Singgah di Stasiun Jebres Yook…
Lah singgah koq ke stasiun. Apa sih asiknya di stasiun, apalagi stasiun kereta api, yang terlihat penumpang naik dan turun dari sepur si kuda besi. Stasiun Jebres merupakan salah satu dari stasiun KA di Solo, ada Purwosari, Balapan dan stasiun kota atau stasiun Sangkrah. Nah stasiun Jebres ini memiliki keunikannya tersendiri. Mau tahu? Baca lanjuutt yook.
Secara administratif, stasiun Jebres berada di Purwodiningratan, Jebres, Surakarta. Termasuk stasiun kereta api kelas I dalam Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta.
Penamaan stasiun mengikuti nama daerah. Bermula dari seorang Belanda bernama Van der Jeep Reic yang bermukim di daerah itu. Kediaman Van der Jeep Reic berada di sebelah barat rumah sakit Moewardi Solo kini. Terjadi penyesuaian bunyi karena lidah orang Jawa sulit mengucap bahasa Belanda, dari Van der Jeep Reic berubah menjadi Jebres.
Cagar Budaya Stasiun Jebres
Bangunan cantik stasiun Jebres banyak disorot dari aspek arsitekturanya. Berdasarkan sejarah ditetapkan sebagai cagar budaya. Penanda cagar budaya diterakan pada bangunan maupun tugu mini.
Stasiun yang dibangun pada era 1880–90-an mulai digunakan tahun 1884. Menjadi penopang jalur ekonomi, distribusi hasil bumi maupun industri gula sekitar Solo ke tempat lain. Bertebaran perkebunan sekitar Solo dari kebun teh, kebun tebu hingga hamparan sawah subur.
Menurut catatan dari situs budaya, bangunan ini berada di lahan milik Kraton Kasunanan Surakarta. Pengerjaan oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staats Spoorwegen (SS). Secara politis, stasiun Jebres juga menjadi saksi pertemuan Gubernur Hindia Belanda dengan Raja Surakarta yaitu Kanjeng Sinuwun Paku Buwana X di Kasunanan Surakarta.
Setiap pengunjung akan berdecak kagum dengan suguhan tampilan depan stasiun yang mewah. Semula keelokan ini ditujukan kepada pihak Keraton Kasunanan Surakarta. Gaya Indische Empire menjadi penciri bangunan stasiun ini. Kemegahan unik. Detail tertangkap pada model pintu, jendela maupun ventilasi ruangan. Aneka istilah apik eksotik tertulis pada ulasan arsitekturanya.
Selalu suka dengan bentukan lengkung setengah lingkaran di atas pintu masuk. Menjadi ventilasi dengan penyaring ornamen indah. Bagian ekologis menyiasati sinar dan kesejukan ruangan. Tentunya saat kualitas udara sangat baik tanpa perlu saringan debu yang berarti.
Suasana di peron keberangkatan dan kedatangan juga lapang. Penataan ruang kantor membanjar atau lurus. Perubahan dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan semisal untuk kelengkapan toilet dll.
Nah kan, meski singgah sejenak pengunjung mendapat pencerahan keindahan, menyesap kilasan sejarah dan semakin mencintai jalur kereta api sebagai alternatif transportasi. Singgah sejenak di kegelapan malam yang ingin diulang di suasana siang.
Baru tau kalau kata Jebres itu dari Bahasa Belanda yang susah diucapkan penduduk setempat.
Kosa kata dari pendengaran dan salah ucap ya Jeng Dey.
Wowww!! Terpelihara banget tempatnya ya bu 😍.
Saya senyum2 baca yang bagian ini, “Terjadi penyesuaian bunyi karena lidah orang Jawa sulit mengucap bahasa Belanda, dari Van der Jeep Reic berubah menjadi Jebres.” .😁
Wkwk….terpeleset lidah yg menambah kosa kata baru. Terima kasih mama duo R telah singgah dan konsisten ngeblog.
saya selalu suka dengan stasiun2 KA peninggalan Belanda seperti ini.
Pokoknya sangat indah dan enak dilihatnya …. tidak pernah membosankan melihatnya.
Btw nama Jebres itu ternyata dari nama orang londo … hahaha
salam
Idem Kang. Gabungan teknologi transportasi dan arsitektura ruang gedung yang apik ya. Yuup mister.
stasium yang cantik..
rupanya bu de juga memperhatikan ya model lengkung ventilasi rasanya ada di foto2 beberapa stasiun bcb, bentuk lengkung itu apa ada keistimewaannya dibandng gaya persegi ya ….
baru sekali naik kereta ke Solo jaman dulu, cuma nggak ngeh staisun apa …ternyata kota Solo punya banyak stasiun
Alooo mbak…. pintu tinggi ditambah bentukan lengkung diatasnya ada di stasiun juga keraton ya.
Amatan sekilas merintang waktu menunggu di stasiun ya mbak.
Salam hangat
stasiun paling cantik di solo, tp malah belum pernah naik atau turun di jebres 🙂
Yuup Mas, seringnya dari Balapan ya. Atau dari Purwosari tuk Prameks hehe. Salam
purwosari sekali, balapan dua kali bu Prih 🙂
aku jarang naik kereta, tidak begitu hafal stasiun stasiunnya, kalau bepergian lebih sering milih naik bus
Ya Pak, sesuai kebutuhan atau tujuan. Sebagai wong Salatiga saya juga lebih familier bus, lah naik turunnya malah dekat dari rumah. Salam
ya begitulah Bu, kalau saya naik kereta turun di semarang masih jauh, turun di Solo sudah lewat, maka bus lah pilihannya
Sebelas duabelas dengan kota kami hehe. Salam
Helo kak.kok g mampir hehee..stasiun yg penuh misteri 😂😀
Aloo Mas Danang, iya nggih njenengan lenggah di Solo. Kulanuwun, itu singgah akhir tahun lalu. Betul, stasiun yg cantik. Salam