Menulis itu…..
Sahabat Rynari, apa khabar? Semoga semua sehat ya, tetap semangat di masa sulit. Sejak akhir 2019 secara global, dunia dilanda gelombang pandemi COVID19 (coronavirus disease 2019). Secara bersamaan kita menyikapinya dengan sedapat mungkin tinggal di rumah sejak pertengahan Maret 2020.
Apa sih hubungannya dengan judul, menulis itu…….. Begitu sering kita dapati alasan menulis. Waduh pengin sih namun terkendala waktu. Atau aduduh koq macet ide ya. Mari kita lihat bersama.
Menulis dan ketersediaan waktu. Betul sekali, untuk menulis membutuhkan cukup waktu. Bahan tulisan entah dari bacaan pun amatan juga hasil investasi waktu. Saat meramunya juga membutuhkan waktu. Nah kan, menulis membutuhkan waktu.
Seandainya dibalik. Tersedia cukup waktu luang, benarkah berhasil menyajikan tulisan? Ini dia potret diri selama ini. Lumayan tersedia waktu luang, juga sering kali menyatakan menulis untuk melepas jenuh, lah ini tersedia waktu, koq tetap tidak menulis. (kasus saya loh, jangan ditiru).
Blog ini juga mlompong tanpa sajian baru. Biasanya juga jarang ada update, lah ini malah tambah jarang. Sehingga muncul simpulan sementara, ketersediaan waktu tidak menjamin (saya) menulis.
Menulis itu memerlukan stimulan ide. Yuup betul sekali, tulisan adalah aktualisasi ide. Masih mengambil bingkai pandang pandemi covid 19. Bukankah marak berseliweran ide.
Terjadi gejala chaos, panic buying alias mabuk demam belanja berlebihan. Media masa dibanjir aneka warta. Sangat diperlukan kejernihan hati untuk memilah dan memilihnya. Cecaran hoax hampir menutup berita benar. Bukankah ini semua deretan ide yang dapat dieksekusi menjadi tulisan.
Aneka sektor kehidupan, pun pilar ekonomi kelimpungan. Gelombang pemutusan hubungan kerja terutama di sektor produksi riil menderas. Aneka sikap dimunculkan oleh penerima kondisi. Sebagian mengeluh serasa protes.
Menarik, dengan munculnya aneka kreativitas untuk menyiasati kehidupan keras. “Tersedia masker kain dengan harga terjangkau” Ataupun teman lain menawarkan dagangan antar beras sesuai pesanan. Jadilah tagar mari membeli dari sahabat.
Nah kan, ide berseliweran di sekitar kehidupan nyata kita. Tadi bilang untuk menulis butuh ide, lah ini aneka ide membanjiri tetap saja urung menulis. Kemelimpahan ide saja tidak menghasilkan tulisan. Cuitan ringan ternyata kecukupan waktu luang dan ide, belum mampu menyentuh tombol menulis.
Selama belum mengulik ranah kebutuhan menulis. Yuup diperlukan rasa yang tumbuh bahwa menulis itu memenuhi kebutuhan, bukan sekedar keinginan. Daya dorong kebutuhan akan mengatasi ketersediaan waktu.
Pemenuhan kebutuhan menulis pastinya dibarengi dengan usaha untuk komitmen melakukannya. Nah kan, kalau sementara tiada tulisan baru, artinya kebutuhan dan komitmen menulis belum sinkron. Ya ndak apa, nikmati aja masa vakum menulis. Anggap aja itulah seni menulis.
Ini tulisan gaje akibat lama tidak menulis, nah menulis itu…….
[Salam sehat]
harumhutan said:
akupun rindu menulis, merangkai kata pada bait bait di laman hutan yang lama tak berpenghuni, aku rindu,,,
bu pri masih tetap konsisten dan itu juara bu…
rynari said:
Ayoooo rindu tulisan peri hutan juga teman2 narablog yang gantung keyboard….. semampunya aja Jeng, tuntaskan rasa kangen nulis. Lah untuk konsisten saya juga blum sanggup. Salam pena
kutukamus said:
Hehe Saya suka sekali bikin alasan gaje seputar waktu/komitmen dll itu. Lebih merupakan ‘dalih’ daripada ‘alasan’, sebenarnya. Tapi ya gitu, ujung-ujungnya tak ke mana, dalam sebulan penuh (atau lebih) sering ‘berhasil’ tidak menulis hihi
rynari said:
Terima kasih Mas Kuka. Lah saya itu juga, nulis gaje saja koq ya belum mesti sebulan sekali hehe. Yuh berdalih. Salam sehat nggih
adelinatampubolon said:
Sama bu, banyak ide dan topik tapi koq urung untuk menulis. persoalan yang terjadi adalah ketika niat menulis khusus masa-masa ini aku cenderung skeptis dan rasanya isinya melulu mengeluh dan negatif.
semoga kita semua dapat melewati masa ini dengan baik yach bu dan selalu sehat sich yang penting.
rynari said:
Terima kasih Lina. Upaya bijak mengenapkan pikiran. Supaya tidak meluapkan energi negatif ya.
Amin, berharap setiap kita mampu adaptasi, menyerap pembelajaran dari situasi kini.
Semangat memeliharan energi positif sehat, salam yoga.
ysalma said:
Menulis itu, merangkai kata dengan melawan rasa malas diri sendiri, jika tidak ada target yg menuntut dituliskan, kalau saya bu peri kebun.
Dan jika diikuti, blog bisa kosong berbulan-bulan 🙂
rynari said:
Terima kasih Uni Salma. Yuup bagian dari melawan rasa malas. Siip semangat Uni Salma menulari setiap pembaca.
Salam hangat selalu
Ai said:
Semoga Ibu Prih dan keluarga selalu dalam keadaan sehat. Kangen update tulisan Ibu Prih. Tetap semangat menulis
Stay safe, stay healthy Bu Prih 😊
rynari said:
Terima kasih mbak Ai, sabar tengok meski yg empunya kebun jarang update hehe.
Harapan yang sama, mbak Ai beserta keluarga juga sehat, sukacita, tanpa rintangan ibadah puasa.
Salam semangat selalu
Ai said:
Sama-sama Ibu Prih, saya kangen cerita berkebunnya Ibu Prih.
Aamiin Aamiin Aamiin YRA
Terima kasih doanya Bu