Sekilas ‘Plang Sala’
Melintas sejenak di Kota Sala nampak beberapa hal yang baru diantaranya penggunaan aksara daerah dhi aksara jawa pada plang jalan (tanda nama jalan), plang kantor-kantor pemerintahan serta swasta. Begitu pula plang perhotelan maupun rumah makan. Termasuk yang paling gress di Solo Paragon, pusat perbelanjaan, hotel dan hunian elite. Upaya pelestarian budaya yang pastinya tidak mudah namun bukan tidak mungkin dengan kerjasama banyak pihak.
bagus sekali ya mbak, menuliskan huruh jawa seperti itu, aku jarang lihat sih,
Trim Jeng Ely *suka-nya, lha kalau plang bahasa Jerman terlebih dengan aksara Jerman saya belum pernah lihat jeng, hehe
sukaaa sekali mbak…. saya senang sekali memperhatikan aksara daerah..
sekarang sedang membuat draft tentang aksara daerah juga,,,,
Trim Eda *suka-nya, baru mencoba belajar lagi dengan kamus bahasa daerah, sedang berupaya undhuh program aksada daerah, mari bersama lestarikan dengan tetap belajar aksara daerah kita yang kaya, salam
Upaya pelestarian bahasa dan aksara jawa cara Sala ini memang paten …
Keren juga ya … tempat perbelanjaan dan Mall besar pun ikut menuliskan tulisan aksara Jawa …
salam saya Yu Prih
Topangan Pemkot yang sangat kuat sebagai dasar, disosialisakan dan direspon secara apik oleh banyak pihak. Trimakasih Dhimas
Salatiga, Solotigo, Solotiga, Salatigo, Salatega????
Koq ya tega-teganya pak Mars dhahar soto di Salatiga tidak wara-wara, lho ….
Lha Sala apa Solo saja saya masih bingung kok…
Opo maneh nek nulis Jogja, saya makin nggak bisa
Jogjakartakah, Yogyakartakah, Yogjakartakah, Ngayogyokartokah atau Yogyeskah?????
Betul pak, kebanyakan bahasa jawa ditulis a, dibaca antara a dengan o. Yang di Solo Paragon menggunakan taling tarung (asal tidak saling tarung unjuk taring saja ya).
Saya kemarin layat ke Solo Mbak, banyak plangnya yg pakai aksara Jawa
Kalau yg dasar saya masih bisa, tapi ketika Jawanya pakai aksara murda, saya sedikit lupa
Angka saya cuma hafal 1 yaitu go
Kalau pak Mars sedikit lupa ….. artinya lebih banyak ingatnya
Sedangkan saya sedikit ingat …. (lha hanya ga dan ya saja)
Salam
semacam hanacaraka gitu ya mbak?
Betul teh legenda hanacaraka, trimakasih. Salam
Upaya menuliskan aksara Jawa disamping tulisan latin pada papan nama kantor pemerintahan, swasta, nama jalan, rumah sakit memang mulai dibudayakan sejak kepemimpinan Pak Jokowi sebagai Walikota.
Tulisan itu mengingatkan kepada semua orang khususnya orang Jawa, bahwa melestarikan tinggalan leluhur orang Jawa harus dimulai sekarang. Contohnya seperti yang ada di kota Solo kota kelahiran saya. Salam mbak Prie….
Terimakasih Jeng, bangganya (sekaligus kepercayaan) warga Sala termasuk Jeng Erni di ibukota dengan slogan kota Budayanya. Buku Kamus Lengkap Bahasa Jawa tsb juga bagian dari niat tuk belajar bahasa dan aksara daerah. Trim *suka-nya, Salam
Budaya global ternyata tdk selalu jelek tampaknnya Mb Prih. Sekarang mulai tampak tanda2 cinta budaya lokal seperti yg terjadi di Sala ini. Yah memang harusnya sprt itu, ketika kita mulai gamang di tengah serbuan budaya global kita punya pegangan utk kembali 🙂
Trimakasih Uni, mengambil makna positif dari pendapat umum ancaman/serbuan ya Uni Evi. Salam
kata Bapak, bangsa yang masih mempertahankan tulisannya adalah bangsa yang berkepribadian kuat. 🙂
Berkat keteladanan bapak, jeng Tt akrab dan mengapresiasi aksaranya. Trim *suka-nya, Salam