Sapa Luwih Aja Luwèh
Diingatkan pada sesanti sesepuh dari seorang Begawan muda, yang mengingatkan saya pada piweling Bapak swargi. Huruf i dalam kata luwih, dibaca mendekati é. Kalimat sapa luwih aja luwèh memiliki guru lagu yang merdu a,e,a,e. Luwih berarti berlebih, sedangkan luwèh bermakna masa bodoh, tidak perhatian, mengabaikan. Sapa luwih aja luwèh secara wantah bermakna siapapun yang berlebih harap jangan masa bodoh, terus mengasah kepekaan, membangun empati.
Dalam hubungan horizontal setiap pribadi berinteraksi dengan diri sendiri, orang lain baik personal maupun komunal serta interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Sapa luwih aja luwèh dalam komunikasi internal pribadi menjadi pengingat bahwa kelebihan bukan sekedar pencapaian diri, namun berkat yang memuat tanggung jawab. Tanggung jawab sosial dari pernyataan sapa luwih aja luwèh sangat bersifat kontekstual berkenaan dengan kondisi nyata yang dihadapi dalam interaksi tersebut, berlebih dalam hal apa dan memperhatikan dengan cara bagaimana. Pun dalam interaksi dengan lingkungan alam, pernyataan sapa luwih aja luwèh juga bersifat sangat luas, bisa melalui tindakan langsung ataupun advokasi, rigen eguh pertikel. Sapa luwih aja luwèh bukan masalah ‘kelebihan’ siapa yang sedang berlebih namun lebih kepada hakekat kehidupan yang saling terkait.
Koq terasa garing ya dengan sajian narasi. Ini hanya semisal saja, saat Gendhuk Limbuk sedang thenguk-thenguk duduk santai sedangkan di dapur Simbok Cangik terlihat sibuk mempersiapkan hidangan buka yang hendak dibawanya ke mushola, alangkah terpujinya bila si Gendhuk ikut membantu meringankan pekerjaan simbok, tanpa sikap luwèh. Yup sekilas terasa semangat gotong royong.
Sapa luwih aja luwèh juga mengandung muatan teori air mengalir dari talang. Air mengalir dengan gaya gravitasi sehingga agar mengalir secara wajar tanpa energi berlebih, posisi talang sedikit miring dari atas ke bawah. Para pemilik sawah dan penderep (pemanen) yang menyisakan sebagian yang belum terlalu masak untuk para pengasak (pemanen sisa) tengah menerapkan prinsip pengendalian mutu panen dan piweling sapa luwih aja luwèh pada zamannya tentunya cara ini dimodifikasi dengan model panen serempak dengan cara membabat hingga merontokkan gabah di lahan.
Perusahaan besar pun mengadopsi sesanti ini. Mari kita kaji bukankah Corporate Social Responsibility (CSR) pun juga diwarnai oleh sapa luwih aja luwèh terlepas pada penerapannya dikaitkan dengan kebijakan tertentu. Hakekat saling memelihara keberlangsungan.
Sapa luwih aja luwèh juga berlaku dalam dunia blogging. Betapa banyak teman ngeblog berbagi pengetahuan, ketrampilan hingga trik/kiat melalui postingan. Interaksi yang terbangun melalui postingan, membaca postingan baik selaku silent reader maupun berbalas komen hingga backlink juga bagian dari penerapan sapa luwih aja luwèh.
Selamat terus saling berbagi dalam segala hal. [pengingat diri ndhudhuk ndhudhah piweling adi èdi]
Berbagi .. kata yang indah tapi kadang susah dilaksanakan, apalagi kalau sudah dikaitkan dengan pamrih
Sepakat Pak Krish, itu pengingat diri yang selalu dan selalu meleset dilaksanakan dan dicanangkan ulang. Salam kami
harusnya ditambahin
sapa lewih ojo luweh karo sing luwe…
Hehe biar cetha…sapa sing luwih aja luweh, luwih-luwih karo sing luwe…
sabab sing luwe ga duwe lawuh… #mumet
Welah-weleh, sing luwe ga duwe lawuh… Iki ana waluh#meksa
Karena memang sudah sewajarnya setiap orang melakukan bagiannya masing2 untuk orang lain ya bu 🙂
bagian dari pembelajaran kehidupan ya Jeng, ada kalanya jadi pengingat ataupun pelecut
maafkan saya yang tidak bgt mengerti 😀
Mohon maaf membuat brizki kurang mengerti.
kalo bahasa sunda ‘leuwih’, mirip ya bu hehehe
Sumuhun Neng, mirip leuwih jeung luwih…
Bhs jawa memang penuh filosofi
Nusantara kaya keindahan tatanan sosial ya Mas, mtnuwun.
Tentu ajaran yang arif saling menjaga keberlangsungan ini. Tapi sayang juga ada lho yang saling bunuh untuk keberjayaan diri sendiri.
Padahal sejarah mencatat saling bunuh tiada akhir. Ken Arok merebut Tumapel dengan membunuh Mpu Gandring dan Tunggul Ametung. Ken Arok ditikam Anusapati dg keris Mpu Gandring dst.