Tontonan dan Tuntunan
Dulu kala salah satu acara yang kami tunggu adalah diajak nonton pertunjukan wayang kulit, sungguh bukan karena mengerti jalan ceritanya, sebab hampir sepanjang pertunjukan kami tertidur dan minta dibangunkan saat adegan gara-gara. Adegan ini muncul hampir dini hari sebagai selingan yang membangunkan penonton yang menikmati pagelaran semalam suntuk sejak pk 21an hingga subuh. Acara gara-gara sungguh kami tunggu berisi dhagelan para punakawan dengan dialog yang dibarengi gerakan lucu dari Mbah dalang. Kami sungguh memperhatikan acara ini karena biasanya Bapak akan meminta kami mengulang cerita adegan gara-gara kemudian menanyakan piwulang atau pelajaran apa yang didapat dari guyonan tersebut, tuntunan apa yang termuat dalam tontonan yang digelar?
Kejadian berulang saat di SMA, secara berkala guru meminta kami menonton acara tertentu di TVRI, lalu diminta membuat semacam resensi dan kembali ditanyakan pelajaran apa yang didapat dari tontonan tersebut. Tontonan yang sama ditonton oleh beberapa orang dengan latar belakang berbeda dan saat dirangkum terkumpul sejumlah pesan tuntunan hasil amatan meski belum sampai tahap penghayatan.
Ada semacam alur yang sistematis penonton diajak menyimak tontonan alias pertunjukan kemudian menarik sari pelajaran alias tuntunan dari tontonan. Menganut pola mendengar saya lupa, melihat saya sedikit ingat, peran audio visual dioptimalkan sebagai penyampai pesan. Sang penggagas rasa karsa menuangkan ide dalam karya cipta tontonan yang mengemas pesan tuntunan secara apik, tidak vulgar ataupun menggurui, menghibur namun tidak mengubur pesan.
Berdasarkan segmen penontonnya aneka tontonan dipilah dan dikemas disesuaikan dengan target penonton. Kompleksitas penggarapan tontonan sangat mempengaruhi efektivitas penyampaian pesan atau tuntunan. Salah satu tontonan yang saya pujikan adalah serial Upin Ipin dari RT sebelah, tontonan yang dikemas apik ini sungguh disesuaikan dengan usia kanak-kanak, tuntunan yang dikemas adalah budi pekerti yang bersifat universal, sederhana sekaligus mendasar. Semisal rasa hormat kepada orang tua, kerajinan bekerja, kejujuran kanak-kanak, hingga pesan lingkungan yang sepantaran umur penonton.
Tontonan lain mengemas bagaimana seseorang mengemukakan ide dengan racikan kata yang sistematis. Pihak lain menanggapi paparan dengan santun, menyetujui dengan dukungan data atau bahkan tidak sependapat yang dikemukakan dengan analisis kritis terpercaya. Terjadi proses dialog, saling menerima pendapat dalam bingkai saling menghormati pendapat, meski tidak selalu berujung mufakat.
Tontonan membawa tuntunan, seperti pepatah dari mata turun ke hati, dengan melihat (plus mendengar) ditambah menganalisis didapat nilai-nilai keutamaan. Pengulangan dilakukan untuk peningkatan retensi daya tangkap. Tontonan dan tuntunan dua kata dengan jumlah huruf yang sama, susunan huruf yang nyaris sama hanya dibedakan oleh o dan u. Bukankah dalam urutan abjad huruf o tampil lebih dahulu dibandingkan dengan huruf u, hingga wajarlah ada tuntunan dalam tontonan.
Bila direfleksikan dengan kondisi kini dapat dikaji ulang melalui pertanyaan apakah setiap tontonan yang tersaji di media ataupun tontonan kehidupan keseharian selalu mengandung tuntunan? Ataukah terjadi pergeseran nilai tidak semua tontonan menyuguhkan tuntunan keutamaan. Perlukah dipasang tanda aba-aba, ini sekedar tontonan didalamnya tidak teracik tuntunan yang memadai, ini sekedar tontonan bukan tuntunan…. Ah ini mah othak-athik gathuk saja….
acara TV banyak yang menyesatkan, saya paling nonton berita aja… saya juga suka upin ipin, hehe 🙂
___
Penonton menjadi semakin belajar memilah dan memilih tontonan yang memberi tuntunan. Salam
Nah ituuu…tontonan yang memberi tuntunan sepertinya makin sedikit ya…padahal itu yang kita butuhkan…
___
Tumben nih Jeng Indah ketangkep moderasi, ooh rumah maya baru ya Jeng.Yap tuntunan yang berharga dalam bermasyarakat.
Salam hangat di musim dinginnya NY
Saya lebih suka menonton TVRI banyak program educative nya meskipun itu FTV pasti tersirat makna yang dalam.
___
Terima kasih hadir di kebun….semakin jeli memilah dan memilih tontonan ya. Salam
Seharusnya sih, beigini saja setiap tontonan diberikan informasi apa nilai-nilai moral yang terkandung di dalam tontonan itu di setiap ending tontonan itu
____
Apa khabar Jeng Hanie….Salah satu tontonan kehidupan yang sarat tuntunan adalah keseharian masyarakat Bali dimana Jeng Hanie tinggal, selalu suka keteladanan hidup masy Bali. Suksma
dulu waktu pertama kali kita punya tv swasta, saya ikut bersorak ketika orang tua berlangganan. Abis rasanya bosan cuma ada 1 channel tv.
Sekarang, setelah jadi orang tua rasanya kangen dengan tayangan di TVRI. Banyak tontonan dengan tuntunan yang positif 🙂
____
Jeng Chi selalu mempunyai cara jitu menyaring tontonan yang sarat tuntunan bagi Keke dan Nai
Kalau di sini, acara TV buat anak-anak itu dibatasi jamnya, dan iklannya pun ndak neko2.. Maklum di sini iklan itu waduuuh banyak yg harus nutup mata 😦
Mudah2an saja bukan tontonan yg buruk yg menjadi tuntunan sehari-hari…
Seperti biasa, mbak Prih mah cantiik mengolah kata-kata… Mudah2aaaaan bisa ikut menulis secantik ini 🙂
____
Kedisipilan ortu mengikuti batasan jam tayang tontonan anak-anak sangat dipujikan ya Teh Wie
Tontonan kue talam, lapis dkk di blog Teh Wie lengkap dengan tuntunan membuatnya, sungguh memanjakan sekaligus menggoda kami pembaca setia blog untuk bereksperimen di dapur.
Aha…aya-aya wae Teteh….abdi mah kepengin bisa belajar membuat foto dan penganan cantik seperti Teteh…
Jaman sekarang kita memang harus selektif banget memilih acara tivi yah bu…
Untunglah Fathir suka banget Upin Ipin, dan biasanya mereka aku kasih nonton disney chanel aja supaya aman deh bu…
Tapi permainan katanya asyik nih bu, tontonan dan tuntunan 🙂
___
Urusan selektif, Teteh Erry ahlinya, bener khan Fathir
hehe uthak-athik gathuk…
Memang sudah tak banyak tontonan yang mengandung tuntunan. Apalagi yang namanya film’
Di jaman modern yang lebih menuntut pemikiran berdasarkan fakta & ilmiah, film dokumenter ttg alam (spt misalnya dari Sir David Attenborough) bagus sekali buat anak-anak. Kalau anak melihat binatang buas mengejar dan menerkam buruannya, kita bisa menerangkan bahwa binatang buas tidak jahat. Mereka perlu makan dan hanya akan membunuh kalau lapar. Juga Tuhan menciptakan binatang buruan sebagai makanan untuk mahluk lainnya, termasuk manusia. Salah besar menyebut singa, harimau atau serigala itu binatang jahat seperti di dongeng-dongeng jaman dahulu 🙂
_____
Terima kasih, senang sekali dengan tambahan berharga ini. Kesempatan orang tua mengajarkan kedudukan binatang pemangsa dan binatang buruan dalam piramida energi, rantai bahkan jaring-jaring pangan. Keseimbangan ekologis yang tertata.
Beberapa dongeng sangat perlu direvisi konteks pemahamannya semisal pemberian atribut …harimau atau serigala itu binatang jahat….
Setiap ciptaan berharga dihadapan Sang Akarya. Salam
Bener tuh bu,tontonan skrg udah banyak yang berbau netatif.. Apalagi anak jaman sekarang sudah banyak terpengaruh dengan gaya2 bahkan kata2 di sinetron hehe
___
Memberi kesempatan kepada pemirsa untuk mengasah kepekaan memilah dan memilihnya ya. Terima kasih sudah singgah di kebun mini ini. Salam
Jaman sekarang, tuntunan dalam tontonan sudah makin mengarah ke hal yang negatif, bu. Makanya harus hati-hati sekali ngasih tontonan ke anak-anak…
____
Sebenarnya sejak dulu juga ada koq tontonan yang kurang bisa memberikan tuntunan, hanya rasanya kini harus makin selektif. Sepakat Jeng Lis dengan kehati-hatian memberi tontonan anak-anak…