Pesona New Selo
Melintas di Kecamatan Selo wilayah pelana G. Merapi – G. Merbabu beberapa kali tak pernah bosan menikmati keindahan alamnya. Menuruti rasa penasaran mengikuti petunjuk papan arah Joglo Merapi menuju ke New Selo yang papan namanya mengundang minat terbaca dari kejauhan.
Joglo Merapi berada di Desa Lencoh. Bangunan teater melingkar menghadap pelataran luas dengan pusat pendopo megah. Tersedia toko cindera mata di bagian belakang juga taman bermain yang cukup luas. Selo sejak awal 2000 mencanangkan diri sebagai tujuan ekowisata warisan budaya, fasilitas pendukung dibangun, masyarakat dipersiapkan menerima tetamu melalui penyediaan home stay. Aneka keelokan alam, warisan budaya menjadi daya pikatnya diantaranya pementasan kesenian rakyat dan puncaknya ritual ruwat bumi melarung kepala kerbau di kawah Merapi yang juga disertai pagelaran wayang kulit.
Pada tahun 2002 Presiden Megawati meresmikan Joglo Merapi ditandai dengan prasasti berupa pahatan gunungan dengan balutan pepohonan yang rimbun. Mengamati pahatan tersebut mengingatkan pada pahatan senada di Rumah Budaya Fadli Zon Bukittinggi, penggambaran masyarakat gunung yang ekologis. Gunung menjadi salah satu acuan budaya yang penting dimana demokrasi kehidupan berakar, potensi pertanian, energi maupun wisata seperti yang digambarkan di Museum Gunungapi Merapi. Secara budaya perilaku wong gunung berbeda dengan wong ngare (pantai).
Bagi masyarakat agraris kegiatan bertani bukan hanya masalah teknis untuk peningkatan hasil panen (ekonomis) namun juga mencakup kegiatan sosial budaya. Pranata sosial aneka ritual sangat lekat dengan dunia pertanian. Salah satu ritual yang terkenal adalah acara ruwat bumi. Pada hakekatnya ruwat bumi adalah pengucapan syukur atas berkat Tuhan berupa hasil panen yang melimpah serta permohonan dijauhkan dari bencana. Berbagai kegiatan selama ruwat bumi diantaranya sesaji hasil panen (persembahan dan pelayanan kepada sesama), pengembalian sisa tanaman ke tanah (dasar dari neraca hara) dan hiburan pagelaran wayang.
Lakon yang digelarpun aneka disesuaikan dengan kondisi setempat semisal lakon Makukuhan yang dikembangkan menjadi dasar Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang mencakup PHT. Merespon erupsi Merapi, acara ruwat bumi tahun 2011 di Joglo Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali menggelar lakon ‘Ismaya Maneges’. Tokoh Semar yang merupakan pewujudan Bathara Ismaya yang merakyat mendatangi Kahyangan, maneges yang bermakna menanyakan setengah mendesak sikap para dewa atas kondisi rakyat yang menderita akibat bencana. [petikan atas makalah “Kajian Budidaya Pertanian Berbasis Pengetahuan dan Kearifan Lokal di Daerah Lereng Gunung Berapi” yang saya sajikan pada suatu event]
Dari Joglo Merapi perjalanan sangat menanjak mengarah ke lereng Merapi, disambut gerbang sugeng rawuh, kiri kanan hamparan ladang menghijau subur, rumah singgah (home stay) juga sekretariat pendakian Merapi.
Sampailah di lapangan parkir, langsung disergap hawa dingin dan berhadapan dengan board New Selo yang bikin penasaran. New Selo merupakan tempat menikmati G. Merapi dan Merbabu pada posisi berhadapan, yang berbeda dengan Ketep Pass dimana posisi kedua gunung tersebut terlihat berdampingan,
Apa saja yang bisa dinikmati di sini? Mari ke gardu pandang/anjungan nikmati sisi Merbabu….
Nah rekan-rekan pendaki G. Merapi akan mengambil jalan setapak di sebelah kiri deretan bangunan untuk menuju puncak Merapi. Jalan tersebut kini sedang dibenahi akan dipasang pijakan kaki beton agar langkah awal pendakian nyaman, demikian penjelasan petugas parkir dengan ramah. Selamat mendaki para sahabat … tolong seraya menjaga keelokan alam, kebersihan lingkungan..
Memandang ke bawah terasa sekali hijaunya tanaman yang subur penanda kecintaan Merapi pada warganya…seorang ibu sedang memelihara ladang sayur yang diusahakan secara tumpang sari, seorang bapak sedang memanggul rumput pakan ternak, kotoran ternak dikembalikan untuk menyuburkan ladang, siklus tertata dengan harmoni.
Sore itu Merbabu sungguh ramah menampakkan sebagian wajahnya di sore hari.. Selo juga menjadi jalur pendakian ke Merbabu dengan sabananya yang memikat
Sore yang cerah, matahari menyorot puncak kubah Merapi dengan eloknya, kesulitan mencari posisi mengambil foto Merapi yang bebas penghalang, kembali petugas parkir yang ramah menunjukkan pojok sepi posisi strategisnya, meski hasilnya juga acakadut (kekurangan bukan pada posisi namun pada pengambil gambar…)
Saatnya kami undur diri dari New Selo seiring dengan memudarnya surya sore yang bersiap masuk peraduan padahal waktu belum jua menunjuk ke pukul 5 pm. Berminat menikmati ekowisata di New Selo, sungguh pesonanya memikat tiada henti…
Ping-balik: Jadah Merapi, antara Mbah Carik Kaliurang dan Mbah Karto Selo | RyNaRi
Ping-balik: Pohon Kesemek si Buah Genit | RyNaRi
kepingin sekali bisa ke sini.. jauh ya dr Sleman, bu?
___
Persis di balik Sleman dari puncak Merapi. Menyusuru lereng batat mampir di Ketep Pass lanjut Selo Pass, sekalian sampling emisi gas hehe
Subur ya tanah lereng Merapi.. ngiler melihat tanaman sayurannya..
___
Mengingatkan pada lereng Batur ya Jeng Dani…
Salam kenal sebelumnya Mbak. Sudah lama dengar eh baca namanya tapi baru kali ini ke sini 🙂
Indah ya pemandangan di New Selo …
___
Terima kasih sudah singgah di kebun ini, mBak Niar…senang sekali berkenalan dengan mbak
Pemandangan khas pegunungan mbak, hijau sejuk..
Salam