Bunda: mengubah limbah garmen menjadi berkah
Tangan ibu sepuh itu bergerak luwes lincah, menempelkan dan menyambung perca mengikuti pola sehingga terbentuk keset nan indah. Hasil pekerjaan disetorkan ke koperasi untuk dipasarkan secara kolektif. Data tersebut diperoleh di desa Pringapus, kecamatan Pringapus, kab Semarang saat ragil studi lapang pemanfaatan limbah garmen dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Bunda, ayunan pedal mesin jahitmu membantu mengubah limbah garmen menjadi berkah, memberikan kesukacitaan pada kanak-kanak tuk belajar keset di keset aneka binatang kesukaan mereka, panda, angry bird, kupu maupun ikan. Terima kasih bunda …….
jadi ingat di tempat simbah, dulu paklik saya juga terima jahitan, meja kayunya ya mirip seperti yang di foto … 😀
____
Mesin jahit pengait kenangan kangen terhadap Paklik dan Simbahya Mas. Salam
Butuh ketelatenan yang luar biasa menggarap kain perca yang kecil2 itu. Saya sering beli di penjaja keliling, produk rumah penampungan orang2 cacat yang ada di solo.
___
Pemberdayaan semua komponen masyarakat ya. Ketelatenan proses mengubah menjadi produk bermanfaat dengan harga jual yang sangat terjangkau. Terima kasih Mas dengan sering membelinya, produk sahabat2 kita tersalurkan. salam
Angry birdsnya kren bnget!
___
Kreativitas disain yang disesuaikan mode pangsa pasar, terima kasih.
Bunda penjahit keset yang tekun.. Beliau hebat ya, masih awas nylurupkan (hadeh bahasanya campur-sampur 😀 ) benang ke jarum mesin jahit. Semoga sll sehat ya Bun, utk memanfaatkan limbah menjadi berkah.
Mesin jahitnya mengingatkan pada Ibu.. (dari kemarin postingan Bu Prih ttg Bunda selalu mengingatkan akan Ibu 🙂 . Menjelang hari Ibu juga ya Bu.. ).
Ibu dulu pernah bekerja sebagai tukang jahit di pecinan, lalu dikursuskan modiste (begitu Ibu nyebutnya) oleh majikannya. Tapi saya ndak menangi waktu Ibu bekerja jd penjahit, menanginya Ibu sudah jadi petani.
Sayangnya saya tidak mewarisi ketrampilan menjahit Ibu, cuma kk1 yang pintar menjahit, lainnya pasrah sama kk1 utk urusan jahit menjahit. Hehe…
___
Ada ‘persamaan’ bagian hidup saya dengan mbakyu Jeng Tt, sebagai mbarep menangi saat ibu terima jahitan, tugas sy ‘ngezom dan membuat mata itik’ lobang kancing. Keteladanan keteguhan bunda semoga menginspirasi kita dalam karya. Salam
wah bikinnya mesti telaten sekali ya, padahal harganya sudah murah sesampai di konsumen seperti saya. Trus lepas dari tangan mereka dihargai berapa tuh?
___
Betul murah sekali Jeng, tetap dilakoni dengan senyum beralaskan kasih sayang seorang ibu …
Meski nggak bikin “keset” dari perca, tapi Ibuk saya kadang masih memanfaatkan mesin “Singer” kuno yang tanpa dinamo tapi diputar manual…
Saking kunonya, merknya sudah nggak keliatan lagi.
Gemuknya cuma minyak kelapa dicampur sedikit minyak tanah…
___
Ada ‘persamaan’ bagian hidup saya dengan Pak Mars berkenaan dengan Ibuk pengguna singer. Tetangga ada yang disapa dengan Bu ‘Singer’ karena berprofesi sebagai penjahit ….
Kejelian dan keterampilan membawa peran dalam memperjuangkan hidup mbak yach
___
Kiat bertahan hidup, ‘kalau mau, tentu saja bisa’ ….
Jangan 2 keset yg aku beli di supermarket datang dari tangan ibu2 ini Mbak Prih. Habis sekarang kita jarang tahu asal muasal barang yg dibeli
___
Di era global asal produk makin ‘mendekat’ ya Uni, bikang Medan di Jakarta …. Keset-keset siapa beli …
harga kesetnya pun tidak mahal ya bu.. padahal klo aku disuruh bikin sendiri gak bakalan sanggup, jadi mari kita hargai hasil karya para bunda ini.
____
Apalagi di musim penghujan kehadiran keset makin diperlukan nih Uni.
wah benar-benar eco friendly ya…. selalu ingat 3R Reduce, Re-use dan Recycle….
___
3R yang memerlukan kreativitas dan berbuah nilai tambah