Tag
filosofi batik, gawangan batik, kampoeng batik Jetis Sidoarjo, mbaka sethithik, monumen Jayandaru, mori batik, Pesona Ikan Bandeng dan Udang di Batik Sidoarjo
Pesona Ikan Bandeng dan Udang di Batik Sidoarjo
Aroma uap lilin/wax malam panas dan kain mori berpola yang disampirkan di gawangan selalu mengait kenangan masa kecil di lereng ardi Lawu. Sepasang mata kecil membelalak kagum atas kecekatan budhe Sastro membatik di pendapa beliau yang adem luas. ‘Ini cecek, itu pola kawung, yang di sana corak parang’ relatif mudah dicerna otak kanak-kanak. ‘Lah yang ini corak sidomukti dikenakan pengantin dan itu truntum bagi orang tua pengantin, dibuat dengan untaian doa bagi pemakainya’ terasa sakral yang sukses menuai air mata syukur bahagia saat memakai keduanya berselang satu generasi kemudian. Sungguh masing-masing indah pada waktuNya.
Menikmati batik selalu menghadirkan keindahan. Setiap daerah berupaya memeteraikan kearifan lokalnya pada sehelai kain batik. Ini pula yang saya dapatkan saat berkunjung ke kampung batik Jetis di Sidoarjo. Ikan bandeng dan udang selaku simbol kemakmuran kota Sidoarjo disematkan pada batik khas ini. Udang (keluarga Crustaceae) dan bandeng (Chanos chanos) yang juga disematkan pada monumen Jayandaru, ndaru adalah wahyu karunia Illahi, pengakuan bahwa kedua komoditas ini menjadi unggulan sumber kejayaan Sidoarjo. Penciri khas selain pola daerah pesisir yang memiliki kekerabatan pola dengan Pekalongan dengan warna-warni beraninya.
Usai parkir kendaraan di seberang pertokoan Matahari lama di Jl Gajahmada kami melintas pekarangan masjid Kauman, menapaki tepian pasar tradisional dan masuk ke kampoeng batik Jetis. Selalu ada kesamaan pola, bila di Solo kampung batik yang terkenal adalah Laweyan dan Kauman, begitupun di Sidoarjo, kampung Jetis berada di wilayah Kauman.
Untuk meresapi prosesnya, mari belok sejenak di gang-gang kecil labirin bisnis seputar kampung Jetis, melongok workshop industri UKM ini. Beruntung sekali saya bersua dengan mbakyu pembatik yang sedang mengerjakan sehelai batik bandeng-udang. Duduk manis di dingklik kayu, tangannya mengayun canting berisi cairan malam yang pekat panas, sesekali ditiupnya untuk melancarkan aliran malam ke ujung canting. Teronggok di bagian lain kain yang sudah didasari siap dicuci dan masuk ke tahap sogan. Keteraturan tahapan kerja, ketelatenan mengisi titik demi titik yang memerlukan waktu panjang, tak pelak kain batik bagian dari karya seni adi luhung.
Mencermati sehelai kain batik Sidoarjo serasa mendengarkan alunan lagu Koes Plus. ….bukan lautan hanya kolam susu….ikan dan udang menghampiri dirimu…. Betapa alam menjaga kemuliaan manusia dan sebaliknya semestinya manusia juga menjaga kelestarian alam sehingga keutuhan semesta terwujud.
Batik dengan filosofinya yang kental, salah satunya menganut aliran ba…tik…mbaka sethithik, sedikit demi sedikit mengajarkan sikap sabar, tidak semuanya bisa diraih secara instan. Ada proses panjang untuk meraih hasil. Menepikan rasa kemrungsung, nggege mangsa.
Karya seni batik juga responsif dengan situasi. Menyadari untuk menghasilkan sehelai kain batik membutuhkan ongkos produksi yang tinggi, menumbuhkan industri batik cap dengan pola produksi masal dan langkah produksi ringkas sehingga ongkos produksi bisa ditekan. Pecinta batik menyebutnya batikan alias serupa batik, apapun sebutannya saya penganut aliran ini, lah kepengin memakai busana ‘batik’ dengan harga terjangkau je…
Tertarik dengan batik khas Sidoarjo? Bagaimanakah pola batik khas daerah sahabat?
Saya punya nih Batik Sidoarjo, dikasih salah seorang teman maya.
Ada batik lembang, Bu. Motif khasnya bangunan boscha, gunung tangkuban parahu & legenda sangkuriangnya.
legenda sangkuriang di batik Lembang…aih ngacai…semoga lain kali nyamperin ke Lembang lagi
Baru tahu kalau Sidoarjo punya pola batik khas tersendiri. Terimakasih Bu Prih sudah memperkenalkannya
Ngulik batik aja Pak, sama-sama
oh iya ya, gambar Udang dan bandeng 🙂
Iya Uda serasa batik seafood hehe… Udang bandeng sumber kemakmuran Sidoarjo.