Berilah Kami Hari Ini Makanan yang Secukupnya (Belajar dari Masyarakat Gunung Kidul)
Belajar dari masyarakat Gunung Kidul tentang permohonan dan syukur atas berkat makanan hari ini yang secukupnya, tercatat tiga hal berikut:
1. Gathot-Thiwul-Walang
Kondisi alam Gunung Kidul yang khas daerah gunung gamping, pemenuhan sumber karbohidrat ditumpukan pada ubi kayu alias singkong. Penanganan pasca panen singkong untuk penyimpanan persediaan musim paceklik (sulit pangan) yang paling tua dengan cara kupas jemur kering yang disebut gaplek. Teknologi olahan lanjut dari gaplek yang paling awal dibuatlah thiwul maupun gathot. Jadilah thiwul maupun gathot yang melekat dengan Gunung Kidul. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani alam menyediakan enthung dari alas jati maupun walang sehingga jadilah walang goreng. Sedangkan serat dan vitamin dipenuhi dari aneka sayuran yang tumbuh di tegalan khas tanah kering. Berkat makanan hari ini yang secukupnya berupa thiwul/gathot-walang-sayuran wujud pemeliharaan Illahi.
Sekarang tersedia aneka teknologi pengolahan pangan berbasis singkong dengan tampilan kuliner yang aduhai, eranya transformasi singkong. Namun kerinduan nostalgia thiwul-gathot, walang goreng inipun tetap mekar dan ditangkap sebagai peluang bisnis oleh-oleh yang prospektif, tantangan memadu nostalgia dengan balutan kekinian.
2. Sega abang-jangan lombok
Pada cekungan gunung gamping yang lebih subur mampu ditanami padi gogo abang, sehingga sesekali menikmati sega abang berlaukkan jangan lombok (tempe plus lombok hijau masak santan), berkat yang luar biasa. Tempepun tidak selalu berbahan dasar kedelai, ada kalanya tempe mlandhing/lamtoro ataupun kadang tempe benguk. Kecukupan gizi terpenuhi, prestasipun dicapai. Paket inipun sekarang menjadi sajian di pondok catering pesta tentunya dengan tampilan dan kombinasi yang lebih wah.
3. Pengelolaan air hujan
Air adalah penyusun utama tubuh makluk hidup dengan demikian air juga termasuk sebagai berkat makanan. Sumber air utama berasal dari hujan dan menyadari kemampuan tanah pada formasi karst sangat sulit menyimpan air, dikembangkanlah sistem embung yaitu penampung air hujan pada daerah-daerah cekungan. Tidak hanya itu, masyarakat menadah air hujan melalui atap rumah dan menampungnya dalam tandon air. Tidak jarang beberapa keluarga menyatukan aliran air cucuran atap melalui talang ini sebagai persediaan air di musim kemarau. Kondisi alam melahirkan kreativitas mencukupkan berkat air.
Berilah kami hari ini makanan yang secukupnya, pengucapan syukur atas berkat yang tercurah melalui kreativitas optimalisasi sumber daya alam lokal.
keterbatasan biasanya mampu meningkatkan kreatifitas, ya, Mbak 🙂
___
Pemaknaan secara positif iya Jeng Chi, kalau dinegatifkan muncul semplah atau putus asa. Salam
Puslit juga pernah melakukan sistem tumpang sari dengan karet di gunung kidul pake sistem irigasi tetes (udah lama banget), terakhir ada yang presentasi produk dari Meksiko pake zat semacam hidrogel yang konon bisa menyimpan air dalam jangka waktu lama, cuman memang belum nyoba skala massal di sini.
sekarang tiwul buat Oyen jajanan yang menggiurkan, bareng sama ketan lupis (suka beli di patimura), kalo ini bude musti juga tauk 🙂
sugeng enjang bude, sugeng makaryo 🙂
___
Segala upaya ditempuh untuk optimalisasi fungsi lahan sesuai karakteristiknya. Oho yang untuk hidrogel skala massal jadi mahal ya, dengan sistem tumpangsari keberlangsungan lebih terjamin karena berbasis budaya setempat.
Duh aneka jajanan di pattimura di pagi hari selalu menggiurkan ya.
selamat berkarya Nakoyen, memajukan perkaretan nasional. Salam karet.
kreatif dalam usaha bertahan demi kehidupan 🙂
btw, semua yg disebut di atas.. belum pernah saya cicipi, mungkin thiwul dulu.. sedikit, rasanya bagaimana bu?
____
Betul, strategi bertahan dan meneruskan kehidupan
Gathot dan thiwulnya makanan kami saat kecil Jeng, walang juga pernah yang belum berani mencoba ya enthung jati. Eh negara Gajah juga ada budaya lauk insect/serangga ya Jeng. Salam
Gathot & Thiwul, kula sampun nate.. lha nek walang goreng, lha niku sing dereng wantun nyobi… hehe…
____
Boten punapa, kathah tunggilipun, menawi walang sampun nate nyobi sinaosa radi ajrih eri ing tungkai, lha enthung jati dereng wantun, Jeng…..
tetap bersyukur meski dalam keterbatasan …
TFS bu Prih …
____
Terima kasih juga Mas Hind, sy belajar dari tindakan nyata sedulur2 Gunung Kidul.
Salam
Kondisi yang terbatas memang sering kali melahirkan kreativitas ya bu..
_____
Keterbatasan pemaknaan scr negatif melahirkan semplah atau putus asa, secara positif melahirkan kreativitas. Salam kami Jeng Lis
hmmm .. masih mikir mikir mbak, apa ada ya gatot di kampungku sana ? kali namanya beda, kl lihat fotonya aku sih tetep mikir mikir mbak, jajanan apa ya itu 😛
___
Kalau tiwul mungkin ada Jeng Elly, untuk gathot memang rada khas, saat sy kecil menyebut penganan ini dengan konyil, karena rasanya yang kenyil-kenyil. Salam
kalau tiwul aku tahu dna suka mbak P *jadipengen*
ntar nyoba nyari deh si gatot
____
Dan jadi sekuat gatotkaca ya Jeng, salam
pastinya banyak yang rindu menyantap kembali jenis pangan masa lalu yang dulunya adalah lambang kesulitan hidup.. aku belum pernah mencicipi jenis penganan gunung kidul, tapi sepertinya bakal lahap jika dihidangkan gathot bertabur parutan kelapa tersebut.. hehhe #eMak mah dikasih apa aja bakal lahap..
salam senin berkarya buat ibu, dari nilam sari.. 😛
___
Untuk tiwulnya lebih mudah diterima oleh aneka lidah Uni dan kini tersedia tiwul instan. Gunung Kidul dan sahabat2 setia merindu kunjungan Uni.
Terima kasih, salam Senin
Gathot itu makanan favoritku jaman kecil. Pagi-pagi sebelum ke sekolah, menyantap sepincuk gathot bertabur parutan kelapa dan gula pasir
___
Perjalanan panjang menuju sepincuk gathot ya Jeng. Selamat berkarya di minggu baru
benar-benar memanfaatkan yang ada ya.
___
Bersyukur dan berkreasi, menjadi dasar kedaulatan pangan secara nasional