Pesona Arenga pinnata dan ‘puteri tidur’
Gula edan
Gula merupakan komoditas strategis nasional selain padi, jagung, kedelai dan daging sapi. Bahan baku gula adalah tebu yang di Negara kita ditopang dengan infrastruktur yang cukup mahal. Selain tebu, bahan dasar gula adalah nira kelapa, nira aren serta mulai dikembangkan stevia.
Gula aren memiliki karakter yang unik dan harganyapun juga menarik. Menariknya harga gula aren menggelitik sang pengrajin gula aren di pedesaan, bagaimana memenuhi permintaan saat produksi nira aren menjadi pembatas. Pengrajin yang agak nakal, pada posisi kepepet kreativitaspun muncul dengan produksi yang secara gurau disebut ‘gula edan’, berkarung gula pasir diolah ulang dengan penambahan nira aren yang berfungsi sebagai bumbu atau essence.
Eeitt tidak perlu terburu emosi mengatas namakan kepentingan konsumen, etika fairness dalam perdagangan. Yook dengan bekerja sama, secara arif kita telusuri mengapa fenomena tersebut terjadi agar masalah teratasi secara obyektif sehingga konsumen terlindungi, pengusaha dan trader nya nyaman serta pengrajin gula aren di pedesaan juga sejahtera.
Keterbatasan bahan baku nira aren berpangkal dari populasinya di alam yang tidak seimbang dengan kebutuhan, tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr) di kebanyakan tempat masih tumbuh alami belum ada tindakan budidaya massal. Populasi alami menyebabkan produktifitas nira aren persatuan luas belum optimal. Selain itu biji aren memiliki masa dormansi yang cukup lama yang bervariasi antara 4-12 bulan.
Biji Aren si ‘Puteri Tidur’
Biji aren menyimpan kehidupan untuk pertumbuhan generasi berikutnya. Namun ibarat puteri tidur kehidupan tersebut tersimpan rapi sambil menunggu kedatangan sang pangeran yang akan membangunkannya dengan tepukan cinta. Masa dormansi yang panjang ini disebabkan oleh kulit biji yang sangat keras dan sangat kedap air. Selain itu terdapat zat penghambat pertumbuhan dalam biji aren.
Secara alami masa dormansi itu merupakan bagian keAgungan, kebijaksanaan alam berupa pengaturan keseimbangan alam agar masing-masing jenis tanaman tidak saling mendominasi, menjaga diversitas atau keanekaragaman. Peran musang dalam penyebaran dan pengembangbiakan biji aren juga unik. Aroma buah aren yang sudah masak mengundang musang memakannya, biji aren yang ikut masuk ke dalam lambung musang akan mengalami masa fermentasi terendam dalam asam lambung yang sangat masam, kulit biji mengalami pelunakan alami dan saat dikeluarkan bersama faeces musang biji tersebar di tempat lain. Biji yang telah mengalami pelunakan tersebut menjadi lebih mudah diimbibisi air, air menyapa inti kehidupan yang tersimpan biji seperti pangeran membangunkan sang puteri tidur.
Musang Masa Kini
Nah untuk meningkatkan produktivitas nira aren melalui budidaya diperlukan persiapan pembibitan. Masa tidur atau dormansi biji aren dapat diperpendek dengan mengadopsi proses dalam lambung musang. Prinsip dasarnya adalah bagaimana melunakkan kulit biji aren yang keras. Perlakuan kombinasi fisik, kimia dan biologis dapat diterapkan. Beberapa pakar menerapkan pengamplasan, yang lainnya merendam dalam asam ataupun memeramnya dalam kondisi lembab dan gelap. Hal lain yang juga penting adalah media pembibitan yang menopang. Selain itu juga telah diintroduksi tanaman aren umur genjah yang cepat berbuah. Uraian tidak akan diperberat agar tetap sesuai dengan motto coretan ringan.
Apresiasi untuk pegiat aren (Arenga pinnata)
Diversifikasi gula sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, untuk itu apresiasi yang luar biasa bagi pegiat aren, diantaranya pengusaha gula aren yang cantik energik yang menjadi sarana berkah bagi pengrajin gula aren. Trimakasih sharingnya melalui blog apik inspiratifnya. Juga pegiat aren dengan dedikasi yang luar biasa. Penghargaan bagi pekebun aren. Pemberdayaan dan pendampingan pekebun aren sekaligus pengrajin gula aren selaku pelaku pembangunan sangat dibutuhkan. Selain tanaman ekonomis aren juga memiliki fungsi ekologis kuat dalam konservasi tanah di lahan kritis. Juga memiliki nilai budaya melalui hikayat tanaman aren.
Bacaan terpilih:
http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/aren.pdf
baca postingan ini jadi inget, dah lama pengin posting soal panen umbi gula di sini , cuma blom niat mengotak atik foto foto panennya 🙂
Bit gula merupakan salah satu sumber gula yang menarik, sharing ceritanya ditunggu ya.
gula yang paling aku suka
Tubuh manusia butuh gula secukupnya
Gula aren sangat digemari dikota.. dan perlu diketahui juga bhwa didesapun sudah langka alias mahal juga euy…
Perlu perbaikan budidaya dan produksinya
Berkunjung kemari mbak Prih…
Gula Aren memang lebih nikmat dari gula kelapa ya Mbak, ini menurutku, hmmm… ditempat tugasku dulu banyak juga petani/pengrajin gula aren, suka sekali minum nira-nya yang belum mengeras itu Mbak, lezaaaat…
Negeri kita sungguh kaya ya Mbak, pesona alam juga sastranya, sekalian mengundang keperhelatan kami Mbak, meramaikan Muharam dengan bergurindam 🙂
Salam.
Terimakasih mbak Keke tuk kunjungannya. Tersanjung diundang ke perhelatan budaya gurindam, berguru dulu ya mbak. Salam
Seingat saya, memang jarang sekali nemu gula aren di warung2 sebelah rumah. Pilihannya ya nggak jauh jauh dari gula putih.
Baru ngerti saya kalau memang prosesnya begitu lama..
Aneka ragam gula ya, salam
salah satu wilayah, termasuk tetangga desa tempat tinggal saya (brebes) ada yang memproduksi gula aren juga,
Ternyata Brebes tidak hanya unggul di Cabai, brambang, telor asin saja ya. Maju Brebes
wah, postingan ini mengingatkan saya ttg indonesia…
pesona tanamannya benar2 bagus…
punya cirikhas…
Kekayaan alam yang patut kita syukuri dan lestarikan ya. salam
Wah..sering menggerogoti gula aren waktu kecil dan sering juga melihat tanaman ini di kampung – tapi baru tahu kalau bijinya ternyata memiliki masa dorman yang begitu panjang. Pantas saja kayanya memang belum pernah mendengar ada kebun aren ya… Paling hanya nemu satu dua batang di tegalan orang. thanks kebaikannya berbagi ilmu Bu Prih..
Sama-sama, saya juga belajar banyak hal menarik dari blog jeng Dani. Salam
Waaaahhh tulisan yg menarik tentang pohon aren Mbak Prih. Iya selama ini sekalipun permintaan gula aren sangat baik aren belum di budidayakan secara besar2an. Selain faktor kesulitan, seperti membutuhkan musang agar dapat bibit yg baik, sampai bisa dipanen niranya sampai dibuat gula, aren butuh waktu sekitar 8-10 tahun. Mungkin itu sebagai salah satu faktor membudidayakan aren tak begitu menarik. Kalau kami sendiri terkendala faktor modal hehehe..
Gula edan itu adalah fakta, ada dipasar, dibuat dari gula pasir diberi gula aren sedikit, tambah essence terus diaku sebagai gula aren. Waktu ketemu gula seperti itu kami sampai geleng-geleng kepala, kok tega-teganya melakukan hal begituan. Tapi maklum lah mbak, sebagian orang berbisnis kan ada yg cuma mikirin untung 🙂 Thanks atas senggolan link-nya Mbak Prih
Apresiasi tuk upaya uni Evi, kami dampingi budidaya lapangnya, Uni Evi pendampingan pola kemitraan dan pemasarannya hehe. Salam
waktu pulang kampung dan coba naik gunung (cuma setengahnya aja lho..)
kami ketemu dengan pembuat gula aren
kami diberi gula yang masih setengah kental itu, langsung hilang rasa capek mendaki
kurasa lebih enak gula setengah jadi itu lho mbak
Meski setengah gunung tetap aja hebat euy . .. Finishing gula aren ada yang dicetak, ada yang diproses menjadi gula semut dengan nilai ekonomi tinggi seperti yang dilakukan Uni Evy.
si musang itu berperan banget untuk perkembang biakan enau ya,
kalau nggak dimakan musang nggk numbuh dong ya
konsep keseimbangan alam yang sangat canggih
musang berperan memperluas penyebaran dan mempercepat proses perkecambahan biji aren. alam menceritakan keagunganNya ya, semoga kita juga ikut melestarikannya. Salam