Café Dedaunan
Tulisan ini bukan tentang Café Dedaunan tersohor yang berlokasi di Kebun Raya Bogor, maupun warung pecel ataupun lotek yang menyajikan aneka dedaunan sebagai bahan bakunya. Namun benar-benar mengulas tentang daun yang merupakan salah satu organ tumbuhan, biasanya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari untuk kemudian dikonversi menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Dari alur siklus energi kehidupan peran daun sebagai ‘pengolah’ energi cahaya menjadi energi kimia sangatlah penting karena titah yang lain yaitu binatang dan manusia hanya mampu mempergunakan energi kimia sebagai sumber energi kehidupan.
Dalam pengenalan sains sederhana sering diilustrasikan daun sebagai ‘dapur’ yang mengolah energi cahaya matahari, karbon dioksida bersama air menjadi karbohidrat sederhana yang menjadi bahan dasar dari aneka produk (senyawa metabolit) tanaman. Yuup mirip dengan café dedaunan hasil fotosintesis ini diramu dan diracik oleh ‘koki handal’ dalam tumbuhan menjadi belbagai produk mulai dari kesegaran seduhan daun teh, semerbaknya aroma minyak atsiri hasil sulingan daun nilam, nikmatnya menyedot lintingan rajangan daun tembakau, segarnya menikmati es cincau hijau di panas terik.
Café dedaunan tersebut tidak pernah tutup, tidak mengenal hari libur, tanpa pekerja mogok menuntut kenaikan UMR. Tidak memiliki anggaran promosi untuk mengemas keunggulan produknya. Dharmanya hanya begaimana tetap membuka café yang menyediakan aneka ‘olahan’ dengan beragam khasiat dan kelezatan bagi titahNya. Kesinambungan gugur meranggas dan membentuk tunas baru sebagai bagian alam keberlanjutan café dedaunan.
Beragam bentuk daun berupa helaian maupun bermodifikasi menjadi duri. Wujud penampakan dua dimensinyapun beragam membulat, menjari, elip/lonjong hingga memanjang berpita ataupun menjarum. Variasi warnanya memanjakan mata mulai dari dominan hijau yang berasal dari kandungan pigmen klorofil yang sering berkolaborasi dengan aneka proporsi dengan karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung pH yaitu derajat keasaman media tumbuhnya). Gradasi perubahan warna daun karena meningkatnya umur dari daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur) maupun responnya atas perubahan suhu misal dari musim panas ke musim gugur meninggalkan sensasi keindahan tersendiri.
Hakekat café dedaunan ini juga mewarnai perjalanan blog sahabat. Ibarat daun, blog sahabat juga menyajikan aneka hidangan olahan dari konversi informasi (bacaan, amatan, pendengaran) dipadukan dalam percermatan, pendalaman permenungan selera racikan sehingga muncul aneka sajian yang khas ala masing-masing kokinya. Semisal sajian di rynari lebih berupa sajian lalapan karena berasal dari proses sederhana petik saji dari kebun tanpa proses rumit, kenikmatan cita rasa ada karena pembacanya membawa sendiri sambal cocol aneka rasa. Bagaimana dengan cafe sahabat?
kl mnrt mbak prih blogku termasuk cafe yg mana ya ? 🙂
___
Serba ada dan serba bagus Jeng Ely, pemandangan alam plus satwa mempesona, masakan lezat, bahasa daerah dll., jalan-jalannya. Selamat berkarya
wow .. ngak nyangka penilaiannya sebagus itu mbak, padahal kurasa asal pasang foto dan asal nulis, terima kasih banyak ya mbak 🙂
____
Begitu adanya Jeng, produktifnya, variasi tulisan, kesegaran penuturan serta keramahan merespon komen menjadi bagian dari kekuatan dunia Ely. Selamat terus berbagi Jeng
Wah.., lalapan ya Mbak.
Bisa saja embaknya ini menemukan istilah untuk isi blognya..hehehe.. #jadi ngakak sendiri au pas baca alenia terakhir..
____
Terimakasih ditinggali ngakaknya … Selamat berkarya
ha ha.. bisa saja Bu Prih ini. Blognya Bu Prih mirip sajian “Cafe Daun” yang selalu segar, nikmat dan berbagai rupa – saya suka lalapan daun dengan sambal terasi atau sambal mangga, Bu ..he he
____
Sambal mangga, kombinasi pedas asem yang menyegarkan Jeng Ade ….
gak punya kafe daun bun hiks
____
Bikin urap atau gudangan yook. salam
foto daun yg tengah itu kl banyak keliatan cantik ya ^^
___
Varian dari coleus Jeng Chi
selalu bersyukur bisa ikut menikmati eloknya sajian cafe ini, Bu… dan jadi malu dg kondisi cafeku sendiri…minim menu bergizi 😦
____
Loh ini demam rumput tetangga lebih hijau (diberi pupuk kandang plus urea hehe) Jeng. Setiap ‘cafe dedaunan’ menyajikan olahan khasnya. Salam
aah.., selalu terhenyak baca keindahan bahasa di sini
nggak bawa sambal … karena olahan di sinj sudah nikmat sejuta rasa
____
Terimakasih mbak, pembelajar mohon petunjuk dan bimbingan …. Loh lalapan rasa nano-nano
Hebat nian Mbak Prih, dari daun jadi dapur mengolah imajinasi..Jadi blogku seperti daun ya, masih hijau royo-royo..Eh pengennya hijau terus ding, biar gak pernah mati semangat menulisnya..:)
___
Imajinasi Uni Evi melambung tak pernah surut, Selamat berkarya terus Uni, menginspirasi banyak jiwa.
Selalu nikmat menyantap sajian menu di kafe ini. Sarat makna …
____
Tidak sarat dan tanpa syarat koq, boleh jiā fàn gratis ….
cafe daun mba….
uenak lo….xixixiii
___
uenak mantap pol Jeng Ir