Tag
jalur Blitar-Malang, pengalaman naik Malioboro Ekspres, stasiun Sukomoro, terowongan Eka Bakti Karya
Sehari Bersama si Molek
Ini tentang perjalanan Salatiga – Malang. Alternatif mode transportasi antara travel, kereta api atau kapal terbang yang harus transit ke Jakarta dahulu dengan total waktu saling tidak berbeda nyata, dan pilihan jatuh pada si Molek alias Malioboro Ekspres pagi Yogyakarta (Tugu) – Malang (Kota Baru), kami naik dari stasiun Balapan Solo. Merintang sekitar 7 jam perjalanan yook….
Berawal dari Stasiun Balapan pk 09….jigajigajig sekejap kota berganti pemandangan dari sawah lalu beralih ke hutan jati.
Kedunggalar 09.30 stasiun kecil Ngawi, lanjut 09.42 Paron
10.35 Madiun, pusat industri KA. Terjadi pergantian petugas dan kereta berhenti cukup lama. Berbekal info sahabat, saya menuju ke pintu tuk mencari tukang pecel Madiun yang kawentar. Ooh tak ada lagi pedagang pengasong, suasana stasiun sepi dan bersih.
11.26 Nganjuk, pesan maksi nasi goreng yang lumayan enak. Melirik ke penumpang se gerbong cukup banyak turis asing yang beberapa jumpa lagi di pegunungan Tengger.
11.43 melintas di stasiun kecil Sukomoro daerah Nganjuk. Ini stasiun persilangan, tidak untuk naik turun penumpang. Khas kawasan stasiun kereta api dengan rumah dinas yang besar, terlihat menara menjulang yang ternyata peninggalan jaman Hindia Belanda
Waduh saat melintas Kertosono terlelap padahal ini yang saya tunggu menikmati persimpangan jalur ke Surabaya, kami belok ke Selatan….
12.42 Kediri, kota tahu berhenti sebentar, teringat kunjungan ke Puhsarang, Simpang Lima Gumuk dengan bangunan Perancis nya..
13.14 Tulungagung kota marmer. [Pengingat disinilah mas Mbarep ikut bergabung dalam Kelas Inspirasi. Juga indahnya biduk berlabuh di Teluk Popoh]
13.43 Blitar, kota Bung Karno, bangunan stasiun terlihat sederhana berkelas dengan daya pikat umpak batu penyangga tiang dan atap ekpose kayu.
[Setiap persinggahan mengingatkan pada persebaran sahabat ngeblog, juga sahabat sesama cantrik di padepokan Baranang Siang. Perjalanan panjang yang harus ditempuh saat berguru. Apalagi sarana transportasi dulu belum senyaman sekarang]
Kembali terkantuk, menikmati stasiun Kesamben dan stasiun Wlingi secara samben atau selintas.
Seperti jalur Yogya – Jakarta melewati terowongan di Gombong, jalur Blitar – Malang juga melintas terowongan Karangkates, di desa Sumberpucung. Penelusuran lanjut didapat bahwa terowongan Eka dan Dwi Bakti Karya karya monumental Indonesia, terowongan kereta api terpanjang. Berbonus lagi dengan cantiknya jembatan Lahor.

Terowongan Eka dan Dwi Bakti Karya (sumber)
Jelang Kepanjen sawah menghijau dengan latar belakang gunung menjulang, melihat letak geografisnya rasanya itu G. Kawi.
15.14-15.42 Stasiun Kepanjen, Malang Selatan. Kereta berhenti paling lama, disuguhi stasiun dengan arsitektura cantik.
Malang Kota lama, stasiun yang dikelilingi pemukiman yang sangat rapat. Rumah menghadap dan mepet dengan jalur kereta, para kanak-kanak bermain layang-layang dan sepedaan di sisi sepanjang rel kereta.
16.28. Malang Kota Baru. Terima kasih Molek yang menggendong kami. Saatnya bergabung dengan Mas, mbak Mbarep dan Mas Tengah dari Jakarta yang mendarat lebih dahulu tuk melaju ke Bromo Tengger nan eksotis.
Wah pasti juga melewati stasiun Masaran dan Sragen ya 🙂
Kangen Masaran dan Sragen…..stasiun penghubung Surabaya Solo
Naik kereta api sekarang menyenangkan mbak…..
Dan sebetulnya saya ingin menikmati jalan-jalan lagi naik kereta api….cuma waktu dan mesti mengelola tubuh…maklum faktor “U”.
Betul Ibu, tenaga kita sebanding dg faktor U. Faktor keamanan kenyamanan menjadi penyeimbang waktu tempuh. Salam hangat kami
Mbak Prih, sehari bersama simolek mengumpulkan banyak pengalaman ya. Di setiap Stasiun ada cerita. Teliti sekali dirimu dalam mencatat perjalanan, Mbak. Jempol 🙂
Hoho Uni Evi,mari percayakan pada kamera hape, waktu dan tempat tercatat. Jepret di sela ngobrol dg partner perjalanan dan ngantuk yg menemani. Trim Uni yg menebar semangat ngeblog. Salam
Stasiun yg dilewati membuat hati adem ya, Bu. Apalagi yg dinaiki si molek, perjalanan 7 jam tidak terasa membosankan.
Kalau punggung mengeluh tak bisa ditipu nih Uni, duduk lebih dari seperempat hari. Dibujuk saja dengan amatan stasiun-stasiun leutik. Salam
Perjalanan panjang jadi nggak terasa ya Bu kalau banyak yang dilihat 🙂
Stasionnya juga banyak yang masih peninggalan jaman Belanda kelihatannya.
Merintang waktu, membujuk punggung dengan stasiun cantik peninggalan jaman Belanda nih Pak.
serruuu mbak perjalanan menikmati banyak stasiun persinggahan ya..
jadi sekarang perjalanan kereta api jarak jauh seperti ini sudah bebas pengasong?
Ada persinggahan ada yang hanya dilalui mbak, benar dibuat seru sendiri biar tidak mengeluh capek hehe.
Acung jempol tuk PT KAI, tak hanya dalam kereta di stasiun juga rapi teratur. Salam
Tujuh jam lumayan lama juga. Tapi terhibur dengan ijo royo-royo alam pedesaan.
Merintang waktu dg menikmati perjalanan ya Uda, sesekali merentang punggung
perjalanan yang cukup panjang
Dinikmati sambil melihat sekitar diseling tidur…
Aku penasaran juga ama salatiga kak
Salatiga menunggu Winny…