Tag
Di kala hidupku tent’ram dan senang, Horatio Spafford, it is well with my soul, PASRAHA, When Peace Like A River
When Peace Like A River…….
Kekuatan lirik dan melodi suatu lagu sungguh luar biasa. Bahkan buat seseorang yang tak bisa menyanyi atau menikmati lagu, seperti saya. Buat seseorang penyuka blusukan, jumpa sungai selalu menyenangkan.
Aliran sungai mulai dari kali kecil hingga sungai besar membuat terpana. Bagaimana tatanan alam mewadahi aliran dari mata air menjadi sungai hingga membawanya ke muara laut. Sungai mewakili dinamika. Saat lain menghadirkan rasa damai yang menentramkan jiwa.
Saat menikmati gelegak sungai Rhein yang tertumpah dari Rheinfall mengalir dari pegunungan Alpen di Swiss, teringat When peace like a river….. karya Horatio Spafford, 1873 disempurnakan melodi lagu dan aransemen karya Philip Bliss 1876. It is well, it is well with my soul (nyamanlah jiwaku) dilagukan dengan syukur ceria, tak jarang air mata menganak sungai di pipi. Bagaikan aliran sungai, kehidupan yang ditata Sang Maha Agung.
When peace like a river, attendeth my way. When sorrows like sea billows roll. Whatever my lot, Thou hast taught me to know. It is well, it is well, with my soul. Refrain: It is well, (it is well), With my soul, (with my soul) It is well, it is well, with my soul.
Menyimak latar belakang Horatio Spafford saat menulis lirik sunggah menggugah jiwa. Keterpurukan dalam bisnis yang dilalap oleh si jago merah sungguh tak sebanding dengan kehilangan empat buah hatinya. Satu meninggal karena sakit dan tiga dalam kecelakaan kapal pesiar.
Pergulatan batin dan kemenangan jiwa membuatnya mampu menulis dan bersaksi it is well, it is well with my soul. Nyonya Spafford mengatakan bahwa mereka tidak sedang kehilangan anak-anaknya, melainkan hanya berpisah untuk beberapa waktu lamanya. Menempatkan setiap peristiwa dalam bagian rancangan agung. Nikmat apa yang hendak kita dustakan. Indah RencanaMu dalam kehidupan setiap umat.
Kala menikmati aliran sungai Kapuas Kalimantan Barat atau bahkan Kali Tuntang di Salatiga, teringat terjemahan When peace like a river oleh E. L. Pohan Shn., 1966 dengan tajuk Di kala hidupku tent’ram dan senang.
Di kala hidupku tent’ram dan senang dan walau derita penuh. Engkau mengajarku bersaksi tegas: “S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku!” Refrein: S’lamatlah jiwaku, s’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.
Pengharapan, kepasrahan, pengakuan…s’lamatlah jiwaku. Penyerahan jiwa kepada Sang Pemilik Hidup. Tidak menyerah pada derita namun fokus pada penyelenggaraan Illahi.
Bahkan saat bersantai di pinggir hulu Kali Garang, Ungaran ataupun mata air Kali Senjoyo Salatiga. Terngiang lagu PASRAHA, masih terjemahan dari lagu induk When peace like a river.
Bungaha susaha Gusti dak puji, kang mranata gesang kula. Kula rinimat kalayan katresnan, mila kula pasrah pangrehnya. Reff.: pasraha pasraha, ing sapangrehing Hyang Makwasa.
Terjemahan bebas: dalam suka duka, kumuliakan Tuhan yang menata hidupku. Aku dirawat dalam kasihNya, maka aku pasrah dalam penyelenggaraanNya. Berserah dalam penataan Hyang Maha Kuasa.
Melagu di pinggir kali, kontemplasi yang sungguh indah. Postingan yang diinspirasi oleh lantunan persembahan Paduan Suara Jetis Timur (PSJT). Mari bersyukur dalam suka cita.
bersapedahan said:
kalau lihat sungai yang bersih .. kalimat peace like a river cocok banget, tapi sungai sungai di perkotaan .. apalagi yang banyak sampahnya . hiyyy.
mudah2-an nanti semua sungai dengan kerja keras dan partisipasi bersama menjadi indah .. dan cocok dengan kalimat Peace like a river 🙂
salam
rynari said:
Yyuup sebagai ajakan bersama aliran sungai yg bikin damai nggak ada mampet, banjir dan kekeringan
Suka dengan kata kunci partisipasi bersama.
Salam
alrisblog said:
Liat Sungai Rhein kok terasa tenang di jiwa. Mungkin karena warna hijau itu juga berpengaruh.
rynari said:
Iyo Uda…aliran tenang dari sungai jernih berwarna hijau tosca menenangkan jiwa. Mengalir laiknya jiwa…
Monda said:
bersyukur apa pun jalan hidup yang harus kita jalani, susah senang harus dihadapi dengan tenang dan ikhlas
sehat2 selalu ya bu dhe..
rynari said:
Puji Tuhan, sehat mbak Monda. Salam sehat juga tuk Abang, mbak Monda dan para bidadari. Yup pembelajaran dari sungai.