Pesona Garengpung
Sejak beberapa hari lalu atmosfer sekitar rumah dan kebun dipenuhi demo akustik yang indah, harmoni nada dari paduan suara tonggeret atau garengpung (Jawa). Ditelinga saya bunyinya terdengar uir …. uir….uir….atau ier ..ier… Dinamika suara dari pagi hingga malam sangat bervariasi, keras menggeletar penuh semangat di pagi hari, sementara di sore hingga malam hari terdengar melembut mendayu.
Alampun mengingatkan bahwa inilah mangsa kasanga yang dicandra dengan wedharing wacånå mulyå (“munculnya suara-suara mulia” yaitu beberapa hewan mulai bersuara untuk memikat lawan jenis). Wah pesta audisi tonggeret jantan memikat si betina melalui keunggulan suaranya demi meneruskan siklus kehidupan hingga akhir jaman. Menghasilkan simfoni alam yang mempesona, yang dilekatkan pada postingan kebun tepat setahun yang lalu.
Garengpung memiliki ‘kesamaan’ dengan Gareng loh …. Lho koq bisa, mari simak di postingan ‘Antara Gareng dan Garengpung (Belajar dari Pengetahuan dan Kearifan Lokal)’ yang diposting di kebun satunya. Selamat menikmati simfoni alam merdu garengpung di sekitar sahabat.
Gareng pun masih sering muncul juga di kebun mbak? Suaranya yang khas menandakan bahwa satwa kecil ini perlu dilestarikan keberadaannya. Oh, ya Mbak….di Salatiga kalau subuh masih turun kabut dari pegunungan Telomoyo ya? Salam berkebun….
_____
Pagi berkabutnya sudah tidak terlalu terasa Jeng, kecuali di daerah Kopeng. Maret yang makreet hujan berkurang mengait dengan aktivitas garengpung meneuskan siklus kehidupan. Selamat berakhir pekan Jeng.
di belakang rumah de sekarang lagi ada tokek. Suaranya itu loh ciri khas sekali.
Bersyukur deh masih bisa merasakan merdu nya suara binatang secara langsung.
Tapi de belum pernah dengar suara garengpung nih
_____
Suara tokek dengan penciri khas menimbulkan sensasi tersendiri, sering jadi tebakan ·····tak jarang hadirkan nuansa sedikit horor (halah).
Pagi hingga siang inipun gaduhnya garengpung menghiasi atmosfer sekitar. Karena Jeng De tinggal di kota agak jauh dengan pepohonan suara fauna ini tak terjangkau radar pendengaran. Salam
gareng …kami dulu menyebutnya gitu…
kami suka lihat perutnya …kata teman2 di perutnya itu ada angkanya, tapi kok nggak pernah nemu he..he..
__
Istilah yang sama ya, oh unik ya mbak yang angka di perut, seperti no punggung pemain bola. Bertempat tinggal keliling Nusantara, kekayaan pengamatan budaya lokalnyapun menebal ya. Salam
kalau ada fotonya minta dong biar bisa liat juga…….
___
Berikut link fotonya, http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tibicen_linnei.jpg semoga bermanfaat
jd kangen suara garengpung mbak 😛
___
Jeng Ely, penasaran dengan pranata mangsa Jerman dan serangga ala garengpungnya. Salam
Alhamdulillah beberapa hari lalu mendengar lagi simponi alam ini bu… dlm perjalanan plg dns dari purwokerto tepatnya di sekitar Randudongkal pas sore hari habis hujan… tamba kangen, hehe…
___
Hehe tamba kangen dari Randudongkal, nama daerah yang unik mungkin ada punden dengan pohon randunya. Mari Jeng dinikmati ier…ier…
Haaaddeeeehhhh aku mau nulis soal garengpung juga Mbak,,,pas isuk2 wes ono suoro …ier…ier…ier di halaman rumah…tapi bingung itu sejenis binatang apa ? taunya ya ming garengpung hihihihihi
____
Sesama pendengar suara garengpung ya Jeng, mangga dilaras menikmati suaranya ier …ier….
waktu kecil sering dengar suaranya, kata bapak itu suara garengpung. Hingga sekarang wujudnya seperti apa belum pernah tahu
____
Wujudnya seperti garengkah? yang jelas suaranya keras cetar membahana cukup memekakkan telinga dan dalam paduan jadi indah
Di sekitar tempat tinggal saya juga masih ada tonggeret, tapi sudah tidak sebanyak saat saya kecil.
Suara yang bersahut2an itu memang asik buat dinikmati.
____
Selama masih cukup banyak pepohonan dan ruang terbuka, keberadaan tonggeret mempersembahkan suara penanda peralihan musim. Selamat menikmati simfoni indahnya. Salam