Harmoni Pepes Cabuk
Menyandang status putri pambayun (sulung), kini pinisepuh dalam keluarga besar garis ibu adalah Budhe yang beryuswa 89 tahun. Seperti lebaran sebelumnya kamipun berkonvoi sowan ke rumah keluarga budhe pada hari kedua. Setelah cucuking lampah (pimpinan rombongan) yang dipandegani oleh Om (satu-satunya pria dari ibu bersaudara) menghaturkan maksud pisowanan/perkunjungan dilanjutkan dengan sungkeman yang diawali oleh adik-adik budhe, putra/i keponakan, wayah/cucu dan buyut. Yah lebaran yang memadu keindahan warna/i dalam pelangi dan memperkokoh persaudaraan dalam pohon/uwit keluarga.
Perkunjungan menjadi kian lengkap dengan menikmati sajian hidangan. Keluarga budhe selalu menyajikan sajian ‘istimewa’ yang kami kangeni selain hidangan khas lebaran. Hidangan istimewa tersebut adalah pepes cabuk, yah cabuk tanpa huruf m diantara a dan b. Sedikit berbeda dengan cabuk rambak yang makanan tradisional khas Surakarta meski sama-sama berasal dari bahan dasar wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.) berupa semak semusim yang termasuk dalam suku Pedaliaceae. Pepes yang terbungkus daun pisang (dilinting) dikukus kemudian dipanggang, perpaduan gurih wijen dan harum daun pisangnya nendang pisan.
Pepes cabuk dengan sukses dipindahkan dari meja saji ke piring makan. Pepes cabuk si hitam manis inipun tak ingin tampil solo dan digandenglah sahabat istimewanya si merah ceria oseng-oseng kulit melinjo, si broken white oseng-oseng tempe (sst bukan sembarang tempe karena ini tempe mlandhing) serta si warna-warni penceria suasana urap/gudhangan. Nah pepes cabukpun memadu harmoni rasa bersama hidangan istimewa lainnya.
Oseng-oseng kulit melinjo? Ya, melinjo (Gnetum gnemon Linn.) dikenal pula dengan nama belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda) atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog), khalet (Bahasa Kamboja). Biji melinjonya dibuat emping, daun (sering disebut so) untuk penyedap sayur asem dan dibothok dan kulit buahnyapun disajikan dalam masakan oseng-oseng dengan paduan warna hijau semburat kuning, kuning semburat merah hingga merah cerah sesuai dengan derajat ketuaan buahnya. Rasanya khas … hm ada kasap-kasapnya dan kandungan purin penyebab asam urat entahlah bukankah daun so dan emping melinjo pantangan besar bagi penderita asam urat tinggi. Yah nyam-nyam disantap dulu, konsumsi allopurinol urusan berikutnya.
Tempe mlandhing? Beneran nih bukankah biasanya tempe berbahan dasar kedelai, yah sajian ini benar-benar tempe mlandhing. Mlandhing (Leucaena leucocephala) adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan). Menurut Wikipedia, tumbuhan ini dikenal pula dengan aneka sebutan yang lain seperti pĕlĕnding, peuteuy sélong (Sd.); kemlandingan, mètir, lamtoro dan lamtoro gung (=lamtoro besar; untuk varietas yang bertubuh lebih besar) (Jw.); serta kalandhingan (Md.). Nama-namanya dalam pelbagai bahasa asing, di antaranya: petai belalang, petai jawa (Mly.); lamandro (PNG); ipil-ipil, elena, kariskis (Fil.); krathin (Thai); leucaena, white leadtree (Ingg.); dan leucaene, faux mimosa (Prc.). Dari bijinya yang sudah tua, dikupas dan difermentasi menjadi tempe, sangat enak dimasak dengan cabai hijau dan santan.
Nah perpaduan pepes cabuk, urap, oseng kulit melinjo dan oseng tempe mlandhingpun menyusun harmoni baik dalam tatanan piring maupun rasa. Bagaimana suguhan istimewa sahabat?
sy suka bgt tuh sm urap
___
Sama Jeng Myr ….
Hidangan yang seger dan nggak mblenger Bu…
Biasanya kalau lebaran, hidangannya mblenger2 semua
___
Mblenger sehingga semlengeren ya Pak, selamat beraktivitas
saya juga suka oseng-oseng kulit mlinjo.
klo mlanding, biasanya dibuat trancam, campur ama kacang panjang
____
Trancam yang enak dan seger Jeng, selamat berkarya
Heeee langsung di kopas kasi tunjuk melati
____
Kapan nih posting masakan Jeng Melati …
Saya penasaran dengan rasanya… Oseng kulit melinjo, tempe mlandhing…
Eksotis banget keknya.. 🙂
____
Melengkapi suguhan empingnya kakaakin …
wow…benar2 hidangan istimewa, Bu Prih… rasanya saya blom pernah ngicipi pepes cabuk ini…jadi penasaran.. tapi kalau oseng kulit mlinjo, itu kesukaan saya… swargi simbah menyebutnya ‘moto maling’ hehe…
asli…jadi laperrr.. 🙂
___
Mata maling yang merah besar ya jeng …
Hmm.., baru kali ini tau makanan sejenis pepes cabuk ini mbak.. 🙂
Biasanya dikampung saya, pepes yang warnanya item disebutnya gembrot (kalau gak salah)..
___
Sekilas memang mirip ya, wow jadi kangen gembrot yang terbuat dari daun sembukan (Paederia foetida) yang manis gurih. Salam
Menu yang sangat spesial … Baru tahu bahwa mlanding bisa di buat tempe, selama ini saya tahunya cuma tempe kedelai dan tempe benguk .
Apakah prosesnya juga sama dengan membuat tempe kedelai bu Prih?
___
Tempe benguk juga enak gurih ya.
Proses dasar pembuatan tempe mlandhing serupa dengan tempe kedelai mas, perendaman, pelunakan dan kupas kulit dilanjut dengan peragian.
Bahkan dari bulir-bulir gandum juga bisa dibuat tempe hanya secara ekonomis muahal.
pertama kali mendengar kata gudangan juga waktu kesemarang bun, waktu itu gak tau artinya apa ternyata urap ya
___
sumuhun Teh bukan gedung gudang ya, Salam tuk Cal-Vin yang tlah kembali ke sekolah
ini semua betul2 hidangan istimewa mbak…,lain dari biasanya…
pepes cabuk dan tempe khasnya itu jadi pengen nyoba deh
___
setiap daerah memiliki hidangan istimewanya, menunggu sajian mbak Mon dari mudik ke Lampung ah.