Tag
Chapel bridge alias Kapellbrücke, Danau Luzern, Friedlis Markthalle, Jembatan cantik di sungai Reuss, Jembatan kayu dan dam penata tinggi air, Jesuitenkirche gereja, needle dam, Susuri (sejengkal ) Sungai Reuss Luzern
Susuri (sejengkal) Sungai Reuss Luzern
Hampir pukul 16 waktu setempat saat bus memasuki kota tua Luzern, Switzerland. Pemandu tur mengantar kami sejenak ke salah satu ikon kota yaitu Lion monument kemudian menurunkan kami di Bucherer. ‘tempat ini ya, tepat di bawah jam yang tepat waktu ini kita berkumpul pk 19 sudah komplit jalan-jalan, pepotoan, makan malam serta belanja’ demikian pesan wajibnya mengingatkan kami. Selaku penyuka sungai, bersama sahabat emak kebun kami memisahkan diri dari rombongan, segera ke tepian sungai Reuss.
- Tujuan utama adalah Chapel bridge alias Kapellbrücke (Jerman) ikon utama kota Luzern berupa jembatan kayu bagi pejalan kaki yang melintas mulut sungai Reuss, menghubungkan kota tua dengan kota baru. Bagian atapnya berupa bangunan segitiga yang menyerupai rangkaian galeri lukisan segitiga yang menceritakan kota Luzern. Konstruksi kayu dan gaya atap segitiga khas ini tak pelak banyak orang menyebut jembatan maha karya arsitektura. Tinggi menjulang di bagian tengah adalah bangunan segidelapan menara wasserturm atau menara air yang konon pada zaman dahulu adalah ruang penyiksaan tahanan. [saya merasa kurang dengan deretan ornamen pot tanaman hias sepanjang badan jembatan yang terlihat indah di foto-foto yang bertebaran di internet] *dari komen Jeng Nella baru paham bahwa bebungaan cantik terlihat meriah jelang musim panas hingga musim gugur. Saat kunjungan awal musim semi belum dipajang. Danke, Jeng Nella.
2. Dari mana nih asal sungai Reuss yang jernih ini sehingga sang angsa betah berenang jinak di alirannya? Yook sejenak ke bagian atasnya, inilah danau Luzern. Menikmati sejenak danau Luzern di sisi jembatan utama, terlihat danau biru dengan latar kota lama dengan bangunan khas Hofkirche St Leodegar landmark gereja dengan menara gotik lancip ke atas, juga puncak-puncak kecil dari jajaran pegunungan Alpen. Hm betapa sejuknya ngadem di bawah deretan pohon hijau di sepanjang tepian danau seraya memandangi angsa nanti saat senja, begitu angan kami…ah harapan tak terwujud karena guyuran hujan datang lebih cepat. Atau mau wisata susur danau dengan kapal, hm asyiik..
3. Jesuitenkirche gereja dengan menara sepasang kubah terletak di seberang sungai Reuss dari sisi penyusuran kami, gereja dengan arsitektura barok dengan banyak lukisan patri. Tak cukup waktu ya sudah dari sisi seberang jembatan kayu berornamen pagar cantik saja.
4. Jembatan kayu dan dam penata tinggi air. Jembatan nan unik dengan bilah-bilah kayu mirip jarum kayu sehingga disebut needle dam. Berada di lingkungan dam ini belajar bagaimana pecinta kota dan lingkungan menata ketinggian air danau Luzern melalui penataan bilah kayu. Hingga kini fungsinya masih tetap, meski dibantu juga dengan alat mekanik penata air dam dan atraksinya jadi bagian wisata.
5. Dari tiga jembatan, danau dan menerawang gereja cantik, kami juga sempat mencicip membeli buah lokal anggur hijau dan apel kemerahan meranum di semacam pasar lokal yang buka sore di selasar toko tepian sungai. Kami tertarik dengan penataan khas pasar lokal, tulisan tangan untuk harga barang yang dijajakan, juga kantong kertas dengan tulisan Friedlis Markthalle. Serasa segar loh langsung dari kebun. Nampaknya areal ini akan menjadi ramai di malam hari dengan bertebarnya tumpukan meja kafe..ooh ngobrol cantik romantis di tepian sungai Reuss nih.
Bagi sahabat pembaca yang lebih mudah dengan melihat peta, ini loh susur sejengkal sungai Reuss yang kami lakukan. Saling berdekatan koq
Ciri khas kota lama dengan stoneblock, bangunan berarsitektura cantik dan lorong-lorong sempit hanya sekian langkah loh dari tepian sungai Reuss ini. Semoga bisa menyajikan di postingan selanjutnya. Salam sayang sungai…
Cantik. Rasanya pasti nggak bosan-bosannya memandang keindahan yang tersaji ya Bu. Sempet menghayal juga sih, gimana kalau di Rawapening juga banyak angsa yang berenang-renang bebas gitu
Teroma kasih Pak, menyelipkan Rawa Pening dalam khayalan keelokan danau Luzern… saya juga yakin indah banget koq. Apalagi satu kawasan dg Ambarawa, Tuntang dan sekitarnya.
indah sekali sungainya .. bersih, teratur ,,, ada jembatan2 kayu yang cantik ,, dan angsa2 putihnya .. wah bener2 menyenangkan berjalan jalan di pinggir sungainya
Serasa ngadem di pinggir situ…penguapan dari danau ikut menyejukkan kota.
Waaah…pemandangan yg cantiiik..apalagi klo dilengkapi bebungaan indah ya Bu..
Hehe bunga bahasa kecantikan alam nggih
indah sekali pemandangannya bu. lihat anggsa berseliweran menambah cantik pemandangan.
Danau rumah angsa ya kuat sangat menahan dingin air danau. Angsa yg jinak dan fotogenik…
kapan sungai di Jakarta bisa bersih kayak gini … heee
Dengan kerja keras dan kerja sama pastinya bisa yaak hehe
menonton pintu air dibuka atau ditutup bisa jadi kesenangan sendiri ya mbak…
angsa-angsa putih cantik itu tetap tenang walau dilewai perahu para wisatawan…, jadi gemes
Betul mbak, atraksi menata permukaan air melalui pintu air menjaga keelokan danau sekaligus pasokan air ke hilir.
Cuek bebek eh angsa putih…ini perairan bersama mari berbagi kesenangan begitu mungkin pikirnya…
aku baru pertama kali ke blog mu mbak..
tak kira kamu memang tinggal di Swiss.. karena cara nulisnya ini ringan dan seperti memang udah kenal banget daerah ini.
Ternyata setelah kubuka mbak orang Salatiga,. yeahh …
salam kenal mbak 🙂
Terima kasih berkenan berkunjung ke blog ini…
hehe orang Salatiga kaki gunung Merbabu nih
Sesekali saja blusukan ke tempat yang diinginkan
Senang berkenalan dengan Mas Deddy Huang.
Jadi ngiler lihat foto sayuran di pasarnya…ada artichoke..
Artichoke keunguan yg besar segar, mau nyoba nanamdi pekarangan Jeng. Sudah dapat diadaptasi di daerah tropika koq
Kalau jalan2nya saat menjelang musim panas sampai musim gugur barulah banyak aneka tanaman hias bu, termasuk tanaman gantungnya cantik2
.
Terima kasih Jeng Nella. Awal musim semi masih penyiapan tanaman hias di pot ya..jadi paham mengapa belum penuh bunga.
Wahhh… sungainya bersih banget… dulu aku pernah dapat oleh-oleh coklat putih dari pasienku yang pernah ke swiss
Iya Kang Nur sungguh sungainya bersih banget padahal ramai pengunjung. Swiss terkenal dengan cokelat olahan dan susu yg lezat.