Tag
bukit pangonan Dieng, Gangsiran Aswotomo, kearifan lokal dari lingkungan sekitar, Museum Kailasa Dieng, padang sabana Sumurup Dieng, Telaga Balekambang Dieng, telaga kaldera, telaga merdada, Telagawarna-Dieng
Pesona Telaga Merdada Dieng
Kawasan dataran tinggi Dieng yang dijuluki Negeri di Atas Awan menyajikan keindahan alam maupun budaya yang tiada habisnya. Berkali mengunjunginya belum dihinggapi rasa bosan. Kali ini disela tugas mencangkul kami bersama sahabat kebun berkunjung ke Telaga Merdada. Spot indah menikmati Telaga Merdada dengan cara mendaki bukit Pangonan dari museum Kailasa, menelusuri keelokan padang sabana Sumurup, dari puncak memandang mangkuk telaga Merdada kemudian turun dari sisi yang berbeda mengarah ke kawah Sikidang. Apakah emak kebun mengikuti jalur trekking ini? Menuruti bujukan lutut, kami memilih jalur duduk manis di kendaraan.
Berpandukan arahan kombinasi suara dan peta dari aplikasi hape, mari mulai dari terminal shuttle Aswatama (yang terkenal dengan plesiran gangsiran kanal bawah tanahnya) ke arah Banjarnegara. Panduannya jelas dan mudah hanya belasan menit kemudian kami sudah berada di halaman parkir Telaga Merdada yang berada di Desa Karang Tengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Serasa penyewa tunggal kami bertanya kepada petugas koq sepi pengunjung di hari Sabtu, beliau menjelaskan kunjungan cukup ramai di hari Minggu pun di sore hari karena Telaga Merdada memiliki spot cantik untuk menikmati senja. Cukup membayar retribusi @5K mari menikmati keelokan Telaga Merdada.
Telaga Merdada ini merupakan telaga terluas di dataran tinggi Dieng, melengkapi telaga Balekambang di kawasan Candi Arjuna, sepasang Telagawarna maupun telaga Pengilon, juga telaga lain yang belum sempat saya kunjungi semisal telaga Cebong di Sikunir. Secara geologi telaga Merdada merupakan kaldera hasil erupsi aktivitas gunung api. Kaldera ini tidak memiliki sumber air sehingga berupa ‘mangkuk raksasa’ yang siap menampung air hujan maupun limpasan air permukaan dari daerah lereng di sekitarnya. Sangat ingin menangkup pandangan telaga secara utuh dari daerah ketinggian namun enggan mendaki, pastinya ada spot yang mudah dijangkau yang bisa melihat lansekap bentang alam telaga Merdada secara utuh. Eh ada jalur turun ke tepian telaga, ikuti yook…..
Sedikit ada kekhawatiran tentang pendangkalan telaga yang berkenaan dengan laju erosi dari lereng seputaran telaga. Kiranya para sahabat pemandu lapangan senantiasa mendampingi para sedulur tani untuk pola konservasi dalam tindakan budidayanya. Sehingga telaga ini tetap lestari sebagai mangkuk penyimpan air bagi kegiatan bertani, maupun rekreasi semisal memancing.
Eksotisitas telaga Merdada tidak hanya keelokan telaga berselimut kabut juga terasa melalui balutan cerita legenda. Konon penamaan Merdada berkenaan dengan ‘madirda’ bagian dari Cupu Astagina dalam pewayangan yang melibatkan tokoh Dewi Anjani, Raden Sugriwa maupun Subali. Balutan kisah asmara kesetiaan, perselingkuhan, rasa iri hati, mengasihi anak secara adil dan karma saling berpadu. Keberadaan telaga Merdada juga erat dengan kisah perseteruan antar saudara yang membobol telaga di atasnya yaitu cekungan Sumurup dan mengalirkannya ke bawah. Apapun kisahnya, legenda ini juga menjadi sarana kearifan lokal menjaga kelestarian alam anugerahNya. Pengingat kekurang tahuan mengelola secara arif apalagi keserakahan berdampak kepada kerusakan alam. Sungguh kuterpesona keelokan Telaga Merdada…
Semoga ketenangan dan keasrian telaga ini bisa lestari ya Bu.
Kebayang betapa asyiknya kalau bisa duduk di tepiannya sambil merenung
Amin, harapan senada, Pak. Haha merenung…duduk mencakung sambil mancing. Salam
ibuuuuu jd kangen ke Dieng lg deh
Hayuu manggaaa perindu Dieng, dihantosan….
Selalu ngiri tiap lihat foto dan tulisan mengenai Dieng, hehehe karena belum kesampaian kesini. Senang yach bu kalau meluangkan waktu di Dieng rasanya tentram bangat karena cuacanya selalu syahdu dan tenang.
Aha Lina…lain kali semoga berkesempatan menyisihkan waktu tuk Dieng dan sekitarnya. Sekalian yoga bersama alam kebayang segar sehat didukung suasana tenang.
sayangnya waktu ke banjar negara saya gak mampir kesini waktu itu..pengen banget..dieng-wanayasa-banjarnegara
Lain kali Mas, event tahunan Banjarnegara juga Jawa Tengah semakin keren ya. Salam
indahnyaaa.. 🙂 semoga tetap begitu sampai saya beruntung bisa berkunjung kesana. ammiin.
pada saat yang tepat, Tutus berkesempatan menikmati keelokan Dieng. Sekalian paket sekitar Wonosobo-Banjarnegara
Telaganya cantik sekali, tapi adanya kabut2 gitu jadi terkesan misterius banget ya bu 😀
penciri daerah pegunungan yang berkabut ya Jeng, segar sejuk rasanya
telaga Merdada yang cantk da masih relatif tenang ya mbak..
Betul mbak, masih belum terlalu banyak campur tangan kepentingan pengelola dan pengunjung.
kawasan dieng emang lengkap ya kak semua ada candi, telaga sampai kawah
Betul Win, paket komplit bagi pejalan yak..
setuju kak