Tag
gunung gamping, Gunung Kidul, melayang pandang ke gunung-gunung, nyanyian pendakian, Pantai Pulsa, Pantai Trenggole
Melayang Pandang ke Gunung-gunung
Bala dhupakan menggelar acara wisata suka-suka jreng jreng jreng dengan tujuan pantai Selatan Jawa. Bus tanggung meninggalkan kaki G Merbabu Minggu 9 Juni sekitar pukul 7 pagi. Diiringi cuaca cerah perjalanan ke arah Tenggara melewati Boyolali, saat mata menoleh ke kanan tampak berdampingan sepasang arga Merapi-Merbabu. Lanjut mengarah ke Selatan menembus Kabupaten Klaten melewati bentangan lahan datar dengan hamparan sawah daerah Ceper dan Cawas.
Melayang Pandang ke gunung-gunung
Kab Gunung Kidul membuka diri secara penuh, pintu masuk dari arah Barat Laut menyambut tetamu lewat Yogya kota, dari arah Imogiri di Barat Daya, pintu Timur Laut melalui Sukoharja dan Tenggara dari Wonogiri. Selepas kab Klaten, bus mendaki pelan gunung gamping bagian zona Utara wilayah Batur Agung yang relatif terjal berselimut hutan jati dan disambut oleh gerimis yang menderas sejak pintu Utara Kab Gunung Kidul. Bus melaju terus pendakian dilanjut dengan menurun di bagian zona tengah alias zona ledok, kembali sedikit menanjak menuju kecamatan Tepus yang termasuk zona pengembangan Gunung Seribu.
Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan unik, jajaran dan ceceran bukit-bukit yang tersusun pada formasi bukit Seribu. Bukit gamping bertopi kerucut yang berasal dari pengangkatan dasar laut. Tebaran bukit kapur bertanah sangat dangkal, terbayang bagaimana akar pohon jati mencengkeram kuat bongkahan karang, berseling dengan tanaman singkong, jagung di bagian lembah dimana air dan sedikit tanah mengumpul. Melayang Pandang ke gunung-gunung …….
Pantai Pulsa
Perjalanan selama hampir empat jam menampakkan tanda-tanda perhentian saat membayar retribusi memasuki daerah wisata kawasan Tepus. Seratus tiga puluh ribu rupiah per satu bus ukuran sedang yang bebas melanglang aneka pantai di kawasan ini. Menjejakkan kaki di kawasan pantai Pulang Sawal (disingkat Pulsa), pantai menawan orang bilang eksotik di ujung Timur kawasan pantai Sundak. Kawasan wisata ini bersih, keterlibatan sektor swasta amat menonjol melalui resto Indrayanti sehingga digunakan pula sebagai penanda nama pantai.
Hamparan pasir putih di ceruk memanjang dengan ombak yang tidak terlalu besar ini sungguh penuh dengan pengunjung. Menikmatinya dengan berbasah ria atau mencoba mendaki punthuk/bukit kecil di arah Timur untuk menikmatinya dari atas (kaki tua pun menjejak melalui anak tangga dan batu karang untuk menjajalnya).
Wuuih pendakian berbayar pemandangan yang sangat indah dari atas, menengok ke kanan memandang barisan payung, ribuan titah bermain air laksana cendol di kuali dhawet. Menatap ke depan/bawah menikmati debur ombak menerpa terbing terjal. Mengitari punthuk ke arah kiri terhampar pantai yang lebih sunyi dengan karang yang lebih banyak di sisi Timur.
Pun terlihat bangunan menarik perhatian semula saya kira unit pengolahan air laut yang sukses membuat penasaran dan menuruni bukit di sisi itu ooo ternyata pantai Trenggole. Unit kerja budidaya air laut Sundak, memompa air laut ke tambak bandeng . berkonstruksi beton membundar.
Antisipasi evakuasi atas kejadian tsunami disajikan peta di tempat strategis, mengingatkan setiap pengunjung di sela menikmati keindahan alam tetap waspada terhadap gejala alam yang potensial menjadi bencana.
Hidung Petruk
Mendaki dan menuruni perbukitan secara langsung searah lereng memang jalur yang singkat namun dengan tingkat kesulitan tinggi karena keterjalannya. Untuk menyiasatinya dibuat jalan memotong menyerong arah lereng sehingga dijumpai kelokan-kelokan menanjak menurun yang panjang diselingi tanjakan turunan agak datar. Secara umum bentukan tersebut mirip hidung Petruk. Begitupun perjalanan kembali dari pantai Pulsa menuju Wonosari, melewati kecamatan Pathuk untuk menuju kota Yogyakarta. Kelokan hidung Petruk berpadu dengan hidung Bagong dan Gareng yang tidak terlalu panjang curam (untuk Semar tidak kumawani nanti kuwalat) menyuguhkan pemandangan yang cantik.
[Keindahan wisata gunung kapur daerah Karst yang terkemas dengan geowisatanya yang khas. Aneka tebaran gunung, sungai bawah tanah, gua dengan stalaktit-stalakmit semisal gua Pindul, rafting di sungai. Geowisata Gunung Kidul surga bagi sahabat para petualang alam.]
Nyanyian Pendakian
Perjalanan ini bagaikan nyanyian ziarah, nyanyian pendakian song of ascents saat mendaki saat menurun berpedoman pada tebaran gunung, menuju puncak, menyisir sela gunung. Ada tempo melambat diseling melaju di sisi lain. Kewaspadaan terus menerus dibangun, udara segar dicurahkan. Setiap bukit menjadi penanda pribadi ataupun kumpulan pribadi yang berjajar dari ceceran gunung dalam kesatuan formasi Gunung Seribu, satu tubuh banyak anggota. Setiap titah menjadi titik kecil dari hamparan gunung, melebur ego dalam eco yaitu titah sebagai bagian dari alam. Ungkapan …. aku melayangkan mataku ke gunung-gunung … nyata dalam pemandangan sekitar kami. Berakhir sudah perjalanan melayang pandang ke gunung-gunung episode ini.
Ping-balik: Sewu….. | Wijikinanthi
Lois said:
Wah ternyata masih banyak tempat yang indah tapi belum pernah saya lihat….. Dulu sering pergi ke pantai Kukup dan pantai Baron… yang membawa kenangan manis saat masih muda dulu 🙂
___
Masih satu kompleks dengan Kukup, Baron….., kini pantai Selatan Jawa Tengah dan DIY selalu berbenah…
Ping-balik: Bagaikan Nènèr Warna-warni di Pantai Bandengan | RyNaRi