Menikmati Lintasan
Menikmati kebersamaan dengan para jagoan yang mudik liburan akhir tahun, indukpun ikut merayap ke stadion Kridanggo kebanggaan kota Salatiga.
“Ibu, biar nyaman silakan menggunakan lintasan 3 atau 4 nggih” sapa seorang pelatih lari dengan sopan.
Ooh puluhan meter di belakang saya melaju beberapa pelari sprint yang tengah menajamkan kecepatan di lintasan 1. Lintasan sebelahnya nampak tim jalan super cepat. Segera tanggap, sayapun memilih lintasan terluar yang kebanyakan berisi pejalan kaki dari santai hingga setengah bergegas. Pelajaran awal, saat memasuki lintasan kebersamaan, silakan mengamati situasi sejenak dan memilih lintasan sesuai karakter dan kemampuan diri agar kenyamanan bersama mencapai tujuan tercapai. Terbayang bila saya pejalan santai tetap berada di lintasan 1 pastinya akan membahayakan diri sendiri bisa tertabrak ataupun menghambat sesama pengguna lintasan 1.
Sangat menikmati kayuh kaki santai di jalur terluar, membuat saya sempat menikmati aneka ritme dinamika lintasan.
Wush…wush…laju derap pelari sprint. Teringat Salatiga salah satu pemasok pelari di kancah Nasional. Hitungan nol koma nol sekian detik menjadi sangat bermakna bagi mereka. Lari dan lari mempertahankan kecepatan dan stamina berlaku bagi pelari marathon, semisal Ruwiyati asal kota enting-enting gepuk.
Ada pula pelari dalam tim entah keluarga ataupun teman satu grup. Salah satu berada di depan mengatur kecepatan dan anggota mengikutinya seraya menyeimbangkannya. Bila salah satu anggota melambat, sang pemandu bergeser ke belakang menemaninya dan menyemangatinya, menyerahkan posisi komando kepada anggota lain. Terjadi transfer pola asah, asih, asuh mengikuti ajaran ing ngarsa sung tuladha, ing madya mbangun karsa dan tut wuri handayani.
Ada yang lari secara tandem pasangan dengan kecepatan yang ‘babag’ atau seimbang, ada pula pemuda mendampingi orang tua yang berjalan santai, sesekali yang lebih muda melaju ke depan kemudian berbalik arah dan kembali merendengi perjalanan bersama. Pun kelompok kecil adiyuswa yang terlihat jelas melalui identitas rikma ngembang jambu alias ubanan yang melangkah bersama sambil ngobrol.
Bukankah keseharian kita juga mirip lintasan di stadion? Semua melangkah maju dari titik start melangkah memutar menuju finish yang menjadi start bagi putaran berikutnya. Ada yang melaju dengan sangat cepat memutar lima kali saat yang lain baru sekali memutar dengan jarak per putaran yang sama. Menjaga diri dan saling menjaga melalui rasa tepa selira menjadi sarana kebersamaan yang nyaman.
Yap setiap kita sedang memasuki lintasan waktu 2015. Mangga, mari silakan memilih jalur lintasan yang keberapa, mari nikmati perjalanan atau malah berlari di lintasan bagian kita. Selalu tersedia aneka pengalaman kebahagiaan di setiap lintasan kita. Hanya satu hal yang kita lakukan melangkah dan melangkah dengan gembira. Selamat menikmati lintasan putaran 2015.
Ping-balik: Plengkung Gading di Penghujung 2015 | RyNaRi
wah, saya malah belum pernah masuk ke stadion ini… hehehe… ntar kapan dah… selamat tahun baru mbak… pilih lintasan yang santai apa super cepat ni di tahun 2015? hehe
____
Nunggu Widya tampil pameran di stadion ah….tuk jalan pagi bersih tenang Jeng
Tahun baru 2015 ilih lintasan santai sesuai kemampuan diri saja Jeng biar nyaman bagi semua…
Selamat melaju bersama karya di 2015 ya Jeng…
Iya mbak, mari kita memakai lintasan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita…ngomongngomong, saya juga suka jalan kaki di lintasan lari, hehe, aneh ya istilahnya…jalan kaki kok di lintasan lari…
😀
___
Toss Jeng irma, jalan pagi di lintasan lari, bebas dari polusi kendaraan di pinggir jalan. Sokur kalau nemu jogging trek yang nyaman nggih. Salam