Tag

, , , , , ,

Melintas Kali Tuntang

Tembang Tuntang

Tembang Tuntang

Kali Tuntang mengawali dharma

Melintas kali Tuntang……yah betulan melintas  di beberapa perlintasan bukannya menyusuri sebagaimana lazimnya menikmati aliran sungai.

Kali Tuntang berhulu dari daerah Tuntang (Kabupaten Semarang) berupa outlet Rawa Pening mengalir ke arah Timur Laut, melintas sejenak di Kabupaten Grobogan dan berbelok arah Barat Laut mengaliri Kabupaten Demak menuju ke pantai Utara Jawa. Menurut legenda Rawa Pening, penyelamatan Nyi Lembah ‘murah hati’ dengan mengendarai lesung (alat penumbuk padi) saat Rawa dikutuk bergolak, lesung terbawa luapan air yang mengalir dan kemudian terdampar di daerah pesisir yang kemudian menjadi kerajaan besar, yaitu Demak. Jalur luapan itulah yang kini menjadi Kali Tuntang.

Yuk kita nikmati aliran Kali Tuntang saat keluar dari Rawa Pening. Aliran anggun ini juga dapat dinikmati oleh penumpang kereta api Ambarawa – Tuntang.

Kali Tuntang pamit meninggalkan ibu Rawa Pening

Kali Tuntang pamit meninggalkan ibu Rawa Pening

Nah berikut adalah tampilan Kali Tuntang selepas jembatan Tuntang. Seolah melambaikan jemari mengucap selamat tinggal bunda Rawa Pening dan kerabat Tuntang dengan legenda Tung..Tang nya. [cantik sekali bantaran kali maupun alirannya, seandainya digarap untuk ekowisata Kali Tuntang hulu saya yakin tak bakalan kalah dengan wisata sungai negara manca, dapat dikemas sebagai paketan wisata kereta api Ambarawa-Tuntang]

Kali Tuntang hulu

Kali Tuntang hulu

‘Selamat jalan anakku, senantiasalah berderma kepada masyarakat di daerah aliranmu’ demikian pesan ibu Rawa Pening. Sebagai anak yang patuh Kali Tuntang pun melaksanakan amanah ini dengan memasok air bagi PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Jelok dan Timo, kelurahan Tlompakan, Kecamatan Tuntang untuk perlistrikan wilayah Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Juga sebagai sumber air PDAM di desa Tuntang untuk Kota Ungaran dan sekitarnya. Pernah mengunjunginya duluu sekali dan belum sempat update, bersyukur menikmati postingan PLTA tertua di Indonesia ini ternyata masih perkasa oleh Pak Bambang Setyawan.

Tempuk Kali Sili

[Teman perjalanan ke Tlogoweru, Demak dari Salatiga memilih jalur Salatiga – Kedungjati – Gubug – jalur ke Semarang – Pasar Karangawen – Desa Tlogoweru. Meminta izin berhenti sejenak setelah jembatan Kali Tuntang di Desa Tempuran di jalur Salatiga-Kedungjati]

Kali Tuntang di desa Tempuran kec Bringin kab Semarang

Kali Tuntang di desa Tempuran kec Bringin kab Semarang

Menatap wajah Kali Tuntang hulu Desa Tempuran yang berseri-seri, sayapun membabar tanya. Dengan riang Kali Tuntang berceloteh tentang kegembiraannya menyertai tim Mas Ardian yang memacu adrenalin di tubing sungai Tuntang di Desa Sambirejo. Fungsi rekreasi selain irigasi dilakoninya dengan semangat.

Melintas Tuntang di Tempuran

Melintas Tuntang di Tempuran

Di Desa Tempuran, Kali Tuntang bertemu dengan Kali Senjoyo yang berhulu di kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dan mendharmakan dirinya sebagai wahana wisata dan air minum warga Salatiga dan sebagian Kab Semarang. Warga setempat menyebut pertemuan kedua sungai ini dengan istilah Tempuk Kali Sili, tempuran bertemunya dua sungai yang melatar penamaan desa Tempuran, kec Bringin, kab Semarang.

Melintas Hutan jati menuju tempuk kali sili

Melintas Hutan jati

Batas kabupaten Semarang-Grobogan

Batas Semarang-Grobogan

Demi nostalgia puluhan tahun lalu mengantar teruna kebun bermain di bebatuan sungai ini, saya berupaya melihat Tempuk Kali Sili. Menyusuri jalan Desa di tepian Kali Tuntang, melewati pekarangan penduduk yang menyarankan melintas di kebun/hutan jati. Tepat berhadapan dengan perjumpaan Kali Tuntang dan Senjoyo terdapat patok batas kota Kabupaten Semarang dengan Grobogan. Mengamati Tempuk Kali Sili ini, serasa mendengar tembang pamitan Kali Senjoyo kepada bumi pertiwi yang mengasuhnya, karena mulai titik ini nama kali Senjoyo menemui muaranya, melebur ke Kali Tuntang.

Kali Tuntang berjabat dengan Kali Senjoyo

Kali Tuntang berjabat dengan Kali Senjoyo

Tuntang bersatu dengan Senjoyo

Tuntang bersatu dengan Senjoyo

Berawal dari Tempuk Kali Sili, saya tak lagi menyebutmu kali namun menggantinya dengan sungai, berdasar KBBI sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Aliran sungai Tuntang yang semakin berisi melanjutkan pengembaraannya menuju tlatah Grobogan.

Tuntang-Senjoyo menuju Grobogan

Tuntang-Senjoyo menuju Grobogan

Tuntang menuntaskan dharma

Berharap suatu saat melintas di pengkolan Sungai Tuntang berbelok arah meninggalkan Grobogan menuju Kabupaten Demak.  Beberapa kali melintas di jembatan Sungai Tuntang di Demak Bintaro, namun belum pernah sejenak menikmatinya. Sungai Tuntang hilir di wilayah Demak  menjadi perhentian perjalanan panjangnya, melintas beberapa wilayah, mendermakan diri dalam aneka fungsi semisal pembangkit listrik, penyedia air minum, irigasi sahabat petani maupun rekreasi. Di bagian penghujung namanya, Sungai Tuntang dirindu warga Demak, dengan pengelolaan yang tepat sebutan Venesia or Nile of Demak bakalan menyemarakkan kota Wali, mari simak tulisan mbak Diannafi dan impian Mas Ari Sentani ini. Hingga saatnya Sungai Tuntang berbisik, ‘Ibu, tunai sudah dharmaku, kembali aku ke pelukan moyang samudera’

Terima kasih Kali dan Sungai Tuntang, bagi kami warga Kota Salatiga, jasamu tiada tara, air minum maupun  penerangan yang kami nikmati adalah dharma bhaktimu. Masihkah kita abai terhadap peranan sungai, saatnya melebur ego, mengelola sungai dalam keterpaduan agar kemanfaatannya maksimal dengan meminimalkan masalah hulu hilir. Salam