Tag
ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha, Kota Salatiga, melayani, sikap hamba, tawuran, tut wuri handayani
Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran
(Keteladanan Melayani)
Menjelang perlintasan Jl Sukawati, ruas jalan yang menghubungkan antara Jl Jend Sudirman (pusat perekonomian) dengan Lapangan Pancasila (simbul pusat pemerintahan), perjalanan saya terhambat oleh kerumunan masa, teriakan yel-yel sebuah sekolah serta meruahnya warna merah. Bergegas turun dari kendaraan umum sayapun ikut larut dalam gemuruh masa. Ada tawuran siswa antar sekolahkah? Oh tidak …. Inilah pawai dalam rangka edufair yang diselenggarakan oleh salah satu yayasan pendidikan di Kota Salatiga.
Menyandang sebutan kota pendidikan dengan peserta didik berusia muda penuh gelora maupun Indonesia Mini oleh keragaman suku penghuninya, dinamika siswa di kota ini penuh ritmik. Semangat serta pernak-pernik perbedaan sangat membutuhkan seni harmonisasi agar mampu meredam gesekan gesekan yang kadang mampu meletup menjadi benih tawuran.
Menikmati pawai senyampang jalanan macet, mata tertambat pada tampilan sosok pribadi yang sungguh memikat. Beliau adalah seorang suster, ikut berjalan mendampingi siswa-siswinya sepanjang pawai, mengepit tas hitam, membawa sebotol air mineral, sapu tangan kertas serta telepon genggam. Tak terasa mata dan kamera saya mengikuti pergerakan suster. Ada kalanya ……
1. Beliau berjalan di depan, melangkah dengan tegap dan anggun selangkah di depan mayoret/gitapati. Kehadirannya di depan barisan menjadi pandu bagi peserta anak didik beliau, dengan mengikuti langkah beliau, siswa diyakinkan tidak sendirian melangkah ke tujuan yang tepat. Dengan posisinya beliau sedang menyalurkan otoritas kepada gitapati untuk menjalankan tugas memandu barisan. Beliau tidak segan menengadah mendekati gitapati melap keringat di pipi dara manis jangkung dengan sapu tangan kertas yang beliau persiapkan. Yah beliau sedang mengemban amanat ing ngarsa sung tuladha.
2. Beliau berjalan melambat kemudian menuju tengah barisan, dihampirinya siswa berbadan tinggi tegap yang bertugas membawa genderang besar. Diulurkannya minuman air kemasan sambil nampaknya berbincang lirih, entah apa yang beliau sampaikan, hasilnya postur sang siswa menjadi kian tegap. Hm beliau mewujudnyatakan mutiara nasihat tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara butir kedua, ing madya mangun karsa.
3. Ada saatnya beliau keluar barisan, mengamati dari pinggir menyalurkan aura semangat dan penghargaan kepada siswa siswi beliau. Nampak tangan mungilnya menyentuh tombol telepon genggam, mungkin sedang koordinasi dengan anggota tim lain, yang jelas beliau sedang berkomunikasi. Komunikasi kunci pembuka dari macetnya saluran informasi dan aspirasi beliau genggam dengan apik. Keteladanan komunikasi sebagai bentuk tut wuri handayani.
Suster, terimakasih atas keteladanan yang suster pancarkan dalam ‘perjumpaan’ selintas, mohon maaf mengambil dan menampilkan gambar suster (tanpa ijin langsung dan nampak belakang). Tindakan suster menginspirasi semua pelaku pendidikan, pengelola depdiknas, pengurus yayasan, pimpinan dan pendidik di sekolah, kami orang tua yang menitipkan anak-anak kami di sekolah, anak serta cucu kami yang sedang menjadi siswa.
Suster sedang menterjemahkan amanat dari Sang Guru Agung saat menasihati para siswa yang sedang tawuran, berebut tempat siapakah yang paling ‘anja’, peng-pengan, top, jagoan, utama dan penting. Sang Guru Agung dengan lembut bertutur bahwa siapa yang hendak menjadi yang paling utama hendaklah menjadi yang paling hina sebagai pelayan, memiliki sikap hamba, abdi, batur bagi sesamanya. Suster melangkah di depan dalam wibawa diam, melap keringat, menyapa yang berbeban berat, memberikan air penawar dahaga, memantau, mendengar, berbisik, berkomunikasi meneladani siapapun. Menanamkan bibit kerendahhatian rem mujarap bagi setiap anak didik yang hendak tawuran memperebutkan tempat terdepan dalam kehidupan.
Tulisan ini diinspirasi dari ajakan Komandan Blogcamp untuk berbagi tip mencegah dan menanggulangi tawuran, namun karena banyak tip berharga sudah disampaikan oleh para sahabat, postingan ini hanya refleksi dangkal dari apa yang diperjumpakan dalam perjalanan. Selaras dengan semboyan “babahna tidak memenuhi persyaratan pokoknya berpartsipasi itu penting”, tulisan ini disajikan. Artikel ini sebagai penyemarak pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu: Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran.
Nggak didaftarkan tho jeng
Terima kasih atas artikelnya yang inspiratif
Salam hanagat dari Surabaya
____
Terima kasih inspeksi langsung oleh Shohibul Kontes Unggulan Indonesia Bersatu. Selamat dengan mengalirnya partisipasi peserta.
Salam
Ping-balik: Ganggu gugat | RyNaRi
Mbakyuuuuuu, merinding daku membaca tulisan ini. Merinding dan terharu, ingat jaman sekolah dulu. Para suster selalu mendampingi dalam kegiatan apapun. Meski kadang galak, tapi kehadirannya memberi rasa tenang, karena suster selalu tau apa yang kami rasakan. Grogi, gak PD, cemas, lapar, haus. Dan mereka selalu menyediakan apa yang kami butuhkan 😀
Ah, semoga tulisan penuh hikmah ini setidaknya memenangkan “Penghargaan Khusus”, karena makna yang sangat dalam dalam setiap kalimatnya 😀
Peluk kangeeeenn….
____
Diajeeeng. Terimakasih dipelukkangeni, penghargaan khusus sudah diterima melalui hadir dan sapa sahabat. Menguntai nostalgia sekolah dulu ya Jeng. Selamat berkarya.
Celingak celinguk.. ternyata ini cuma turut menyemarakkan hajatan Pakdhe ya, Mbak? 😀
Psst.. Mbak , sebenarnya saya juga mau ikutan kontes itu, tapi bingung mau nulis apa, soale idenya yo kurang lebih aja dengan yang lain. Hehe…
___
Hayo hayo Kaka Akin ditunggu partisipasinya, ide dari Kalimantan Timur semakin memperluas wawasan kita. Selamat berkarya
Aku selalu suka dengan kalimat-kalimat yang disusun bu Prih, santun dan indah..
Bener ya bu, keteladanan itu perannya besar sekali, gak hanya soal tawuran ini, tapi juga di seluruh aspek yang lain…
___
Lah Jeng Lis tengah menerapkan prinsip ‘ing madya mangun karsa’ menyemangati agar ibu tetap menulis hehe.
Keteladanan sebagai penarik utama ya Jeng, seperti keteladanan Lis-Abang Poltak menjadi prinsip mendidik dan mengasuh Radja. Salam kami tuk keluarga Palembang.
semoga salatiga dan sekitarnya selalu tenang seperti selama ini..
___
Semoga begitu Jeng, aman selalu. Salam