Pesona Nga Lima
Saat musim pengantin tiba salah mata acara adalah budaya ular-ular atau nasihat pernikahan yang disampaikan oleh sesepuh, orang yang dituakan. Nasihat tersebut pada umumnya disampaikan melalui narasi sastra, beberapa dibalut perumpamaan yang semuanya diolah dari kearifan lokal. Salah satu paket nasehat adalah pengantin putra sebagai suami mengemban tugas sebagai saka (tiang) guru kehidupan, pesona nga lima yang meliputi:
Ngayomi (melindungi); Untuk melaksanakan dharma tersebut perlu didukung kewibawaan, bijaksana, respon bertindak cepat secara efektif (trengginas) dan tatag tanggon (saya kesulitan menterjemahkannya). Kewibawaan yang dibangun bukan dari keunggulan materi atau fisik, namun dari sifat keutamaan (kata dasar utama), integritas diri yang tinggi, sehingga seluruh anggota keluarga mentaati bukan kerena takut namun didasari rasa hormat.
Ngayemi (mencukupkan kebutuhan batin, memberi rasa ayem/aman); Rasa aman yang dibangun dari ketulusan, tidak ada kepura-puraan apa yang nampak adalah apa yang sesungguhnya, nampak rukun karena memang benar-benar rukun bukan sedang berakting peran rukun. Rasa aman karena tindak adil ditegakkan, memuji dan memberikan sanksi secara tepat, tidak membedakan perlakuan antar anggota keluarga sesuai dengan tingkat kebutuhan.
Ngayani (memberi nafkah kekayaan, berorientasi pada kesejahteraan pendapatan); Diwujudnyatakan melalui etos kerja keras sehingga kebutuhan fisik keluarga terpenuhi. Nafkah yang berasal dari peluh kerja keras, tanpa mengabaikan hak orang lain menjadi sarana berkah bagi keluarga di rumah.
Ngantepi (konsekuensi); Tanggung jawab atas sebuah pilihan. Teguh dan keukeuh tidak mudah berubah pendirian ibarat pagi kedelai sore tempe (perumpamaan ini sering diprotes, lah kalau kedelai tak berubah jadi tempe kan berabe).
Ngandani (mengarahkan); Menunjukkan kesalahan dengan memberi solusi arahan, menasihati. Untuk mampu ngandani (mengarahkan) tentunya perlu memiliki daya linuwih (memiliki kelebihan kemampuan).
Nasihat lima nga tersebut sejatinya tidak hanya bagi para suami, namun juga selaku orang tua pengayom keluarga. Sehingga ular-ular/nasihat pernikahan tersebut juga enak dinikmati dan perlu sebagai referensi bagi setiap tetamu yang hadir. Adakah yang dapat melaksanakan dengan sempurna? Entahlah minimal ada referensi ‘apa yang semestinya’ atau idealnya. Kekayaan budaya berbasis kearifan lokal yang tak lekang oleh jaman.
Lima nga tersebut juga menjadi dasar kepemimpinan baik perusahaan ataupun pemerintahan termasuk jargon saat kampanye, dan menjadi sering didengar saat pembinaan, pengkaderan ataupun sambutan pelantikan.
Adakah nga yang terlewat??? Nga mana yang paling berkesan???
lha..kalau di Bali ‘nga’ kan sebuah awalan yang artinya ‘me’ dalam bahasa Indonesia. Melakukan sesuatu. misalnya:
nga+adeg+ang = ngadegang = menegakkan (adeg = tegak)
Nga+adol+ang = ngadolang = menjualkan (adol =jual)
nga+mati+ang = ngamatiang = membunuh (mati= mati)
nga+rusak = ngarusak = merusak (rusak = rusak)
nga+margi+ang = ngamargiang = menjalankan (margi/marga = jalan)
barangkali mirip di jawa ya Bu Prih.. cuma barangkali akhirannya yang sedikit beda . karena kalau di Bali akhiran yang umum dipakai adalah ang atau in.
_____
Woow suksma mBok Ade, tambah pengetahuan indahnya perbedaan saling melengkapi
ngadegang setara nga+adeg+ken= ngedegaken (halus)=ngedegake (ngoko)
ngadolang setara nga+adol+ken= ngedolaken (halus)=ngedolake (ngoko)
nice posting…salam kenal slalu ya
____
Trimakasih
ada yang kelewat … nga-tur pangapuro 😛
____
tambah nga-turaken panuwun ya tambahannya
Yups, Nga Lima..Idealnya seorang suami..
yg penting jangan sampe Ma Lima saja 🙂
salam kena; 🙂
_____
Trimakasi berkenan singgah, btw ma lima berikut bernuansa positif lho https://rynari.wordpress.com/2012/04/10/mbok-dan-mother/
Salam
Ngayemi, mbaK Prih…bisa memberi ketenangan buat orang lain itu rasanya pasti luar biasa…
Tapi yang pasti, Nga Lima yang mbak tulis ini memang mempesona bila bisa diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak hanya dalam keluarga. Matur nuwun sudah diingatkan kembali )
____
Lebih pada pengingat diri Jeng Irma, bintangtimur juga ngayemi pembacanya koq. Salam
Sukaaa banget sama nasihat2nya. Makasih ya bu, pengen saya share ke suami juga, hehe…
Kalo di adat Batak ada juga sih bu namanya mandokhata, di mana orang-orang yang lebih tua ngasih wejangan ke yang lebih muda, termasuk yang baru menikah…dan prosesnya bisa berjalan panjaaanggg dan lama, bisa sampe semalaman 😀
_____
Dear Lis, ini mendokumentasikan nasihat yang kami dengar. Mandokhata semalaman wow kuliah panjang ya. Salam
Nasihat2 itu kok disebutnya ular-ular ya Mbak Prih? Apa karena tiap nasihat maksudnya pasti panjang seperti ular?
Iya ya kenapa gak ada yang ngangkat filosifi nga-lima ini ke permukaan seperti Kaizenya Jepang?
____
Wah kapasitas Uni Evi nih tuk transformasikan, Salam