Sup Ayam
Salah satu kenangan masa kecil kami, saat salah satu dari kami menunjukkan gejala masuk angin, badan aras-arasen, mriyang tak ada nafsu makan, Ibu dan Bapak menyajikan salah satu menu mewah bagi kami yakni sup ayam. Bapak mragat (menyembelih) seekor ayam kampung piaraan. Bagi si sakit, kehangatan sup ayam diharapkan membangkitkan semangat, suapan kaldu menjadi asupan gizi yang menyehatkan. Bagi kami yang sehat, gigitan lezat daging ayam menjadi pasokan pemelihara stamina.
Lah mengapa penyajian sup ayam harus dibarengkan dengan badan mriyang. Kearifan alam mengajarkan badan mriyang sebagai peringatan dini merosotnya stamina. Meski early warning system (EWS) belum dibudayakan, orang tua menangkap sasmita aras-arasen saatnya menyajikan sup ayam, tindakan pemulihan bagi si sakit sekaligus pencegahan bagi anggota keluarga yang lain.
Pada tatanan yang lebih luas, suguhan sup ayam juga menjadi muatan dari parade USDEK (Unjukan+kudapan, sup, dahar, es lanjut kondur) pada resepsi model “piring terbang”. Sup ayam kini dengan aneka variannya menjadi hidangan awal penggugah selera agar tetamu sumringah menikmati sugatan andrawina.
Suguhan berikut juga laksana sup ayam bagi jiwa (Chicken Soup for the Soul) karya Guskar Suryatmojo. Tulisan dibingkai dalam daftar isi Pranata Mangsa pasti membuat tukang kebun kesengsem, setara dengan Nawung yang merangkum bab melalui Sekar Macapat. Enjoy capitalism tertulis di halaman 171 diusung menjadi judul buku mengajak pembaca tidak terburu-buru anti kapitalisme, nikmati saja asal jangan kelibas.
Kita Bangsa yang Cerewet (hal 477) disajikan ringan interesan dengan isi yang menohok, jumlah hape yang dimiliki bangsa ini melebihi populasinya ….. Pangsa pasar yang menggiurkan bagi produsennya maupun provider jaringan. Berita lisan dan tulis yang disebar melebihi dari kapasitas serapan pendengaran. Tinggal menunggu mesin pengukur tingkat kecerewetan kita.
Wongso Buyuk (hal 61) pastilah jadi sahabat tukang kebun. Betapa setiap individu dikenal melalui karakter khasnya. Wongso Buyuk menceritakan hidup adalah berkarya dan lingkungan mengenal melalui karyanya. Eloknya Wongso Buyuk, sekaligus pengingat sedihnya kerabat Marsip penggosip.
Keluasan bidang pandang penulis tercermin dari keanekaan topik bahasan olah ngudarasa sekian warsa. Ciri khas dalang wayang slenco terwakili oleh kekenesan Antara Angie dan Drupadi (hal 363). Kecerdasan wanita cantik pelaku sejarah bangsa dihadapmukakan dengan permainan politik kotor. Pemaduan ketaatan dengan pembelaan harga diri.
Srupat-sruput menikmati buku bercover pyayi gagah pideksa, setebal 592 halaman ini [wow usah mengeluh duluan] …..sungguh serasa jagong menikmati sup ayam yang menyegarkan jiwa. Saat sahabat merasa mriyang, aras-arasen, gembreges menyantap sup Enjoy Capitalism jawabannya. Terima kasih Mas Guskar yang lantip menangkap sasmitaning zaman dan mengolahnya dengan bernas, selamat terus berkarya.
chocoVanilla said:
Mbakyuu, setiap membaca tulisan Mbakyuu ini serasa membaca karya sastra. Pilihan katanya luar biasa, menambah perbendaharaan kata buat saya. Bahkan meski orang Jawa, ada juga yang saya gak mengerti 😛
Andaii Mbakyuu mau nulis fiksi, pasti lolos deh masuk Kompas:D
Mbakyuu, bukunya Guskar bisa di dapat di mana?
Salam kangeeenn….
____
Halo Diajeng…salam kangen….
Walah malah mencari mbakyu Sastra..untuk urusan fiksi saya milih menikmati fiksi karya Diajeng Piet loh
Mangga di kontak beliau langsung saja Jeng
Salam tuk Ganteng dan Cantik ya.
chris13jkt said:
Tebal juga bukunya ya Bu, 500 halaman lebih, hampir 600 malah. Tapi kalau Bu Prih bilang bahwa tidak akan meletakkan buku ini sebelum tuntas, rasanya buku ini pasti perlu juga dibaca 🙂
___
Masing-masing bab terdiri dari puluhan topik eksotik berukuran mini dalam beberapa halaman dan disajikan dengan gaya bahasa enak nih Pak Krish. Kalau sekian ratus halaman itu buku pelajaran, rasanya saya nyerah duluan…
Lois said:
Kalau bicara soal baca buku saya sekarang sudah tua jadi malas, apa lagi literatur baru dari Indonesia saya betul-betul buta. Paling-paling baca warta berita dan ttg tanaman dari internet. Kalau ttg sup ayam, kalau pas masuk lesus, sup ayam bening dengan jahe dan soun dulu sering dihidangkan oleh mama 🙂
___
hehe masuk lesus masih terngiang…kombinasi jahe dalam sup ayam bening…semakin menghangatkan dan bablas lesusnya…
Ari Tunsa said:
ini bukan tentang bukunya, saya jadi pngen sup ayam bun hehe
___
Hallo Ari, apa khabar?
Ayo, sang nyonya Ari pasti penyedia sup ayam lezat bagi keluarga. Salam
vizon said:
Wow.. Guskar sudah menerbitkan buku baru lagi tho? Ketinggalan banyak hal saya nih Bu Prih, gegara keseringan absen ngeblog.. Salut buat beliyaw..
Analogi sup ayam-nya sungguh terasa pas, Bu Prih.. Menghangatkan, sekaligus menenangkan.. 🙂
___
Apa khabar Uda Vizon? Tentunya banyak aktivitas yang perlu Uda prioritaskan demi mencerdaskan putra bangsa.
Ini mah mengambil dari kategorial chicken soup for the soul yang beliyaw sematkan.
Karya dan sepak terjang Uda Vizon juga menghangatkan sekaligus menenangkan banyak jiwa.
Salam
Orin said:
wuih tebel bgt bukunya buuu, tapi menyehatkan deh pastinya ya seperti sup ayam 🙂
___
Senada dengan karya Neng Orin, selamat terus berkarya……
Okti D. said:
elok sekali analoginya, bukunya penuh gizi 🙂
___
Mengambil dari kategorial chicken soup for the soul…
Menyemangati buku karya Okti berikutnya dan berikutnya….
harumhutan said:
om kyaine sudah menjadi penulis sekarang ya banyak buku yang diterbitkan,chicken soupnya indonesia nih..suksess om 🙂
soup emang pas disajikan saat badan sedang gregres seger waras jadinya,meski dimakan saat tak meriangpun tak masalah karna menambah riang 🙂
___
Ikut bangga dan menikmati karya beliau ya Jeng Wiend
Yook perubahan musim jaga stamina dengan yang hangat bergizi. Salam