Nyepur yook…. Mampir Stasiun Cirebon Bangunan Cagar Budaya
Obrolan di susuh induk jelang akhir tahun. ‘Induk…kami masih pengin liburan bareng, apa daya kami harus kembali glidig nunggu brok di akhir tahun. Kalau induk kondisi mendukung, yook grudugan ke Tapos hingga awal tahun’ Perarakan grudugan dimulai, Kamis 28 Des pagi Mas mbak mBarep bersama keluarga meluncur ngulon, siangnya giliran Mas Tengah nyepur (naik kereta api) ngulon. [Sepur adalah serapan bahasa Belanda untuk kereta api]
Ragil yang jadwal glidig paling akhir kebagian menemani eMaknya nyepur ngulon di Jumat 29 Des. ‘Nyepur…? butuh 6 jam loh dengan selingan diare pasca terapi kan capek Mak’ ‘Nggak terusan koq, kami akan stop di Cirebon, lah ke Cirebon sarana transportasi cepat nyaman kan by kereta api, nginap semalam di Cirebon, esok hari jagong mantu sahabat kebun di Cirebon baru siangnya lanjut nyepur ngulon’
Menumpang kereta api Argo Muria dari Semarang pk 07 pagi selama 3 jam tibalah kami di stasiun Cirebon Kejaksan setelah stasiun Prujakan Cirebon. Asiik…selama ini paling hanya lewat dan kali ini sungguh turun di stasiun Cirebon. ‘Mak..lihat untuk keluar dari jalur 2 ke emplasemen, ada penyeberangan bawah tanah nih. Keselamatan penumpang melewati jalur 1 saat diperhatikan’ menghemat energi naik turun tangga senyampang jalur 1 kosong kami melewati lintasan permukaan rel saja. Sebagai stasiun besar, semua kereta api kelas komersial (bisnis-eksekutif) berhenti di stasiun ini.
Seraya menunggu konfirmasi penjemputan dari hotel yang kami pesan, menengok ke kiri, alamak cantik gagah membiru terlihat gunung Cireme menjulang melatar stasiun Cirebon.
Menikmati sejenak fasad tampak depan stasiun yang cantik, melongok sekilas areal loket seraya berupaya esok bisa datang lebih awal agar bisa sejenak menikmati stasiun Cirebon sebelum perjalanan lanjut.
Sore hari berkesempatan jalan-jalan sebentar di seputar hotel dan memandang gerbang utama stasiun Cirebon dari jalan Siliwangi.
Beneran saat melanjutkan perjalanan meninggalkan stasiun Cirebon esok harinya, kami terpesona dengan plafon di loby utama ruang tunggu. Lengkung-lengkung cantik dan hiasan kaca patrinya. Selain untuk keindahan, kaca patri ini juga untuk penerangan alami saat cahaya matahari menerpa ke dalam, konsep hemat energi berpadu dengan estetika. Lampu gantung antik untuk penerangan di malam hari.
Pola megamendung khas Cirebonan nampak menghias lengkung di atas jendela stasiun. Sayang tidak sempat menikmati aneka ruang di stasiun Cirebon.
Yuup kami naik kereta api Argo Jati pada hari Sabtu 30 Des, selama 3 jam menuju stasiun Jatinegara. Lagi-lagi batik motif megamendung melatar sandaran kursi di kereta api. Serasa menyerap ruh Cirebon.
Stasiun Cirebon ini dibangun tahun 1911 atas prakarsa perusahaan kereta api Pemerintahan Hindia Belanda Staatsspoorwagen. Stasiun Cirebon dirancang oleh Arsitek Belanda bernama Pieter Adriaan Jacobus Moojen yang diresmikan pada 3 Juni 1912. Menjadi penyatu jalur penting Semarang Cirebon Stoomtram-Maatschappij (SCS) 1893, Cirebon-Cikampek th 1909 dan Cirebon Kroya sejak tahun 1912. Bermula dengan pengangkutan hasil bumi hingga mobilisasi pekerja rodi untuk Batavia.

Stasiun_Cirebon_1912_BaruDiresmikan (Sumber)
Bangunan yang sebagian masih asli dan tampak semakin megah ini termasuk Bangunan Cagar Budaya dengan no registrasi RNCB.20100622.02.000798. Penetapan berdasarkan SK Menbudpar No:PM. 58/PW.007/MKP/2010.
Jadi ingat. Dulu di stasiun itu ada dua warung empal genthong—yang satu biasa saja, tapi yang satu lagi saya ngefans berat.
Jadi kalau sedang niat naik “Fajar” (kalau eksekutif durasi berhentinya terlalu singkat), saya suka sengaja mengosongkan perut (atau ganjel sarapan ala kadarnya) biar siangnya bisa puas makan empal genthong asli Cirebon nomer satu di dunia!
Catat ah…tuk referensi empal genthong stasiun Cirebon. Tour de stasiun plus warung2 favoritnya menarik juga nih. Mtnuwun mas KK
Megah sekali stasiun kereta api di Cirebon.
Teringat kemegahan stasiun Balapan Solo nggih. salam
saya juga suka banget sama bangunan2 stasiun KA peninggalan Belanda … elegan dan wah … benar2 enak dipandang dan tidak ngebosenin
Toss sesama penyuka bangunan stasiun, hayuuk ditunggu di museum KA Ambarawa, bersapedahan di seputar Ambarawa juga menarik loh
kok kayaknya sepi ya stasiunnya?
Udah lama nggak naik kereta. Tadi pagi pas lagi rapat di kantor, tiba-tiba ada yang usul gimana kalau kita naik kereta api sama-sama, nggak usah jauh-jauh. Hehehe… Baca tulisan ini kok jadi mau kasih usul sekalian jalan-jalan ke cirebon aja gitu.
cukup ramai Jeng, nih ambil sudut pengambilan yang rada sepi penampakan. Wow kece nih dolan bareng naik kereta api rame-rame. Salam
suka sama stasiun cirebon, kesan arsitektur belanda masih berasa dan terowongan bawahnya juga keren. uda gitu stasiun ini menurutku rapi dan bersih yach Bu.
Sepakat Lina…stasiun Cirebon yg menawan. Salam dolan
Ibu Prih apa kabar.
Pengen lagi naik kereta api. Kalau saya bukan ngulon, tapi ke wetan.
Puji Tuhan Jeng…kami damang, kumaha wartosna kelg Parongpong. Hayu ngetan, sy tunggu di Salatiga atau lebih jauh ke Jawa Timur lanjut Jembrana…salam hangat kami
stasiun cirebon ini kesannya vintage banget ya kak, dulu gak perhatiin banget padahal segitu kerennya
kan Winny membidik dari sudut pandang lain yang sangat kereen yaak
stasiun kereta api di Jawa banyak kemiripannya ya mbak..
stasiun kereta Sukabumi yang lebih kecil juga menerapkan desain lengkung dan kaca patri yang hampir mirip
senang deh lihat stasiun2 tua cantik ini
Fungsional dan arristik ya mbak. Ambarawa kembar dg stasiun Kedungjati. Naksir ke Sukabumi yg bisa tektok dari Jakarta tanpa nginap. Kalau terminal bus jarang yg permanen ya dibanding cagar budaya stasiun. Salam
Stasiun-stasiun kereta api memag selalu megah ya mbak prih. Saya selalu mengaguminya setiap berada di stasiun.
Sepakat Mas Jo, membuat betah penumpang dam pengantar di stasiun ya. Salam hangat
Wah keren. Kebetulan nih mau ke cirebon bulan Maret 🙂
Hayuuk Okti…banyak yg dinikmati di Cirebon. Wisata budaya, batik, kuliner maupun alamnya.