Tag
arum manis rambut nenek, Candi Plaosan Kidul, candi Plaosan Lor monumen cinta, Candi Sambisari, gudeg kalengan, Jadah bacem Mbah Carik, Museum Gunungapi Merapi, Pulen Kopi Ponti, saba candi, The lost world castle
PWJJT Saba Merapi dan Candi
Sementara blog ini berubah fungsi. Simbok sedang malas berkebun, mari bukukan perjalanan. Kali ini tentang kebun PWJJT saba candi. Terharu syukur dengan kerelaan buibu berpanas ria menyusuri candi Sambisari pun candi Plaosan. Mari simak keseruannya.
Sudah pangsion dari aktivitas kepengurusan kebun PWJJT, namun buibu pengurus berkenan mengajak simbok saat refreshing. Ada saat recharge energi, penyegaran motivasi tuk menjaga kinerja pelayanan. Paling asiik adalah pergi ke alam.
Sempat ragu dan hendak ubah tujuan, karena sebelum jadwal dolan 20 Okt 2019, Merapi sempat ada peningkatan aktivitas volkanik. Padahal Minggu 13 Okt, kami dawis Anggrek barusan dolan ke lereng Merapi.
Yuup betul sekali, 2 minggu berturutan pergi ke wilayah yang sama. Bahkan 2 obyek pengulangan dari kunjungan sebelumnya. Pun untuk candi Sambisari dan Plaosan Lor maupun Kidul sudah pernah disambangi. Masalah dolan bukan hanya masalah tujuan, ada keseruan dalam perjalanan dengan peserta yang berbeda. Simbok kebun mah enjoy saja selama jadwalnya cocok.
Pk 05.20 peserta sudah ngumpul, ada pelayanan renungan singkat oleh Ibu Lady. Peserta dibagi dalam 2 kendaraan. Mulai melaju dari Salatiga, mendaki ke Kopeng, Magelang menuju Kaliurang. Terima kasih Ibu Uki yang sudah menyediakan makan pagi, dinikmati di kendaraan untuk menghemat waktu.
Keceriaan di perjalanan menambah semangat. Keriuhan Kaliurang segera terasa, jalanan penuh dengan rombongan jeep Merapi tour yang penuh tantangan. Mengingat sebagian peserta sudah yuswa, kami memilih destinasi santai saja.
The lost world castle
Pk 09an kami sudah menjejak obyek pertama. The lost world castle. Kali ini hanya tujuan tunggal di sini tanpa The Stonehenge. Ada keuntungan pengulangan kunjungan beregu. Kali ini dapat meminta peserta untuk berpose dengan latar belakang yang lebih menarik.
Latar belakang menara kastil, mari berpose disela ‘sakura’, mengabadikan lorong kastil mumpung belum penuh pengunjung. Beberapa peserta yang terlalu lelah untuk mendaki, tetap dapat menikmati dari keteduhan.
Lah bagian simbok lebih pada halo…halo…saatnya foto dengan latar belakang bla bla, jepreet. Dokumentasikan dan wartakan keceriaan kebersamaan. Cuaca luar biasa nyaman, cerah belum terlalu panas, Merapi yang menjulang dapat dinikmati dengan puas.
Museum Gunungapi Merapi
Pukul 11.10 kami sudah berada di obyek kedua. Bersama menyimak pesan Mahaguru Merapi. Kami berkunjung ke MGM museum gunungapi Merapi. Kembali menonton sajian film dokumenter. Alamak kembali tersihir oleh rasa kantuk sehingga sajian tidak sepenuhnya terekam dalam memori.
Puas berada di Kaliurang, lereng Merapi. Saatnya turun. Tujuan adalah oleh-oleh jadah Mbah Carik. Kali ini kami singgah di gerai atas mumpung belum penuh. Salah satu ibu yang juga warga Dawis yang minggu lalu memborong jadah nyeletuk koq beda. Iya, saat bersama Dawis kami singgah di gerai mbah Carik bawah.
Saatnya mengisi perut dengan makan siang. Penata dolan memilih model prasmanan di Pulen Kopi Ponti disamping Candi Sambisari. Menu makan siang model rumahan, mau oseng-oseng, lodeh, brongkos silakan. Camilan khasnya adalah pisang kepok goreng. Mengesahkan kunjungan dengan menjajal kopi nyamikan pisang goreng, serasa malam di kawasan Jl Gajah Mada Pontianak.
Candi Sambisari
Siap ibu-ibu, mari lanjut ke Candi Sambisari. Buat sahabat kebun Rynari yang terpikat, mari silahkan, lokasinya di seberang Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Sangat mudah dijangkau.
Candi dengan tampilan unik. Awalnya ditemukan oleh penggarap sawah yang cangkulnya mengenai puncak candi. Secara lansekap candi ini seolah berada di ceruk dasar mangkuk raksasa. Kawentar dengan sebutan candi bawah tanah. Menjadi berada di bawah, karena tertimbun oleh letusan hebat Merapi.
Pemukiman yang sekarang berada di sekitar candi juga nangkring di atas hamparan materi yang terlontar dari kubah Merapi. Terbayang betapa dahsyat erupsi tersebut. Setiap titah diingatkan betapa kecilnya dihadapan Sang Maha. Pengingat untuk hidup selaras dengan alam.
Mari Ibu yang sepuh pinarak saja di keteduhan pohon apel hijau. Tetap dapat menikmati lansekap candi secara utuh. Terharu syukur dengan keriaan ibu-ibu yang menuruni tangga menuju ke candi utama.
Sejenak menemani ibu-ibu melongok …. di pusat candi. Menyusuri relung tembok Utara, bagian utama candi dengan Arca Betari Durga Mahisasuramardini. Relung bagian Timur ditempati oleh arca Ganesha. Sedang di relung Selatan bermukim Arca Agastya, Sang Syiwa Mahaguru.
Eksotisitas Betari Durga bertangan banyak mengingatkan kiprah wanita yang multitalenta. Inilah ranah pelayanan buibu PWJJT. Secara khusus saya pernah menyajikannya di Kompasiana. Mangga dirunut link yang disertakan.
Candi Plaosan
Pk 15.35an kami undur dari Candi Sambisari, wewengkon DIY. Lanjut ke Candi Plaosan yang berada di wilayah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Beberapa ibu saya ajak melongok ke Candi Plaosan Kidul yang jarang jadi tujuan kunjungan meski menjadi areal parkir. Ukurannya lebih simpel.
Nah mari menyimak candi kembar Plaosan Lor. Ini kunjungan candi tanpa pendakian, hanya sekian langkah dari areal parkir. Silakan ibu-ibu yang merasa lelah, menikmati areal candi dari keteduhan atau sambil minum air kelapa muda di warung.
Mengikuti rasa ingin tahu, menemani menikmati mozaik batuan bercerita. Candi Plaosan ini laiknya monumen cinta kasih Rakai Pikatan dengan sang permaisuri Sri Pramodhawardhani. Kalau India punya TajMahal, kita ada candi Plaosan. Kisah menarik percintaan beda wangsa juga beda agama, benih toleransi. Kupasan inspirasi toleransi dari Candi Plaosan, saya sajikan pada tulisan yang lain, tautan saya sajikan juga.
Selain merasakan antusiasme semangat ibu-ibu, pencapaian pribadi saya sempat mendapatkan matahari menurun berlatar Candi Plaosan pada pk 16.20. Tetap loh ya ingin menikmati matahari tenggelam dengan latar Candi Plaosan.
Belanja adalah seni dolan bersama. Menemani belanjaan jadah bacem Kaliurang, kini peserta dolan mampir di Bakpia Mutiara kawasan Plaosan. Menahan gelak dengan kreativitas dagang. Duh ada rambut nenek untuk arum manis penganan jadul yang ngangeni. Juga gudeg kalengan pengganti gudeg kendhil. Lumayan mengobati kangen buat tamu mancanegara ataupun teman-teman pedolan yang jauh ingin oleh-oleh ringkas.
Pk 17an kami beranjak pulang. Mari kembali kepada keluarga terkasih. Kiranya dolan bersama refreshing ini mengasah menyatunya hati dengan alam ciptaan, budaya leluhur. Semakin menempa semangat berpelayanan. Terima kasih buibu PWJJT, saya diajak dolan bareng, saba Merapi dan Candi.
bersapedahan said:
wah si mbok ini asyik banget kerjaannya … kalau ngga berkebun … jalan jalan … haha
saya baru tahu ada candi Sambisari .. dan ternyata masih “utuh” bangunannya. Memang Jogja bisa dikatakan daerah seribu candi.
salam
rynari said:
Yuup mau nyepedahan, simboknya nggak kuat nih. Candi Sambisari unik dengan posisi terbenamnya. Nah sepakat nih kota seribu candi. Bisa buat serial candi yaak.
sondang Saragih said:
Candi-candi yang keren. Apalagi Plaosan Lor dengan latar sunset,😍
rynari said:
Terima kasih Mbak Sondang. Iya menikmati anugerah alam budaya. Salam hangat
sondang Saragih said:
Salam hangat kembali Mbak😊