Tag
Pesona Renda
Taplak berenda cantik itu menghiasi meja di ruang keluarga yang memancarkan suasana hangat. Gulungan benang aneka warna dan rajutan setengah jadi tampak di sebuah kursi. Mengalirlah rajutan cerita, bagaimana sang ibu adi yuswa yang saya sowani memanfaatkan waktu di purna tugas beliau. Mendampingi suami yang tetap aktif mengemban aneka tugas di kemasyarakatan, secara berkala dititipi cucu ataupun menemani cucu saat putra putri beliau harus bertugas luar. Mengisi waktu luang beliau merajut aneka bentuk ada taplak meja, syal, tas dengan aneka pola hiasan. Setumpuk karya indah beliau yang siap menambah koleksi putra putri dan cucu sungguh mengagumkan. Betapa bangga para kekasih beliau berselimutkan kehangatan syal yang direnda dengan penuh kasih.
Seorang perempuan yang rajin mengatur rumah tangganya, menggunakan ketrampilannya untuk menyediakan keperluan keluarga dan menata keindahan rumah. Melalui keteladanannya beliau ‘sedang mendidik’ setiap perempuan yang lebih muda untuk memusatkan perhatiannya kepada rumah tangga, suami, dan anak-anaknya sebagai pemenuhan panggilan Ilahi.
Lamat-lamat terdengar lirik lagu … Tangan Tuhan sedang merenda, suatu karya yang agung mulia … mengingatkan bahwa diri ini sehelai benang kusut yang sedang direnda, digabungkan dengan benang-benang lain disusun dalam pola tertentu untuk sebuah karya. Benang kusut ini kadang harus dipotong, ditarik, dibelitkan dalam proses. Setiap pribadi menjadi perenda, perajut harapan dan pinta bagi diri, keluarga maupun bangsanya. Sore mulai menggelap, sayapun mohon pamit, membawa oleh-oleh pembelajaran merenda hidup dari perempuan adiyuswa peneladan. Selamat dirajut dan merajut ….
saya pingin bisa merajut bun
___
Setiap saat Teh Lydia merajut benang kasih dalam keluarga loh ….
mamah sy bisa merajut, sy pengen belajar tp kok ya kayaknya susah 😀
___
Jeng memiliki kepiawaian lain merenda kata menjadi cerita menarik, bermanfaat dan menginspirasi pembaca. Salam
http://rangtalu.wordpress.com/2013/01/30/wanita-dalam-rajutan/
hehe
—–
Terima kasih Adrian, daripada merajuk sambil menyikut setuju mendingan belajar merajut dan merenda.
Jaman SMP pernah nyoba karena ada kerajinan di sekolah. Sekarang tak bisa lagi hihihi
____
Minimal pernah mencoba kait mengait benang ya, kalau pria hobi yang ditekuni saat sepuh apa ya, seringnya menulis buku, jadi pengin mengamati.
jadi ingat kakakku ertua yang suka merenda, tapi sekarang sudah tidak dilakukan lagi. segala peralatan bayi dibua sendiri
___
Apa khabar Jeng Min? Terbayang sambil merenda kang mbakyu merajut doa bagi sang buah hati. Selamat berkarya
Wow!! Renda! Saya sangat suka renda.
Melihat renda yang banyak begini,jadi teringat akan Ibu mertua saya,Bu Prih. Ibu ini pasti menjalankan hari-harinya dengan sangat menyenangkan. Penuh semangat hidup bertabur kasih sayang dan cinta untuk orang-orang di sekelilingnya. Semoga beliaua selalu sehat agar lebih banyak dan lebih lama lagi orang-orang di sekitarnya melihat keindahan karya seni beliau.. .
____
Kekaguman saya tuk Jeng Dani perempuan muda super sibuk yang hobi merenda, karya dan tipsnyapun dibagi via blog.
Terima kasih tuk doa tulus bagi ibu perajut dan ibu2 sepuh yang karyanya menginspirasi sesama.
Selamat berakhir pekan, merenda kebersamaan kelg.
Ping-balik: Menyiapkan Hobby Untuk Hari Tua | Jurnal Transformasi
Mbak Prih, ibu itu bahagia sekali pastinya ya, masih menekuni hobbi di masa tuanya. Sebaiknya kita semua juga begitu ya Mbak, biar gak lapuk saja di makan usia . Warna dari benang-benang dan rendanya cantik sekali 🙂
____
Iya Uni Evi, hobi yang menunda kepikunan dan membuat diri menjadi bermakna bagi keluarga. Salam
Saya merasa tidak feminis karena tidak bisa menjahit, merajut beserta keterampilan perempuan lainnya.. apalagi sekarang di dunia kerja rasanya malah sering gotong2 barang..
Tapi selesai sekolah ini, saya punya cita2 untuk belajar menjahit, Bu.. pokoknya harus bisa, jadi bisa mengajari anak perempuan saya.
Salam kangen, ibu… 🙂
___
Salam kangen juga mama Hilsya,
Eeeiits, bisa merajut memang feminin namun tidak bisa merajutpun tetap feminin koq. Gotong2 barang, monitoring kualitas lingkungan, tur ke Krabi di sela tumpukan tugas juga bagian dari ekspresi feminin.
Selamat merajut ilmu ekotoksikologi. Salam
Bu Ema bilang, ketrampilan yang dulu diwajibkan bagi para putri itu sangat bagus untuk membangun karakter yang anggun dr seorang perempuan.. entah itu mencuci piring, pakaian atau menyulam.
menyesal aku, kenapa dulu paling anti segala hal yg berbau perempuan, skrg jd pingin bisa jahit kayak mama, aduuhh tyt susah buu. #hehhe, malah curhat.
selalu menikmati rajutan kata indah penuh makna dr ibu. 🙂
___
Uni cantik, Ibu Ema tersenyum bangga dan syukur karna putrinya dengan anggun merenda karya melalui tang, obeng dan semen menemani tukang kebun pemegang cangkul. Soto rumah aur, rendang berbonus ubi bagian dari keteladanan Ibu Ema tuk penjaga LJ. Salam