Melintas Rhein
Kebiasaan lama, mengangkat sepotong draft dari kumpulannya. Ada saatnya menggebu menulis eh tidak tuntas masih sepotong ide, kadang berupa judul, kadang berupa secuil foto dengan narasi singkat dan teronggok dalam file draf.
Kali ini menuntaskan nukilan melintas sungai Rhein. Entah mengapa sungai Rhein ini menempati ceruk kenangan indah, mungkin jiwa penyuka sungai yang menyematkannya. Berhulu di Pegunungan Alpen yang merangkum perbatasan Swiss, Austria negara Sound of Music dan negara kecil Liechtenstein.
Mengalir mengular sampai jauuuh sepanjang 1 233km melintasi negara Swiss, Jerman dari Selatan ke Utara dan bermuara di belahan Utara Belanda. Melintasi banyak kota, menantang para ahli konstruksi jembatan merancang aneka jembatan fenomenal dunia di banyak tempat. Sebutannya juga beragam Inggris: Rhine, Prancis: Rhin, Belanda: Rijn. Saya pribadi suka dengan nada Rhein.
Ini sedikit nukilan melintas Rhein di tiga kota. Bermula di Rheinfall yang kawentar, berada di kota kecil sebelah Utara kota Zurich Swiss. Kami sempat mengunjunginya walau sebentar. Kemudian saat melintas di Frankfurt, lah yang ini benar-benar hanya jeprat-jepret dari bus yang melaju, tidak ada peserta tur yang tertarik dengan nyanggong di bantaran sungai. Terakhir di Cologne, juga bukan tujuan wisata grup kami. Selama para peserta pada shopping, saya bersama saabat kebun minta izin kepada pemandu tur untuk mblirit ke bantaran Rhein. Semula beliau agak ragu, dengan senyum gaya meyakinkan emak kebun mengatakan sebelum saatnya kumpul kami sudah akan gabung dengan rombongan.
Schaffhausen Rheinfall, Swiss
Schaffhausen Rheinfall, air terjun terbesar di Eropa yang dapat dinikmati bahkan dari jendela bus. Mengingatkan pada Lembah Anai dengan air terjun cukup tinggi persis di tepi jalan raya juga lintasan kereta api, ada di ruas jalan Padang ke Bukittinggi via Padangpanjang. Rheinfall juga tak jauh dari stasiun kereta api lokal.
Kedatangan kami pagi hari pk 09an memberikan nuansa pagi yang hangat, backlight foto dan kenangan sungai jernih dengan warna hijau tosca kebiruan. Lambaian bendera Swiss dengan lambang palang merah memberikan sentuhan yang khas. Paduan alam hijau, kastil dengan bangunan kuno dan air terjun mengguratkan rasa tersendiri. Alam berpadu dengan budaya tanpa harus menolak sentuhan teknologi yang berlebihan.
Schaffhausen Rheinfall, masih termasuk kawasan hulu sungai Rhein. Kebayang kalau besaran sungai di bagian hulu saja sebesar ini. Saat mengular ribuan km dan bergabung dengan anak sungai lain, menjadi seberapa besar di kota-kota yang dilintasi dan di bagian muara?
Melintas Main anak Rhein, Frankfurt, Jerman
Sungai Rhein menjadi sungai terpanjang di Jerman, melintas dari Jerman Selatan hingga Utara. Kawasan ini menjadi midle rhine, konon merupakan bagian sungai Rhein yang terindah dan ditetapkan sebagai kawasan heritage versi UNESCO. Sungai Rhein menjadi nadi transportasi sungai utama di Jerman. Distribusi barang menggunakan jasa sungai ini. Juga bagian dari pariwisata.
Saat kami melintas di sungai Main anak sungai Rhein kota Frankfurt pada hari yang sama di sore hari pk 18an. Pemandu wisata menjelaskan sungai Main menjadi pemisah kota lama Frankfurt dengan arsitektura lama dengan Frankfurt modern yang kaya dengan gedung menjulang, kawasan industri yang sangat terasa metropolisnya. Meski hanya menikmati dari jepretan via jendela bus yang tertutup dan foto blur saya sudah sangat bersyukur. Sungai Main bermuara ke Sungai Rhein di kota Mainz sebelah Barat kita Frankfurt.
Melintas Rhein, Cologne, Jerman
Kesokan harinya, kembali kami menikmati melintas Rhein di Kota Cologne, Jerman. Titik kumpul kami adalah katedral Cologne. Sayang sedang masa renovasi, meski saya tetap intip-intip sedikit dari luar. Minat peserta tur segera terserap oleh wisata belanja di seputar areal ini. Hayooo mau barang fashion branded, cologne iya cologne parfum, atau mau barang elektronik. Pemandu wisata menjelaskan tempatnya termasuk tempat makan karena kami datang pk 11an dan diberi waktu sekitar 90 menitan komplit. Perlu jurus mblirit wisata sendiri saat peserta lain belanja.
Seperti cerita di atas, kami memilih mblirit sejenak ke tepian Rhein kota Cologne. Berbekal foto-foto bangunan khas, sebagai antisipasi ancar-ancar baliknya. [mirip cerita kanak-kanak yang dibuang ke hutan dengan meletakkan kerikil khas di setiap belokan. Hari gini mengapa tidak pakai GPS. Sstt emak kebun tidak gunakan paket data internasional, so selama dolan paket data dimatikan dan mengandalkan wifi di hotel.]
Terpikat dengan pengelolaan bantaran Rhein sebagai kawasan hijau terbuka. Sungai menjadi sarana rekreasi selain transportasi perdagangan. Bersyukur banyak penikmat bantaran sungai Rhein ini baik penduduk lokal maupun pejalan, sehingga tukang blusukan pecinta sungai tidak merasa aneh.
Terlihat jembatan Hohenzollern Bridge cantik yang melintasi Rhein dengan arsitektura anggun megah. Konon dari jembatan inilah sosok agung katedral Cologne tepian Rhein dapat dinikmati secara utuh. Jembatan dengan sematan gembok cinta. Keterbatasan waktu tak membuat emak kebun nekad mblirit ke jembatan cantik ini, cukup menikmatinya dari jauh.
Yuup demikian nukilan melintas Rhein di tiga tempat.
wah sudah sampai di europe saja nih mbak..
kirain masih di tanah jawa..
Tetap bermukim di tanah Jawi Mas. Salam
lihat fotonya aja berasa adem yach Bu. kebayang leye-leye atau piknik ditaman dibawah teduhnya pohon hehehehe…
Siip…bisa yoga pinggiran sungai ya Lina. Badan dan jiwa jadi segar. Salam sehat. Namaste
wah ini tulisan yang tertunda ya mba prih … 🙂
sungainya betul betul menarik .. terlihat bersih dan pinggiran sungainya betul betul tertata .. sangat nyaman untuk jalan kaki. Baru tahu alau sungai Rhein punya air terjun bahkan termasuk kategori air terjun terbesar di Eropa .. keren. Jadi mengingatkan curug Parigi di Bekasi 🙂 … walaupun beda jauh .. antara yang terawat dan tak terawat
salam
Iya Kang..mengangkat draf lama.
Curug Parigi…destinasi impian karena tak terlalu amat jauh dari posnya anak2. Semoga bisa dolan ke sana.
Mencoba menyerap energi pengelolaan sungai dan bantarannya. Sungai menjadi salah satu wajah kota yg membanggakan.
Salam gowes
Hasil blusukannya menyejukan pandangan, Bu.
Hehe blusukan pinggir sungai nih Jeng. Ngadem….
Sungai internasional nih, melintasi banyak negara. Salutnya tidak ada negara yang mengotori dengan sengaja seperti mengalirkan limbah industri ke dalam sungai itu.
Draft di file saya mesih mengendap 😦
Tidak saling lepas tanggung jawab ya Uda. AMDALnya kuat dan komit.
Pastilah draf Uda berlapis banyak artikel menunggu di lepas hehe.
Salam
Aduuuh….nyamannya ngeliat aliran sungainya. Apalagi yg di air terjunnya. Desadi air terjun tersebut kayanya nyamaaan buat tinggal… 🙂
Terlihat nyaman tinggal di kastil atau di desa seputar air terjun hehe… terima kasih untuk singgah di sini. Salam
Heheehe…. rencananya gitu bu Prih, 1 juni pulang ke tanah jawadwipa 🙂
Kabar baik bu, terimakasih
Amin. Semua rencana dimudahkanNya. Bisa kondur saat ldul Fitri.
Terimakasih bu Prih 🙂 Bu Prih di salatiga apa dmn
Sama2. Iya saya di Salatiga. Nuwun
Rhein, hampir sama kayak nama blog ini, Ryn 🙂
Lah malah nggak nyadar..Rhein..Ryn..
Aloo Mas. Apa khabar? Kondur Ambarawa-Ampelkah? Salam tuk keluarga.