salah satu penciri desa Bantal. Loudspeaker dipasang di pohon jati kami jumpai di mushola dekat balai desa. Hamparan empon-empon di bawah tegakan jati yang saat kunjungan mempersembahkan bunga memerah. Pun berjumpa ibu-ibu menggendong daun jati untuk dijual di pasar Kalimaling, memberikan gambaran bahwa ekosistem jati lekat dengan masyarakat desa Bantal.
Pepohonan jati akrab dengan daerah berkapur dengan kemampuan menyimpan air permukaan tanah yang terbatas, sebagian air akan terperangkap di lapisan bawah. Keberadaan sumber mata air menjadi sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Sumur di pekarangan, belik/sendang di bawah pepohonan rimbun pun tebaran sumur di bentangan ladang dan sawah untuk mencukupi kebutuhan sebagai wujud kearifan masyarakat memanfaatkan sumber air bawah tanah. Pengingat pepatah, jika ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi bagian dari oleh-oleh Desa Semawang, Boyolali…..
Menurut legenda penamaan desa Bantal juga berkenaan dengan keberadaan mata air yang tak pernah kering sepanjang masa di kawasan ini. Kelumintuan menyediakan air juga dinikmati oleh lintah yang konon mencapai seukuran bantal. Bantal…bantal..demikian seru penduduk yang girap-girap menjumpainya, sehingga daerah ini dinamai Desa Bantal yang terdiri dari dua dusun yaitu Bantal Gunung dan Bantal ledhok/legok.
Saat kami konfirmasi ke perangkat desa, beliau mengiyakan dan memberikan pemaknaan yang kekinian bahwa masyarakat desa Bantal perlu arif memanfaatkan sumber daya alam. Pengadaan sumur di ladang meningkatkan produktivitas lahan sehingga mencukupi kebutuhan. Pemeliharaan hutan diperlukan agar sumber air tidak mengering di kerontang kemarau.
Melihat hamparan gabah yang dijemur di halaman rumah warga Bantal menghadirkan rasa ayem, betapa sumber pangan tercukupi ada padi saat musim penghujan, jagung di masa yang lain pun beberapa pala kapendem penyedia karbohidrat. Keragaman sumber pangan yang menjamin swasembada pangan melalui kedaulatan pangan yang sering disempitkan maknanya menjadi swasembada beras.
Suguhan pisang bersisir-sisir dengan aneka variasi mengalir. ‘Ini pisang tawi, itu raja nangka yang kuning cantik itu pisang gadis’ demikian penjelasan warga. Yah Desa Bantal sungguh kaya dengan hasil bumi pisang. Kami melihatnya melimpah di pasar Kalimaling yang tak jauh dari desa ini. ‘Saya pernah terguling dari sepeda onthel memboncengkan beberapa tandan pisang dari kebun. Bangun kembali dengan bantuan warga yang berpapasan dan kembali terguling karena licinnya jalanan. Eh sampai di pasar beberapa jenis pisang dihargai sangat rendah. Lah saya bawa pulang kembali dijajar di emper/teras siapa mau silakan ambil’ Tantangan perbaikan rantai pemasaran pisang pun pengolahan hasil untuk penganekaragaman produk saat panen raya agar pisang menjadi sarana kesejahteraan warga desa Bantal.
Demikian secuil kisah dari Desa Peniti dan Desa Bantal. Nama desa apakah yang unik dalam perjumpaan keseharian sahabat?
selama ini nga terlalu merhatiin nama jalan dan nama desa. setelah baca tulisan ibu besok2 mesti merhatiin nama jalan nich.
Hehe lah keisengan selama perjalanan dan merintang waktu. Koq ya unik menarik nama desanya.
Setuju banget, Bu. Dengan banyak jalan, selain menambah wawasan juga sering kali kita ketemu sama nama-nama yang menurut kita unik meskipun menurut penduduk setempat biasa saja. Sayang aku nggak mencatat nama-nama yang unik itu kalau hanya lewat. Lain kali harus dicatat betulan nih.
kadang sempat berhenti sejenak…jepret jadi pengingat. Seringnya..membaca…ingat nama unik..trus terlupakan. Salam jalan-jalan
wah coba check lebih jauh deh mba … jangan2 desa disekitarnya namanya guling, kasur, selimut, paperclip .. ehh .. 🙂
haha serasa toko kelontong dan kebutuhan rumah tangga ya. suka juga dengan serial penamaan Desa Cisarua, Cibeureum, Cipanas dkk.
saya lahir di desa Talang bu….
Terbukti Jeng Naniek jadi ‘talang/saluran’ berkat banyak pihak loh. Salam hangat
Lucu juga ada desa bernama bantal. Kebayang lintah segede bantal, ngeri deh.
Ada kota kecil bernama ‘Banana’ (Pisang) di Queensland, tapi anehnya tak ada tanaman pisang disitu. Rupanya Banana itu jaman dulu adalah nama dari sapi jantan berwarna kekuningan yang di sekitar tahun 1860 menjadi legenda karena pintar membantu penggembala sapi menggiring sapi-sapi pulang kekandang. Sampai sekarang patung si sapi jantan bernama yg Banana itu bisa dilihat di kota kecil itu.
Pamongpraja setempat juga lebih memaknai legenda ‘bantal’ pengelolaan sumber air secara bijak.
Ooh legenda penamaan wilayah bersifat universal yah. Senada dg ‘banana’ sapi sahabat masyarakat, apalagi kontribusi peternakan thd ekonomi Ausie begitu nyata. Salam
di kabupaten Purbalingga juga ada desa penghasil bantal dan produk turunannya seperti guling, kasur tapi nama desanya desa Lumpang (lesung)
Komplit ya Mas Hendi. Desa Lumpang yang bukan produsen lumpang namun bantal dan para saudaranya. Purbalingga saya terngiang dengan Goa Lawa yang apik. Salam
wihh udah pernah mampir ke goa lawa ya? iya mungkin krna lokasinya yang di cekungan mirip lumpang
Penataan desa berdasarkan bintang alam cekungan ya Mas. Purbalingga Jateng dg God Lama dan gethuk goreng Sokaraja sepakat ya.
iya banyak yang menamai desa dengan bentang alamnya mungkin biar gampang diingat
wah mbak kok rasanya sehati deh, ada empon2 juga di sini
itu empon2 berbunga merah apa namanya mbak?
jadi ingat di sekitar Batusangkar juga ada nama desa yang unik, kata yang sedang ngetop saat itu
tapi kok lupa ya, nanti coba cek2 foto punya mak LJ
Hehe dari tengok TKP empon2 berbunga cantik. Sejenis lempuyang mbak menurut kang google..
Selalu menemukan hal baru pun menggelitik saat perjalanan ya mbak. Menunggu Batusangkar ah..
Ayem banget ya di desa adem….
Hallo mbak Tetik. setuju desa yang adem
Dari kalamantan ke jawa tengah. Sepertinya benar bahwa perjalanan benar2 bisa menambah wawasan. Saya sih cuma bisa baca2 aja. Belum pernah bepergian jauh dan kemudian berinteraksi dengan penduduk sekitar.
Tidak selalu harus jalan-jalan koq Mas. Saya sangat mengagumi Karl May yang mampu menulis detail di serial Winnetou sebelum beliau berkunjung ke US.
Membaca juga aktivitas ‘perjalanan’ yang sesungguhnya.
Salam