Jadah Merapi, antara Mbah Carik Kaliurang dan Mbah Karto Selo
Bagi anak cucu pengagum gunung Merapi, kenikmatan tiada tara adalah saat badan menggeletar kedinginan tersaput halimun dan tersedia minuman hangat beserta camilan khas jadah. Yah jadah, paduan ketan kelapa panas yang ditumbuk dan dicetak, uli begitu disebut di bumi Pasundan.
Bila menikmati Merapi dari arah Yogya, memasuki Kaliurang kita akan disambut dengan warung jadah tempe Mbah Carik. Entah generasi ke berapa yang sekarang mengelolanya, pun berapa banyak cabang yang menyertainya. Jadah Mbah Carik memiliki wujud khas, dari ulian panas dibentuk cetakan oval individual. Penyertanya tahu tempe bacem plus wajik yang dicetak segitiga. Menjual kehangatan jadah, penyediaan tidak bersifat masal. Sempat menatap antrian panjang mobil pembeli di warung atas dan kami memilih membeli di warung mbah Carik cabang satunya usai menikmati keelokan dan keagungan budaya di Museum Gunung api Merapi.
Sungguh beruntung saat menikmati Merapi dari arah Utara yaitu Selo, Boyolali kami mengunjungi warung jadah Mbah Karto, di Jalan Ki Hajar Saloka tepian jalan raya Selo. Penasaran dengan oleh-oleh yang dibawakan sahabat dan gantian ingin berbagi oleh-oleh dengan sahabat lain bagian dari pesona Selo. Wanita muda melayani kami dengan lincah mengiris jadah dari ‘tetelan’ alias cetakan baki. Ini pembeda jadah Merapi dari arah Utara, jadahnya dicetak padat lalu diiris-iris juga adanya asesori srundeng parutan kelapa dibumbu manis gula kelapa. Pendamping lainnya standar tempe bacem juga wajik.
Mohon ijin ke bagian dapur hmm aroma harum ketan yang sedang dikukus, hangatnya perapian khas gunung berbahan bakar kayu. Seorang petugas sepuh sedang mengupas kelapa dan simbah yang lain sedang bediang di depan api di senja yang dingin, mengajak saya bergabung dengannya. Saat membayar yang dilayani Ibu paro baya, saya bertanya bisakah berjumpa dengan Mbah Karto. ‘Lah yang tadi berbincang dengan Ibu sambil berdiang adalah Mbah Karto, emak saya. Yang melayani mengiris jadah adalah anak saya, artinya cucu Mbah Karto” Ooh alih generasi yang sangat rapi. Menurut sang cucu, Mbah Karto berusia lebih dari 75 tahun dan masih aktif mengawasi bisnisnya melalui mencicipi rasa ketan kukus, penerapan dari aspek pengendalian kualitas.
Mbah Carik dan Mbah Karto…pelabelan yang menjual, sapaan ‘mbah’ sepagai penegas panjangnya pengalaman, penggaransi garis keturunan, kamilah sang pewaris pengusaha jadah dengan restu Mbah Merapi. Saat sahabat berkunjung ke Merapi, mari jangan lupa mencicip gurihnya jadah Mbah Carik ataupun Mbah Karto. Mau jadah bakar dengan aroma arang atau kayu membara….
Jadah dan wajik….makanan kesukaan saya. Di Melbourne sini kalau jadah tak ada yang jual, kalau wajik ada tapi tidak enak karena kurang gurih dan tidak ada wangi daun pandan. Ah, jadah dan serundeng (+ tempe bacem)…. kebayang nikmatnya. Jadi ingat krasikan yang legit 🙂
___
Wuaduuuh muaaaf mbakyu, jadi mengin-menginni penganan dari Tanah Air. legitnya si wajik klethik yang bikin nagih ya. Salam hangat
Hehe..iya yah, dengan sebutan ‘mbah’ jadi menarik pelanggan krn terkesan sudah sepuh dengan pengalaman yang panjaanggg
____
Penerapan teori pemasaran dengan mengait kepercayaan pelanggan ya….
Keluarga suami yang juga Sunda, menyebutnya Ulen, Bu.
Duh andai dekat, kayaknya saya langganan nih. Mbah Kung-nya Fauzan suka banget.
____
Ooh ulen ya Jeng Dey. Toss sama Mbah Kung Fauzan yang suka jadah
Yummy!
___
Sepakat….
Ditengah udara dingin tentu enak, ya mba Prih, makan jadah ditemanin jadah dan segelas teh tubruk manis.
____
Sepakat Uda, serasa makan lemang dan teh talua di Padang ya…
jadah kalau disini uli ya bun
__
Sumuhun Jeng, uli
Aku linu-linu Yu …
nek ngeliat Jadah … Dodol … atau penganan yang lengket-lengket lainnya …
Aku raiso mangan …
Giginya copot-copot … nempel-nempel …(nasiiiibbb … nasib …)(hahaha)
salam saya Yu
(6/6 : 20)
____
Waduduh punten pisaaaan, mohon maaf Dhimas, harusnya ada penanda terlarang di postingan ini bagi Dhimas NH18 ya
Wis, tenang saja kita cari penganan lain yang aman buat generasi kita, haha…berdamai dengan gigi
Salam hangat
Jadah kalau di bali disebut dengan Uli juga Bu Prih. tapi saya belum pernah tahu jadah yang diberi tempe.
Terkesan sekali dengan prosesalih geerasinya ya Bu Prih.. Semoga semakin sukses.
___
Selalu ada kesamaan antar daerah ya Jeng Dani, uli Jabar dan Bali
Benar, tidak semua daerah menyajikan kombinasi jadah tempe
Ciri khas usaha keluarga ya Jeng, pergantian pemimpin otomatis antar generasi hehe..
mbak.. dikasih ijin ya melongok dapurnya?
baik banget deh…, jarang2 yang mau seperti itu
belum pernah tau jadah tempe mbak
___
Kombinasi asupan karbo-prot ya Mbak
Mbah Karto senang bercerita kalau jadahnya dirindu pyayi Jakarta
Wah, terakhir kali makan jadah tempe sekitar 15 tahun lalu waktu masih kuliah di UGM… Jadi pengen… Pertama nyoba heran karena tempe kok manis banget kayak manisan, tapi lama-lama uenak!
___
Orang Malang mencicip tempe bacem serasa orang Yogya mencicip rujak cingur Malang ya Jeng. Dari Bulaksumur tinggal bleber dapat jatah tempe ya, malah kini di sekitar Demanganpun ada cabangnya