Tag
bakpia talas, buah bisbul, buah cemoedak, buah kemang, bunga kecombrang, Jalan Otista Bogor, soto Bogor, sungai Ciliwung, talas gulung, toge goreng, warung makan Sunda
Napak Tilas di Jalan Oto Iskandar di Nata (Otista) Bogor
Mengikuti acara di Bogor, sejenak napak tilas di Jalan Otista. Berawal di depan Pasar Bogor, langkah pelan menikmati dagangan aneka oleh-oleh Bogor. Apokat mentega, manggis yang dijual kiloan ataupun untaian cantik, bengkuang, talas ikon kota Bogor, buah menteng (pundhung, bhs Jawa), jambu biji merah, sirsak serta pisang tanduk. Mengait kenangan duluuuu berburu buah-buahan murah pada hari Minggu sore.
Tak lupa mengenang keunikan buah cempedak, bisbul, kemang maupun bunga kecombrang.
Beranjak melewati apotik Berbakti (dulu sekali apotik terlengkap) dan berhenti sejenak di jembatan Ciliwung, di kejauhan nampak Pulau Geulis yang dikelilingi sungai.
Melewati SDN Bangka, jalanan terasa sempit oleh padatnya lalu lintas dan jajaran tenda yang buka di sore hari dengan parade warung Sunda dan Soto Bogor secara berpasangan. Mbarep dan tengahpun memuaskan rindu dengan mencicip satu mangkok soto dan satu piring nasi menu warsun lengkap dengan aneka lalapan yang khas.
Termangu sejenak menatap bangunan di pojokan Otista-Bangka, duluu bangunan tersebut megah dengan sebutan ‘Toko Buku Bookstore Wisma Batik’, yah kami menyebutnya lengkap bahkan dobel. Bangunan tersebut sempat kemudian alih rupa menjadi gerai Mi Ja**s yang sangat laris, anak-anak dan keponakan paling suka makan di lantai atas beratapkan payung lebar sambil menikmati lalu lintas seputaran tugu Kujang. Dan kini bangunan tersebut kosong, gelap dan ‘sendiri’.
Berbelok ke kanan melewati gerai ayam ‘Pak Jenggot Amerika’ yang gemerlap, toko kue berhias kincir angin, rumah makan Padang yang tetap eksis dan semakin gemebyar, kami berhenti sejenak di depan toserba Nges** yang tetap ramai. Membungkus oleh-oleh asinan Bogor (dari pada harus menembus macetnya jalan ke arah Sukasari); kreativitas talas tampil dalam bolu gulung, bakpia maupun roti pelangi; urung mencicip toge goreng yang antriannya panjang.
Yap berakhirlah sesi singkat napak tilas jalan Otista, melalui jembatan penyeberangan kamipun menuju pangkalan bus DAMRI yang bersebelahan dengan mall besar BS yang saat itu menjadi markas penggodogan awal di kawah candradimuka. Selamat napak tilas ‘jalan kenangan’ sahabat ……
Hanafi Google said:
pagi gan, mau tanya itu buah bisbul ketemu dimana?
dan apa itu musiman aja?
widyarasy2 said:
pak ada kontak yang bisa dihubungi?
Ping-balik: Wiwawite Lesmbadonge | RyNaRi
Imelda said:
Kami dulu s/d th 1981 hampir setiap minggu ke Bogor, melewati Semplak utk ke rumah oma dan opa di Sempur, persis di ujung jalan yang terdekat dengan jembatan gantungnya. Jaman dulu yang terkenal cuma Bogor Permai 😀 Karena tujuan selalu ke Sempur saja, kami jarang jalan-jalan di sekitar Bogor 😀
___
Sempur memiliki kawasan yang unik ya mbak, penjaga kebun raya Bogor, dalam cekungan dipinggir Ciliwung, untuk akses ke jalan besar di atasnya melalui jembatan gantung lalu naik tangga … Kenangan saat Bogor masih sejuk nyaman ya mbak, sekarang sangat padat. Salam
Bambang said:
Sy ke sempur ngantar KK….di sempur banyak juga orang jawa ya…, sy sempat bincang bincang sama ibu ibu tua beliau masih muda sudah ditinggal disitu…udaranya enak sie jd warga sempur deh.
____
Sempur yang nyaman, strategis kemana-mana….
naniknara said:
baru tahu yang namanya buah kemang. Rasanya gimanakah?
___
Menurut lidah saya aneh gitu Jeng, getar-getar gimana ….
Bambang said:
buah kemang buat bikin sambel mbak, rasanya mak nyus deh…
___
Terima kasih baru ngeh buah kemang tuk sambal…
Esti Sulistyawan said:
Saya ke Bogor pas diklat Bu
Jadi cuma ngendon di asrama 🙂
___
Fasilitas dan suasana menunjang untuk diklat nggih Jeng Esti.
Pertanda serius mengikuti diklat tanpa dolan Jeng, Salam