Tag
legenda kota Roma, Ponte Principe Amedeo Savoia Aosta, Ponte sisto dengan eye flood, Remus dan Romulus, Tepian Sungai Tiber
Tepian Sungai Tiber
“Saat ini kita meninggalkan Negara Kota Vatikan dan akan memasuki Kota Roma. Roma City Tour akan diawali dari tepian sungai Tiber” demikian terang mbak cantik pemandu lokal. Sungai Tiber? Ah segera saya menelengkan telinga menjulurkan leher, sungai Tiber memikat saya sejak dari rumah, kebesaran suatu kota tak lepas dari sungainya. Jakarta dengan Ciliwung, Pontianak dengan Kapuas, Palembang dengan Musi nah bagaimana wajah sungai Tiber ini. Sayang sekali karena city tour nan singkat hanya dari atas bus tanpa bisa membuka jendela (hehe..)
Aha….terlihat pasangan muda mendorong stroller buah hatinya, bisa nitip mata nih…jepret. [Nak, berdasarkan mitologi Romawi, legenda kota Roma erat sekali dengan sungai Tiber. Alkisah seorang perawan Vesta Rhea Silvia dengan dewa Mars memiliki anak kembar Remus dan Romulus. Jalinan cerita menyebutkan kedua kanak-kanak ini terombang-ambing di sungai Tiber. Bersyukurlah ada seekor serigala betina yang welas asih, menyusui dan memelihara mereka. Seiring dengan pertumbuhkembangan mereka, mulailah terkikislah rasa saling mengasihi terselip rasa saling iri hingga puncaknya saling berkelahi adu kuasa dengan melegalkan segala cara. Remus tersingkir oleh Romulus yang menjadi penguasa pertama kota Roma yang lahir pada 21 April 753 SM. Kota Roma berkembang di tepian sungai Tiber yang mengalir sejauh 406 km dari Pegunungan Apennine ke laut Tyrhenian]
Ponte Principe Amedeo Savoia Aosta, jembatan awal yang kami jumpai melintas di sungai Tiber. Spot ini sangat terkenal, foto senja yang diunggah di internet sangat cantik, saya harus puas dengan foto samping yang kurang jelas.
Berikutnya adalah Ponte Sisto yang dibangun pada tahun 1479 sebagai ‘footbridge’ dengan anti flood ‘eye’. Pastinyalah kota Roma tidak mau terendam banjir sehingga dilakukan penataan luapan.
Lah yang ini belum tahu nama jembatannya, bus kami melintas dan jepret….akhirnya punya dokumen wajah sungai Tiber. Kelihatan yaak kalau diambil dari kaca dalam bus, ada bayangan peserta yang terikut dalam foto. Sebenarnya rute ini tidak terlalu panjang, terbayang kalau jalan kaki bisa mengikuti penjelasan mbak pemandu lokal tentang sinagoge, jembatan tertua, penjara tertua dan beberapa universitas yang terlintas. Bersyukur, tepian Sungai Tiber selintas dari jendela bus tetap memberikan secuil cerita.
bersapedahan said:
bangunan2 kuno yang megah dan sungai bersih .. memang tempat asyik untuk berjalan jalan … jalan kaki juga saya senang banget ditempat seperti ini, lebih mudah untuk foto2 dan mengagumi bangunannya 🙂
rynari said:
toss sesama penikmat sungai dan bantarannya. selalu ada hubungan antara perkembangan kota dengan aliran sungai utamanya ya. salam pecinta sungai
chris13jkt said:
Ayo diagendakan buat balik ke sana lagi Bu. Tapi kali berikutnya jalan kaki supaya puas menikmati pemandangannya dan jepret-jepret
rynari said:
Hehe sudah cukup koq Pak.. menikmati alam dengan santai saja.
mama hilsya said:
huwaaaaa….. ibuu, senangnya baca cerita ini…
tak like-like in satu satu aah….
rynari said:
Diajeng….selamat datang kembali ke jagad perblogingan…kangen baca cerita mama Hilsya….
rizzaumami said:
Ngeliat jembatannya aja udah kerasa menyimpan sejarah masa lampau
rynari said:
Mencoba memahami sejarah melalui perwujudan fisik jembatan ya. Serasa Jembatan Merah Surabaya dan perjuangan…
rizzaumami said:
Kadang jembatan lebih mudah bercerita dibanding bangunan lain 🙂
rynari said:
Mengasah kepekaan mendengar ‘jembatan bercerita’ ya..siip
Johanes Anggoro said:
Yaaaah cuma dr dalam bis mbak? Kurang afdol kalo ga jalan kaki ya 😀
rynari said:
Melongok dari jendela bus oke…jalan kaki juga okeh…tepian Tiber tetap memberikan secuil cerita hehe…
Terima kasih bersama menikmati Tiber dari jendela