Hening dalam Hingar
Hingar bingar di wilayah Kuta Bali tak mengenal rehat dari pagi ke pagi kembali. Malam hari 23.05 Wita tanggal 12 Oktober 2002 lebih satu dasa warsa silam, hingar bingar tersebut tiwikrama menjadi gelegar dahsyat dengan meledaknya bom di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, yang disusul ledakan di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika Serikat. Wikipedia mencatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan asing. Peristiwa ini menjadi noda pekat sejarah aksi terorisme Indonesia.
Gema gelegar tersebut membahana ke seantera benua dalam kedukaan yang pekat dan penuh hujat. Melintas di monumen peristiwa duka di Jl Legian menghadirkan keheningan di tengah hingar. Tri Hita Karana sebagai saka guru harmonisasi kerukunan yang bersumber pada relasi dengan Sang Pencipta (Parahyangan), relasi antar sesama manusia (Pawongan) dan relasi dengan lingkungan (Palemahan) kiranya kian kokoh dari hening dalam bingar.
dan tgl 1 oktober 2005, sahabatku Ratih, teman satu kos di Jepang juga tewas menjadi korban bom bali ke 2…. Meninggalkan dua anak perempuan… duh padahal dia jauh lebih muda dariku.
___
Meninggalkan kenangan duka mendalam bagi keluarga dan sahabat, semoga dua putri Jeng Ratih dikuatkanNya selalu.
Tak apal-apalke ah, parahyangan, pawongan, palemahan 😀
____
P3 untuk ujian ekonomi berkelanjutan ya Un
fotonya cantik mbak, aku dan suami belum sempat ke sana, sudah lama nggak berlibur di bali
____
Di tangan Jeng Ely semua obyek menjadi lebih cantik, mangga Jeng … nusantara menunggu liburan berikutnya. Salam
Tri Hita Karana…3 hal yang menjadi padanan kehidupan masyarakat di Bali mbak yach…hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan, terima kasih mbak…menuliskan hal ini
___
Mengagumi nilai religi budaya yang mendasari keselarasan hubungan manusia di Bali, secara pribadi sy bersyukur untuk pembelajaran nilai tradisi ini, matur suksma Bli. Salam