Kopyor…oh Kopyor…
Sebagai bonus pembaca potret perempuan nelayan Banyutowo, ini disajikan segelas kelapa kopyor. Para sahabat kenal dan suka kan dengan kelapa kopyor yang unik gurih manis segar? Kabupaten Pati, khususnya wilayah pesisir Utara semisal Kecamatan Tayu dan Kecamatan Dukuhseti memang dikenal sebagai penghasil kelapa kopyor. Memasuki Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti disambut barisan kelapa di setiap pekarangan penduduk.
Nah mampir di kios jual beli kelapa kopyor, penjual tidak mau menyebut harga. Silahkan dipilih dulu baru ditetapkan harga. Karena tidak mampu mengenali, saya minta tolong penjual untuk memilihkannya. Beliau menggoyangkan butir kelapa dan mendengarkan bunyi, menurut beliau bunyi kelapa kopyor yang mereka sebut ‘garoh’ berdesir seperti pasir tidak seperti goyangan air pada kelapa biasa.
Kelapa kopyor pada dasarnya adalah kelapa ‘gagal’, ia mengalami penyimpangan genetik karena semestinya daging buahnya menempel di bagian batok dan ditengahnya adalah ruang untuk air kelapa. Pada kelapa kopyor, daging buah tidak terbentuk sempurna berupa gumpalan empuk hampir memenuhi rongga kelapa dan bercampur dengan sedikit air dengan rasa dan aroma yang khas. Betapa beruntungnya si kelapa kopyor, meski secara alami berupa produk tidak sempurna, namun karena unik dan huwenak disukai oleh penggemarnya. Hukum pasarpun berlaku, permintaan tinggi dan ketersediaan terbatas maka harga jual produk si kopyor tinggi menggiurkan. [menarik juga cerita masyarakat yang menganggap kelapa kopyor adalah sisa makanan bulan. Konon saat gerhana bulan, dewi bulan mencicip kelapa dan sisanya menjadi kopyor, petani mengundangnya dengan memukul-mukul pohon kelapanya]
Apakah semua butir kelapa pada satu pohon kelapa yang ditengarai penghasil kopyor menghasilkan seluruh butir kopyor? Penduduk menyatakan kemungkinan kopyornya sekitar 4 dari 10. Sahabat kebun yang menggeluti bioteknologi menyatakan dengan teknik kultur jaringan bibit kopyor yang dikembangkannya mampu menghasilkan 70-90% kelapa kopyor.
Lah kelapa yang saya beli beneran kopyor, dibelah dan disendok nyam-nyam sedapnya. Mana fotonya? Mana sempat sudah langsung dicicip para sahabat kebun.
Menarik juga belajar dari kelapa kopyor, produk yang mengalami kelainan dan tidak umum malah dinilai tinggi. Sebagai titah yang paling tinggi setiap kita juga dirancang sempurna, namun dalam perjalanan proses seringkali mengalami penyimpangan dilihat dari aneka aspek. Bukankah setiap kita juga punya ‘rasa kopyor’ yang berpotensi bernilai tinggi dan disukai? Bagaimana kita menghargai ‘rasa kopyor’ dari sahabat di sekeliling kita selain mendesah bergurau, eh dasar lu kopyor….
Begitupun setiap postingan yang dihasilkan oleh setiap penulis blog, bukankah juga berpotensi menghadirkan ‘rasa kopyor’ lah keluar dari pakem. Bagaimana kita menikmati ‘rasa kopyor’ dari postingan sahabat? Selamat menikmati postingan kopyor oh kopyor…
Oyen said:
di Balit kami juga mengembangkan kultur embrio kelapa kopyor Bude, dulu setiap bulan ngambil buahnya dari Pati, tapi sekarang tidak lagi, karena kalo ngambil versi buah, bukan versi untuk bibit, tingkat abnormalitasnya tinggi, diatas 30% waktu dikultur. Karena kita sudah punyak indukan hasil kultur, sekalipun terbatas, jadi kita tidak pernah ngambil buah dari Pati lagi. Di Getas kita tanam yg versi genjah hijau dan kuning, 4 tahunan sudah berbuah, lebih pendek. Alhamdulillah, sudah sekian kali panen 100% kopyor.
Sayang karena taneman induk masih terbatas, kami belum bisa massal menyediakan bibitnya seperti dulu. Doakan yang tanam lanjutan segera berbuah dan yang versi bibit segera tertanam untuk induk njih Bude… monggo mampir ke Getas bude, siapa tahu ada yang tertarik neliti kelapa kopyor getas, hehehehe
rynari said:
Maturnuwun sekali info berharganya NakOyen. Para teruna kebun suka ngerepotin ikutan belajar di RC Getas.
Semoga indukan bibit kopyor makin banyak dan produksi bibit kopyor genjah secara agak masal terpenuhi kan keren kalau ada agrowisata kopyor ya.
Terima kasih para jawara Puslit Balit tuk karyanya. Salam hangat
adelinatampubolon said:
aku nga bisa bedain loh bu kelapa kopyor, kelapa ijo, kelapa muda. padahal tampilannya mirip2 hehehe..
rynari said:
Idem Lina ah…baru bisa bedain setelah di gelas hehe..
Hendi Setiyanto said:
dulu di kebun pernah ada kelapa kopyor namun saat ini sudah tidak ada, lagian sudah jarang maen ke kebun padahal dulu saat panen kelapa bisa ramai-ramai satu keluarga menggunakan becak
rynari said:
Jadinya wisata kebun ya… Sambil bernyanyi… Becak… Becak coba bawa saya… Indahnya kebersamaan keluarga
Hendi Setiyanto said:
iya tuh..sekarang kembali lagi ke alam pastinya